3.400 UMKM di Sulsel Jadi Korban Covid-19, Umumnya di Sektor Kuliner
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pandemi Covid-19 menggerus dunia usaha di Sulsel, sebanyak 3.400 usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi korbannya.
"Ada sekitar 3.400 yang terdampak. Kalau terdampak 80% rata-rata di daerah seperti Makassar, Gowa, Maros. Yang kira-kira sekitar Makassar. Terdampak maksudnya mulai ada yang tutup, omzetnya menurun karena penjualan kurang," ungkap Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Sulsel, Abd Malik Faisal kepada SINDOnews.
Menurut Malik, dari pelaku usaha UMKM yang terdampak justru kebanyakan di sektor kuliner, adapula dari usaha konveksi. Sejumlah UMKM melaporkan terjadi penurunan penjualan, kesulitan permodalan, distribusi yang terhambat ataupun kesulitan bahan baku.
"Paling tinggi sebenarnya rumah makan (yang terdampak). Karena walaupun dia masih buka, tapi omzetnya turun drastis. Kemudian warung-warung banyak juga yang tutup, ada juga bengkel, bisnis fashion juga karena mall tutup," sambungnya.
Di tengah kondisi ini, pihaknya terus berupaya mengakomodasi beberapa pelaku usaha yang dinilai masih bisa berjalan. Misalnya UMKM di sektor kuliner. Dinas Koperasi dan UKM Sulsel membantu mempertemukan pelaku usaha dengan customer/konsumen lewat aplikasi whatsapp (WA).
"Alhamdulullah, kita membuat grup di sosial media, terutama WA. Itu mereka bisa mendapatkan pesanan melalui grup WA itu ratusan pesanan per hari dengan omzet antara Rp15-20 juta. Ini salah satu yang berjalan," tutur Malik.
Selain itu Malik tak menampik adapula UMKM di jasa konveksi yang berupaya survive dan memanfaatkan kondisi saat ini. Dengan mengalihkan jenis usaha dengan memproduksi alat pelindung diri (APD).
"Ini juga sudah jalan. Kita juga bantu pertemukan dengan calon-calon pembeli atau langsung kita pasarkan produknya di organisasi sosial yang biasanya butuh APD untuk disumbangkan ke rumah sakit," urai dia.
Di luar dari itu, Malik mengaku tetap memfasilitasi para pelaku usaha dengan memberikan pelatihan online. Diharapkan, jika pandemi ini berakhir, mereka bisa langsung memanfaatkan ilmu yang didapat lewat pelatihan.
Pasalnya, untuk stimulan atau bantuan berupa anggaran bagi para pelaku usaha UMKM sementara dibicarakan di tingkat tim anggaran pemerintah daerah (TAPD). Saat ini Pemprov Sulsel masih memfokuskan anggaran untuk menangani dampak kesehatan akibat Covid-19.
"Kalau bantuan anggaran saat ini belum ada. Masih fokus pada dampak kesehatan. Kalau terkait penanganan dampak ekonomi, masih dibahas di tingkat TAPD," tegas Malik.
Sebelumnya Plt Kepala Badan Keuangan dan Aset Sulsel, Junaedi mengatakan, Pemprov Sulsel telah berupaya melakukan refocusing anggaran untuk penanggulangan Covid-19. Targetnya total Rp500 miliar, namun untuk tahap pertama dicairkan sebesar Rp250 miliar.
Dari target refocusing dan realokasi anggaran total Rp500 M, sesuai intruksi Kemendagri, difokuskan pada tiga hal. Diantaranya, untuk penanganan Kesehatan Rp291,74 M lebih, penyediaan Jaring Pengaman Sosial Rp24,8 M lebih, dan penanganan dampak ekonomi Rp183,45 M lebih.
Kata Edi, besarnya alokasi pada sektor penanganan kesehatan dan keselamatan warga, digunakan membiayai peningkatan dan fasilitas pendukung Rumah Sakit Rujukan yang menjadi kewenangan Pemprov Sulsel. Sedangkan Untuk Jaring Pengaman Sosial, merupakan dana stimulan (pusat, provinsi dan kabupaten/kota) dalam bentuk bantuan sembako yang tersebar untuk 24 Kabupaten/ kota.
Sementara khusus penanganan dampak ekonomi, diarahkan pada sektor ekonomi strategis yang dapat tetap menyokong pergerakan ekonomi dan pendapatan masyarakat terkhusus sekor tanaman pangan, industri, perdagangan dan usaha kecil menengah melalui penguatan modal yang berskala kecil.
