Melihat Aktivitas Ponpes SGJB Semarang di Tengah Pandemi

Kamis, 04 Juni 2020 - 10:30 WIB
loading...
Melihat Aktivitas Ponpes SGJB Semarang di Tengah Pandemi
Sejumlah santri Ponpes Sunan Gunung Jati Baalawy Kota Semarang mengikuti kegiatan ekstra di kompleks ponpes. FOTO/Istimewa
A A A
SEMARANG - Pandemi virus corona jenis baru, COVID-19 tak menyurutkan semangat para santri mengikuti beragam kegiatan yang diajarkan di Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba'alawy Kota Semarang (SGJBS) saat bulan suci Ramadhan 1441 Hijriyah.

Mereka tetap bersemangat mengikuti serangkaian kegiatan harian maupun mingguan yang telah dijadwalkan oleh pengasuh ponpes yang berlokasi di perbukitan Gunungpati Semarang, tepatnya di Jalan Malon RT 01/RW 06, Kelurahan Gunungpati, Kecamatan Gunungpati.

Pondok pesantren yang didirikan oleh KH Muhammad Masroni atas perintah gurunya, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Pekalongan ini, memiliki 120 santri putra, 180 santri putri, 27 tenaga pengajar, dan 2 pengasuh.

Para santri yang masih berada di pesantren menjalani serangkaian kegiatan harian, dimulai pada pukul 04.00-05.00 WIB salat subuh berjamaah, kemudian dilanjut Ngaji Alquran (pukul 05.00-06.00), bersih-bersih pondok (jam 06.00-07.00). Pada pukul 07.00-15.00 WIB (kegiatan di luar/sekolah/kuliah dll).

Selanjutnya pada pukul 11.30-12.30, para santri melaksanakan salat zuhur berjamaah, dilanjut ngaji Alquran (12.30-14.00), salat Ashar berjamaah (15.30-16.00), bersih-bersih pondok (16.00-16.30), Ngaji Kitab Bandongan (16.00-17.30). Kemudian salat maghrib berjamaah (17.30-18.00), ngaji Alquran (18.00-19.00), salat isya berjamaah (19.00-19.30), istirahat/makan dll (19.30-20.15), Madrasah Dinniyah (20.15-22.00), dan diakhiri belajar (22.00-23.00).

Sementara, untuk kegiatan mingguan meliputi Ahad/Minggu (ziarah makam Habib Abdullah Bafaqih Ro'an) kerja bakti, Senin (ngaji kitab tanwirul qulub, ngaji kitab risalatul mahid, dan mar'atus sholihah), Selasa (ngaji kitab jami'ul ushul fil auliya', semaan Alquran untul bilghoib, Tartilan untuk Binnadzor, ziarah makam Habib Hasan bin Tohan bin Yahya Peterongan), Kamis (Rotiban, Salawat Nariyah 4444, baca surat Yasin, Maulid Khitobahan), Jumat (Tartilan Juz Ama Binnadzor dan Bilghoib)

Untuk diketahui, Pondok pesantren ini mengembangkan bidang keagamaan, kemanusiaan, dan sosial berlandaskan agama Islam Ahlussunnah wal Jama'ah sesuai rintisan salafusshalihin di bawah pengawasan langsung ulama kharismatik asal Pekalongan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya.

Ponpes SGJBS secara resmi dibuka pada 2010 bersamaan dengan acara maulid Nabi Muhammad SAW. Guru Besar Maulana Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya memberikan nama Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba'alawy Kota Semarang.

Ditinjau dari segi normatif, kata Gunungpati dan Gunung Jati mempunyai persamaan makna yaitu sejatinya gunung atau sarinya gunung. Pendirina Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba'alawy Kota Semarang bertujuan untuk memayungi satuan-satuan badan/instansi dan atau lembaga-lembaga yang mengatasnamakan yayasan termasuk di antaranya Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba'alawy Kota Semarang,

Secara legal formal, yayasan ini diresmikan pada 2013 melalui Akta Notaris Nomor 06/15/IV/013 dan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan nomor AHU-3138.AH.01.04.Tahun 2013. Ponpes SGJBS terdaftar di KementerianAgama dengan nomor statistic pondok pesantren 5120337440186.

"Penekanan pembelajaran bagi para santi di pondok pesantren ini pada penguatan aqidah akhlak Islam Ahlussunah wal Jamaah serta penguatan pendidikan bela negara," kata KH Muhammad Masroni, pengasuh Ponpes SGJBS.

Dia menambahkan, untuk aktivitas di luar kegiatan belajar mengajar (KBM) adalah kegiatan pendidikan keterampilan lain seperti bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan perdagangan.

Namun di tengah pandemi COVID-19 , kegiatan pesantren di bulan Ramadhan menyesuaikan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. "Pada dasarnya kegiatan dalam Ramadhan tahun ini sedikit penyesuaian dengan peraturan pemerintah yang berlaku tapi kegiatan mengaji pada santri yang masih berada di pondok pesantren masih berjalan seperti biasa," katanya.

Menurut KH Masroni, pihaknya mengajak untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan pada bulan Ramadhan di tengah pandemi COVID-19 ini. Dia menyebutkan dalam Surat Albaqarah Juz 2 Ayat 183, bahwa orang yang berpuasa akan mendapat predikat bertakwa kepada Allah SWT, dengan dua syarat.

"Yang pertama adalah iman, iman yang sebenar-benarnya. Yang kedua adalah belajar mempelajari bahkan mencari perilaku tindak tanduk daripada pendahulu-pendahulu kita sehingga menemukan ketakwaan yang benar-benar taqwa, sehingga kita akan menemukan predikat takwa apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT," ujar mantan dosen di IAIN Syarif Hidayatullah ini.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1391 seconds (0.1#10.140)