9 Volt Band Gebrak Belantika Musik Cadas Indonesia

Rabu, 07 Oktober 2020 - 07:45 WIB
loading...
9 Volt Band Gebrak Belantika Musik Cadas Indonesia
Para musisi 9 Volt Band foto bersama usai memberikan keterangan pada wartawan, Selasa (6/10/2020) malam. Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - 9 Volt Band, salah satu band cadas kota pahlawan akhirnya berhasil menggebrak belantara musik Indonesia. Meski baru beberapa tahun terbentuk, band yang lahir dari kolaborasi dua pentolan Power Metal, Eko Dinaya (Drummer) dan Ipung (Gitaris), bersama musisi muda Ganyong Alfaris (Vokalis), Romi Satria (Gitaris) dan Faisal Katili (Basis) ini sudah berhasil mempersembahkan album perdananya.

Alhasil, karya-karya spektakuler mereka menjadi warna baru musik di tanah air, bahkan mampu menjawab kegelisahan para penikmat musik rock yang sejak beberapa dekate tertidur. (Baca juga: Sadis, 3 Pria Sandera 3 Bocah Laki-laki Lalu Diperkosa )

Eko menuturkan, gaya musik rock yang diusung oleh 9 Volt berbeda dengan rock metal era 80-an yang terkenal keras. Namun pihaknya mencoba menghadirkan genre rock yang kekinian, sehingga bisa diterima oleh generasi muda.

"Ada beberapa penggarapan lagu. Ada religi dan instrumen, intinya kita pengen fresh lah. Kita pengen penyegaran musik rock ," katanya saat launcing album perdana di Surabaya, Selasa (6/10/2020).

Eko optimis, musik rock tanah air khususnya Surabaya, bakal kembali bergairah. Hal itu dibuktikan dengan sudah terjualnya ribuan keping CD yang di produksi oleh 9 Volt. Padahal kepingan CD itu baru diedarkan pada pertengahan bulan September 2020. Hingga saat inipun permintaan masih terus berjalan.

"Alhamdulillah responnya diluar dugaan. Awalnya gak ada target, tapi karena permintaan luar biasa akhirnya kita targetkan bisa terjual sampai 10 ribu keping," ungkapnya. Menariknya, sekitar 25 persen yang memesan CD adalah ibu-ibu. (Baca juga: Pagi Ini, Gelombang Aksi Mogok Kerja Buruh di Jabar Dimulai )

Salah satu pentolan Power Metal ini menjelaskan, kemunculan 9 Volt Band bukan semata-mata sebagai eksitensi saja. Lebih dari itu, para rock er ini memiliki harapan besar yakni membangkitkan lagi gairah musik rock Surabaya. Terutama pada musisi muda Surabaya yang selama ini sudah memiliki karya yang cukup bagus. Tapi belum bisa naik daun, karena belum ada manajemen yang bisa menaungi mereka.

9 Volt Band Gebrak Belantika Musik Cadas Indonesia


Ke depan, lanjut Eko, manajemennya bakal membuat program khusus untuk memberikan kesempatan bagi rock er- rock er muda Surabaya untuk berkembang. Sebagai langkah awal, para musisi muda akan dilibatkan pada acara grand launcing 9 Volt yang rencananya digelar pada bulan Nopember atau Desember 2020.

"Semoga 9 Volt ini bisa menjadi pemicu musik rock untuk Surabaya, karena beberapa tahun ini di Surabaya belum ada musik rock yang fenomenal. Mudah-mudahan dengan launcing 9 Volt ini bisa membangunkan tidur panjang musim rock Surabaya," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ipung, salah satu pentolan Power Metal yang juga bergabung dalam 9 Volt mengaku bangga bisa bergabung dalam grup band kolaborasi ini. Bagi Ipung, 9 Volt memberinya pengalaman baru dalam bermusik, karena genre musik berbeda dengan Power Metal.

"Mudah-mudahan 9 Volt bisa menghidupkan kembali musik cadas Surabaya yang dulu Surabaya itu dikenal sebagai sarangnya musisi cadas," ucapnya. (Baca juga: Kades Nita Hamili Stafnya Sendiri, Warga Desa Marah )

Vokalis 9 Volt, Ganyong Alfaris menambahkan, pada album perdana ini terdapat 9 lagu terbaik yang mereka ciptakan bersama. Lagu-lagu itu diantara berjudul 13 Mei, Sang Burung, Reformasi, Forbidden love, Balap Liar, Semangat Ku, Usir Mereka, Ilir-Ilir (Cover) dan 9 Dimensi (Instrument).

Ganyong melanjutkan, dari 9 lagu itu terdapat dua lagu master peace yaitu lagu berjudul 13 Mei dan Sang Burung. Lagu 13 Mei bercerita tentang kejadian Bom Surabaya, dimana kejadian tersebut sangat melukai hati warga kota pahlawan dan sangat dikutuk.

Sedangkan "Sang Burung" mengandung pesan sosial, bahwa manusia supaya tidak terlalu sombong dalam segala hal. Karena pada hakekatnya semua bisa jatuh. Seperti pepatah burungpun takut jatuh. "Saya yakin musik rock gak ada matinya. Itu kenapa kita tetap dijalur metal. Hanya saja konsepnya sedikit modern," tandasnya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1080 seconds (0.1#10.140)