Masjid Nusantara Wujudkan Impian Umat Islam di Pelosok Tanah Air Akan Tempat Ibadah
loading...
A
A
A
BANDUNG - Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, keberadaan masjid di Indonesia akan sangat mudah untuk dijumpai. Tercatat tempat ibadah bagi penganut agama Islam di Indonesia berjumlah lebih dari 800.000 masjid, tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Namun berdasarkan data dari Masjid Nusantara, sebuah lembaga nirlaba yang fokus dalam pembangunan masjid, kebanyakan masjid-masjid itu masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan.
Kondisi dan fakta itu mendorong Masjid Nusantara yang berkantor pusat di Kota Bandung ini, untuk menggenjot pembangunan masjid hingga ke wilayah pelosok Tanah Air.
"Hingga tahun 2020 ini, Masjid Nusantara telah berhasil membangun 110 masjid di seluruh Indonesia, termasuk daerah-daerah pelosok. Semua itu terbangun dari hasil patungan umat Islam," kata Direktur Masjid Nusantara Pras Purworo saat berbincang dengan SINDOnews, Selasa (5/5/2020).
Jumlah itu terbilang cukup fantastis, mengingat usia lembaga ini barulah menginjak delapan tahun. Jika dirinci maka Masjid Nusantara telah berhasil membangun 13 masjid setiap tahunnya atau 1 masjid per bulan.
Ini menjadi angin segar dan kabar gembira khususnya bagi umat Islam yang tinggal di pedalaman dan sangatmemimpikan memiliki sebuah tempat ibadah.
Pria bersahaja ini menuturkan, di daerah pelosok seperti di Kalimantan dan Sulawesi, masjid sangat sulit ditemukan. Kalaupun ada, kondisinya umumnya memperihatinkan.
Pembangunan yang belum merata, baik di bidang ekonomi, infrastruktur jalan, maupun transportasi berimbas pada ekonomi mayoritas penduduk pelosok, yang masih jauh dari sejahtera.
“Jadi jangankan untuk membangun masjid, ibaratnya bisa makan saja sudah syukur. Kondis ketiadaan masjid di pedalaman itu dikhawatirkan bisa berimbas pada lemahnya syiar Islam,” tutur Pras.
Dia mencontohkan, di Takibangke, Kecamatan Ulubongka, Tojo Una Una, Sulawesi Tengah, mayoritas penduduk desa di tengah rimba itu adalah mualaf suku Taa Wana, salah satu suku tertua di Sulawesi. Masjid yang dibangun di tempat tersebut membantu para da’i dalam berdakwah dan menjadi jembatan antara sesama muslim yang di kota ketika menyapa saudaranya di pelosok.
Pras mengaku, membangun masjid saja ternyata tidak cukup. Untuk memberdayakan umat Islam, perlu usaha lain selain menghadirkan bangunan agar mampu membangkitkan persatuan umat dan semangat beribadah.
Apalagi di momen bulan suci Ramadhan seperti ini. Untuk itu, selain menargetkan tahun ini membangun 30 masjid, pihaknya juga ingin mendukung kesejahteraan da’i dan guru ngaji di pedalaman, serta menginisiasi kemandirian masjid dengan usaha.
"Kepedulian kami telah menarik publik figur untuk ikut bersuara. Salah satunya Adhin Abdul Hakim yang bersama Masjid Nusantara menjelajah pedalaman Indonesia, untuk peletakan batu dan meresmikan masjid di Kampung Pattiro, pelosok Maros, Sulawesi Selatan," pungkas Pras.
Namun berdasarkan data dari Masjid Nusantara, sebuah lembaga nirlaba yang fokus dalam pembangunan masjid, kebanyakan masjid-masjid itu masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan.
Kondisi dan fakta itu mendorong Masjid Nusantara yang berkantor pusat di Kota Bandung ini, untuk menggenjot pembangunan masjid hingga ke wilayah pelosok Tanah Air.
"Hingga tahun 2020 ini, Masjid Nusantara telah berhasil membangun 110 masjid di seluruh Indonesia, termasuk daerah-daerah pelosok. Semua itu terbangun dari hasil patungan umat Islam," kata Direktur Masjid Nusantara Pras Purworo saat berbincang dengan SINDOnews, Selasa (5/5/2020).
Jumlah itu terbilang cukup fantastis, mengingat usia lembaga ini barulah menginjak delapan tahun. Jika dirinci maka Masjid Nusantara telah berhasil membangun 13 masjid setiap tahunnya atau 1 masjid per bulan.
Ini menjadi angin segar dan kabar gembira khususnya bagi umat Islam yang tinggal di pedalaman dan sangatmemimpikan memiliki sebuah tempat ibadah.
Pria bersahaja ini menuturkan, di daerah pelosok seperti di Kalimantan dan Sulawesi, masjid sangat sulit ditemukan. Kalaupun ada, kondisinya umumnya memperihatinkan.
Pembangunan yang belum merata, baik di bidang ekonomi, infrastruktur jalan, maupun transportasi berimbas pada ekonomi mayoritas penduduk pelosok, yang masih jauh dari sejahtera.
“Jadi jangankan untuk membangun masjid, ibaratnya bisa makan saja sudah syukur. Kondis ketiadaan masjid di pedalaman itu dikhawatirkan bisa berimbas pada lemahnya syiar Islam,” tutur Pras.
Dia mencontohkan, di Takibangke, Kecamatan Ulubongka, Tojo Una Una, Sulawesi Tengah, mayoritas penduduk desa di tengah rimba itu adalah mualaf suku Taa Wana, salah satu suku tertua di Sulawesi. Masjid yang dibangun di tempat tersebut membantu para da’i dalam berdakwah dan menjadi jembatan antara sesama muslim yang di kota ketika menyapa saudaranya di pelosok.
Pras mengaku, membangun masjid saja ternyata tidak cukup. Untuk memberdayakan umat Islam, perlu usaha lain selain menghadirkan bangunan agar mampu membangkitkan persatuan umat dan semangat beribadah.
Apalagi di momen bulan suci Ramadhan seperti ini. Untuk itu, selain menargetkan tahun ini membangun 30 masjid, pihaknya juga ingin mendukung kesejahteraan da’i dan guru ngaji di pedalaman, serta menginisiasi kemandirian masjid dengan usaha.
"Kepedulian kami telah menarik publik figur untuk ikut bersuara. Salah satunya Adhin Abdul Hakim yang bersama Masjid Nusantara menjelajah pedalaman Indonesia, untuk peletakan batu dan meresmikan masjid di Kampung Pattiro, pelosok Maros, Sulawesi Selatan," pungkas Pras.
(awd)