Difablepreneur Sriekandi Patra Berdayakan Penyandang Disabilitas di Boyolali
loading...
A
A
A
Sedangkan penyandang disabilitas lainnya sempat mengeyam pendidikan sekolah tetapi tidak tamat. Empat orang penyandang disabilitas berasal dari Desa Tawangsari, dan satu lainnya dari Desa Mojolegi yang juga masuk Kecamatan Teras, Boyolali. Dalam melakukan bimbingan, salah satu yang terpenting adalah menjaga mood mereka.
Dari hari ke hari, mereka terus mengalami kemajuan. Membuat gambar motif batik kini sudah bisa mereka kerjakan sendiri secara lancar. Sejak awal sebenarnya sudah mampu menghasilkan produk.
Namun baru sebatas kain kecil untuk kain sarung bantal sofa, dan selendang. Pertengahan tahun 2018 sudah masuk ke kain. Dalam pemasarannya, diakui masih terus dibantu dari Pertamina. Namun kini sudah merambah onlineshop.
Seperti produk masker batik, dompet kecil, dan kaos tie dye. Pesanan secara ofline juga terus berdatangan. Namun diakui, untuk membuat produk yang sifatnya pesanan membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya.
Ketika moodnya sudah turun, maka ibu ibu relawan sosial di Sriekandi Patra harus turun tangan. “Kalau ibu ibu sudah turun tangan, maka mood mereka balik lagi,” ujar Siti Fatimah.
Produk yang dihasilkan harganya bervariasi. Seperti dompet Rp25 ribu, sandal Rp40 ribu, sarung bantal sofa Rp100 ribu, selendang Rp300 ribu, dan kain batik ukuran 2,5 meter dibanderol Rp600 ribu untuk motif biasa, dan pesanan Rp750 ribu.
Community Development Officer, PT Pertamina Fuel Terminal Boyolali Noor Azharul Fuad mengatakan, workshop Sriekandi Patra sebelum pandemi COVID-19 berlangsung Senin-Jumat pukul 09-15.00 WIB. Saat Pandemi dipersingkat menjadi pukul 09.00-13.00 WIB.
Pertamina memfasilitasi segala kebutuhan Sriekandi Patra sebagai mitra binaan, mulai dari gedung, peralatan, pelatihan. “Untuk tanahnya milik tanah kas Desa Tawangsari,” ungkap Noor Azharul Fuad.
Difabel menjadi sasaran CSR setelah melalui social maping yang dilakukan. Salah satu rekomendasinya programnya ada potensi pemberdayaan disabilitas di Desa Tawangsari. Pada 2018 terdata sebanyak 29 orang penyandang disabilitas di desa tersebut.
Namun dari 29 orang, sejauh ini baru bisa diberdayakan 5 orang. Salah satu kendalanya adalah ada yang masuk bukan usia produktif. Selain itu, ada penyandang disabilitas tuna grahita yang masuk kategori berat.
Dari hari ke hari, mereka terus mengalami kemajuan. Membuat gambar motif batik kini sudah bisa mereka kerjakan sendiri secara lancar. Sejak awal sebenarnya sudah mampu menghasilkan produk.
Namun baru sebatas kain kecil untuk kain sarung bantal sofa, dan selendang. Pertengahan tahun 2018 sudah masuk ke kain. Dalam pemasarannya, diakui masih terus dibantu dari Pertamina. Namun kini sudah merambah onlineshop.
Seperti produk masker batik, dompet kecil, dan kaos tie dye. Pesanan secara ofline juga terus berdatangan. Namun diakui, untuk membuat produk yang sifatnya pesanan membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya.
Ketika moodnya sudah turun, maka ibu ibu relawan sosial di Sriekandi Patra harus turun tangan. “Kalau ibu ibu sudah turun tangan, maka mood mereka balik lagi,” ujar Siti Fatimah.
Produk yang dihasilkan harganya bervariasi. Seperti dompet Rp25 ribu, sandal Rp40 ribu, sarung bantal sofa Rp100 ribu, selendang Rp300 ribu, dan kain batik ukuran 2,5 meter dibanderol Rp600 ribu untuk motif biasa, dan pesanan Rp750 ribu.
Community Development Officer, PT Pertamina Fuel Terminal Boyolali Noor Azharul Fuad mengatakan, workshop Sriekandi Patra sebelum pandemi COVID-19 berlangsung Senin-Jumat pukul 09-15.00 WIB. Saat Pandemi dipersingkat menjadi pukul 09.00-13.00 WIB.
Pertamina memfasilitasi segala kebutuhan Sriekandi Patra sebagai mitra binaan, mulai dari gedung, peralatan, pelatihan. “Untuk tanahnya milik tanah kas Desa Tawangsari,” ungkap Noor Azharul Fuad.
Difabel menjadi sasaran CSR setelah melalui social maping yang dilakukan. Salah satu rekomendasinya programnya ada potensi pemberdayaan disabilitas di Desa Tawangsari. Pada 2018 terdata sebanyak 29 orang penyandang disabilitas di desa tersebut.
Namun dari 29 orang, sejauh ini baru bisa diberdayakan 5 orang. Salah satu kendalanya adalah ada yang masuk bukan usia produktif. Selain itu, ada penyandang disabilitas tuna grahita yang masuk kategori berat.