"Nanti pencairan selanjutnya untuk penanganan dampak ekonomi. Itu yang belum kami laporkan karena itu hilir. Kita ingin hulu-nya dulu selesai," papar Edi.
"Ada sekitar 3.400 yang terdampak. Kalau terdampak 80% rata-rata di daerah seperti Makassar, Gowa, Maros. Yang kira-kira sekitar Makassar. Terdampak maksudnya mulai ada yang tutup, omzetnya menurun karena penjualan kurang," ungkap Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Sulsel, Abd Malik Faisal kepada SINDOnews.
Menurut Malik, dari pelaku usaha UMKM yang terdampak justru kebanyakan di sektor kuliner, adapula dari usaha konveksi. Sejumlah UMKM melaporkan terjadi penurunan penjualan, kesulitan permodalan, distribusi yang terhambat ataupun kesulitan bahan baku.
"Paling tinggi sebenarnya rumah makan (yang terdampak). Karena walaupun dia masih buka, tapi omzetnya turun drastis. Kemudian warung-warung banyak juga yang tutup, ada juga bengkel, bisnis fashion juga karena mall tutup," sambungnya.
Di tengah kondisi ini, pihaknya terus berupaya mengakomodasi beberapa pelaku usaha yang dinilai masih bisa berjalan. Misalnya UMKM di sektor kuliner. Dinas Koperasi dan UKM Sulsel membantu mempertemukan pelaku usaha dengan customer/konsumen lewat aplikasi whatsapp (WA).
"Alhamdulullah, kita membuat grup di sosial media, terutama WA. Itu mereka bisa mendapatkan pesanan melalui grup WA itu ratusan pesanan per hari dengan omzet antara Rp15-20 juta. Ini salah satu yang berjalan," tutur Malik.
Selain itu Malik tak menampik adapula UMKM di jasa konveksi yang berupaya survive dan memanfaatkan kondisi saat ini. Dengan mengalihkan jenis usaha dengan memproduksi alat pelindung diri (APD).
"Ini juga sudah jalan. Kita juga bantu pertemukan dengan calon-calon pembeli atau langsung kita pasarkan produknya di organisasi sosial yang biasanya butuh APD untuk disumbangkan ke rumah sakit," urai dia.
Di luar dari itu, Malik mengaku tetap memfasilitasi para pelaku usaha dengan memberikan pelatihan online. Diharapkan, jika pandemi ini berakhir, mereka bisa langsung memanfaatkan ilmu yang didapat lewat pelatihan.
Pasalnya, untuk stimulan atau bantuan berupa anggaran bagi para pelaku usaha UMKM sementara dibicarakan di tingkat tim anggaran pemerintah daerah (TAPD). Saat ini Pemprov Sulsel masih memfokuskan anggaran untuk menangani dampak kesehatan akibat Covid-19.
"Kalau bantuan anggaran saat ini belum ada. Masih fokus pada dampak kesehatan. Kalau terkait penanganan dampak ekonomi, masih dibahas di tingkat TAPD," tegas Malik.
Sebelumnya Plt Kepala Badan Keuangan dan Aset Sulsel, Junaedi mengatakan, Pemprov Sulsel telah berupaya melakukan refocusing anggaran untuk penanggulangan Covid-19. Targetnya total Rp500 miliar, namun untuk tahap pertama dicairkan sebesar Rp250 miliar.
Dari target refocusing dan realokasi anggaran total Rp500 M, sesuai intruksi Kemendagri, difokuskan pada tiga hal. Diantaranya, untuk penanganan Kesehatan Rp291,74 M lebih, penyediaan Jaring Pengaman Sosial Rp24,8 M lebih, dan penanganan dampak ekonomi Rp183,45 M lebih.
Kata Edi, besarnya alokasi pada sektor penanganan kesehatan dan keselamatan warga, digunakan membiayai peningkatan dan fasilitas pendukung Rumah Sakit Rujukan yang menjadi kewenangan Pemprov Sulsel. Sedangkan Untuk Jaring Pengaman Sosial, merupakan dana stimulan (pusat, provinsi dan kabupaten/kota) dalam bentuk bantuan sembako yang tersebar untuk 24 Kabupaten/ kota.
Sementara khusus penanganan dampak ekonomi, diarahkan pada sektor ekonomi strategis yang dapat tetap menyokong pergerakan ekonomi dan pendapatan masyarakat terkhusus sekor tanaman pangan, industri, perdagangan dan usaha kecil menengah melalui penguatan modal yang berskala kecil.
"Nanti pencairan selanjutnya untuk penanganan dampak ekonomi. Itu yang belum kami laporkan karena itu hilir. Kita ingin hulu-nya dulu selesai," papar Edi.
(sri)