Jembatan Joyoboyo Pakai Model Punggung Sapi, Apa Fungsinya?
loading...
A
A
A
SURABAYA - Jembatan Joyoboyo yang terletak di sisi selatan Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ) sudah tersambung. Jembatan yang menghubungkan wilayah vital di Kota Surabaya ini akan menerapkan model punggung sapi.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, keberadaan model punggung sapi harus dilakukan. Semua itu dilakukan untuk drainase dan elevasi atau ketinggian permukaan antara sambungan jembatan dengan akses jalan di sisi sebelah utara.
"Jadi dibuat mirip punggung sapi, kalau dia langsung (miring) ke bawah nanti (hujan) TIJ tergenang. Ini (sambungan jembatan) langsung rata dengan jalan. Soalnya harus mengakomodir dari sana (sisi timur) juga," kata Risma, Kamis (1/10/2020).(Baca juga : Percepat Pembangunan Jembatan Joyoboyo, Ikon Baru Surabaya di Tengah Pandemi )
Dia melanjutkan, jika sambungan antara Jembatan Joyoboyo dengan akses jalan di sisi utara tidak rata, hal itu dapat menyebabkan TIJ tergenang saat terjadi hujan deras. Karena itu, dibutuhkan tangkapan-tangkapan air hujan yang lebih banyak. Tujuannya supaya air tidak langsung terhempas turun ke TIJ ketika terjadi hujan deras.
“Kalau sambungan tidak rata dengan jalan, maka bisa tergenang dia (TIJ) jika hujan deras. Jadi dibuat (seperti) punggung sapi, dikasih pedestrian juga,” ucapnya.(Baca juga : Dinilai Tidak Netral, Wali Kota Surabaya Risma Dilaporkan ke Bawaslu )
Selain terkait elevasi, sistem drainase atau tempat tampungan air juga diperhatikan. Ia ingin jembatan itu dapat langsung menampung air ketika hujan deras turun dan mengalirkan ke sungai. “Dikasih lubang-lubang di bawah agar air bisa masuk ke sana. Jadi ada lubang air hujan biar masuk ke sini biar airnya tidak turun ke sana (TIJ),” imbuhnya.
Kabid Jalan dan Jembatan DPUMPP Surabaya , Ganjar Siswo Pramono mengatakan, pengaturan model punggung sapi dilakukan untuk mencegah banjir ketika hujan deras turun.
“Supaya nanti tidak menimbulkan dampak genangan di TIJ. Nanti kita buat tangkapan-tangkapan air, sebetulnya sudah ada tapi harus ditambahi lagi ke arah sisi barat. Terus aspalnya juga kemiringannya harus bisa melimpaskan air yang ada di permukaan jalan,” jelas Ganjar.
Karena itu, menurut Ganjar, elevasi permukaan harus disesuaikan agar dapat melimpaskan air hujan ke tempat yang disediakan itu. Sehingga diharapkan tidak sampai masuk ke dalam TIJ. Meski begitu, hal itu sebelumnya sudah ada dalam perencanaan.
“Kita belum sampai ke pekerjaan itu, memang sudah ada ide-ide itu. Tahapannya saat ini kita masih harus cor overtopping permukaan yang habis dipasang voided slap. Kan atasnya harus dicor dulu diaspal, baru kita kerjakan yang dekatnya di TIJ,” jelasnya.
Sedangkan untuk pekerjaan di tahap selanjutnya, yakni penyelesaian ornamen beserta gapura yang berada di tengah jembatan dengan ketinggian mencapai 20 meter. Meski demikian, pihaknya menyatakan terus berupaya mempercepat pembangunan jembatan yang memiliki panjang sekitar 150 meter itu.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, keberadaan model punggung sapi harus dilakukan. Semua itu dilakukan untuk drainase dan elevasi atau ketinggian permukaan antara sambungan jembatan dengan akses jalan di sisi sebelah utara.
"Jadi dibuat mirip punggung sapi, kalau dia langsung (miring) ke bawah nanti (hujan) TIJ tergenang. Ini (sambungan jembatan) langsung rata dengan jalan. Soalnya harus mengakomodir dari sana (sisi timur) juga," kata Risma, Kamis (1/10/2020).(Baca juga : Percepat Pembangunan Jembatan Joyoboyo, Ikon Baru Surabaya di Tengah Pandemi )
Dia melanjutkan, jika sambungan antara Jembatan Joyoboyo dengan akses jalan di sisi utara tidak rata, hal itu dapat menyebabkan TIJ tergenang saat terjadi hujan deras. Karena itu, dibutuhkan tangkapan-tangkapan air hujan yang lebih banyak. Tujuannya supaya air tidak langsung terhempas turun ke TIJ ketika terjadi hujan deras.
“Kalau sambungan tidak rata dengan jalan, maka bisa tergenang dia (TIJ) jika hujan deras. Jadi dibuat (seperti) punggung sapi, dikasih pedestrian juga,” ucapnya.(Baca juga : Dinilai Tidak Netral, Wali Kota Surabaya Risma Dilaporkan ke Bawaslu )
Selain terkait elevasi, sistem drainase atau tempat tampungan air juga diperhatikan. Ia ingin jembatan itu dapat langsung menampung air ketika hujan deras turun dan mengalirkan ke sungai. “Dikasih lubang-lubang di bawah agar air bisa masuk ke sana. Jadi ada lubang air hujan biar masuk ke sini biar airnya tidak turun ke sana (TIJ),” imbuhnya.
Kabid Jalan dan Jembatan DPUMPP Surabaya , Ganjar Siswo Pramono mengatakan, pengaturan model punggung sapi dilakukan untuk mencegah banjir ketika hujan deras turun.
“Supaya nanti tidak menimbulkan dampak genangan di TIJ. Nanti kita buat tangkapan-tangkapan air, sebetulnya sudah ada tapi harus ditambahi lagi ke arah sisi barat. Terus aspalnya juga kemiringannya harus bisa melimpaskan air yang ada di permukaan jalan,” jelas Ganjar.
Karena itu, menurut Ganjar, elevasi permukaan harus disesuaikan agar dapat melimpaskan air hujan ke tempat yang disediakan itu. Sehingga diharapkan tidak sampai masuk ke dalam TIJ. Meski begitu, hal itu sebelumnya sudah ada dalam perencanaan.
“Kita belum sampai ke pekerjaan itu, memang sudah ada ide-ide itu. Tahapannya saat ini kita masih harus cor overtopping permukaan yang habis dipasang voided slap. Kan atasnya harus dicor dulu diaspal, baru kita kerjakan yang dekatnya di TIJ,” jelasnya.
Sedangkan untuk pekerjaan di tahap selanjutnya, yakni penyelesaian ornamen beserta gapura yang berada di tengah jembatan dengan ketinggian mencapai 20 meter. Meski demikian, pihaknya menyatakan terus berupaya mempercepat pembangunan jembatan yang memiliki panjang sekitar 150 meter itu.
(nun)