Kematian COVID-19 Sumsel di Atas DKI, Ini Kata Ahli
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Angka kematian akibat COVID-19 di Sumsel berada di posisi empat secara nasional, hingga 7 September 2020 persentase kematian di Sumsel 5,92 persen. Namun menurut ahli mikrobiologi Sumsel, dengan angka itu bukan berarti menjadi hal yang gawat.
(Baca juga: Polwan Cantik di Lamongan, Berjibaku Makamkan Jenazah COVID-19 )
Ahli Mikrobiologi Sumsel, Yuwono mengatakan, persentase angka kematian COVID-19 Sumsel memang 5,9 persen atau 281 pasien yang meninggal. Akan tetapi itu tidak berarti sesuatu yang gawat, karena angka tersebut hanya sebagai pembanding dengan kematian, mengingat perbandingan kasus positif dengan kasus meninggal cukup jauh. Dari 4.745 positif COVID-19 , angka meninggal sebanyak 281 orang.
"Karena jika dilihat dari hitungan persentasenya, semakin besar pembagi maka semakin kecil persentase yang didapat. Contoh kasus positif 200 COVID-19 meninggalnya 20 artinya persentasenya 10 persen," ujar Direktur RS Pusri, Rabu (9/9/2020).
Dia mencontohkan, Provinsi Bengkulu, yang angka kasus meninggalnya di atas Sumsel yakni 6,6 persen angka positifnya hanya 391 kasus COVID-19 . "Bahkan DKI Jakarta saja tidak masuk ke dalam daftar itu, karena pembaginya besar. Makanya kita tak perlu terburu-buru untuk menganggap penyakit ini menjadi gawat, itu hanya persentase," jelas dia.
(Baca juga: Serahkan Kredit Dana Bergulir, Khofifah: UMKM Jatim Bangkit )
Hal lain yang juga mempengaruhi persentase angka kematian COVID-19 Sumsel adalah data kematian per hari yang belum tentu valid. Hal ini karena bisa saja hitungan kematian yang terjadi beberapa hari sebelumnya kemudian baru dihitung hari ini. "Data itu bisa saya sebut sebagian bukan data real time-nya. Ada data yang belum sinkron," tandasnya.
Ia menambahkan jika angka kematian ini mau turun, maka tingkat kesembuhannya harus tinggi. Kemudian pemeriksaan PCR yang dilakukan harus kepada satu persen dari jumlah penduduk. (Baca juga: Prajurit Kodam IV Jadi Agent of Change Reformasi Birokrasi )
Sampai hari ini pun virus ini sendiri tidak bermutasi menjadi lebih berbahaya, hanya saja ia menjadi mudah menyebar. "Sumsel ini ada 8,5 juta jiwa penduduknya kalau satu persen berarti 85.000. Sedangkan saat ini tes PCR baru menyasar 22.000 orang, nah kalau ini bisa setengahnya persentase kematian pasti bisa kecil," katanya.
Lihat Juga: Ferry Kurnia Rizkyansyah Hadiri Muskerwil Partai Perindo Sumsel, Dapat Sapaan Kuyung Kito
(Baca juga: Polwan Cantik di Lamongan, Berjibaku Makamkan Jenazah COVID-19 )
Ahli Mikrobiologi Sumsel, Yuwono mengatakan, persentase angka kematian COVID-19 Sumsel memang 5,9 persen atau 281 pasien yang meninggal. Akan tetapi itu tidak berarti sesuatu yang gawat, karena angka tersebut hanya sebagai pembanding dengan kematian, mengingat perbandingan kasus positif dengan kasus meninggal cukup jauh. Dari 4.745 positif COVID-19 , angka meninggal sebanyak 281 orang.
"Karena jika dilihat dari hitungan persentasenya, semakin besar pembagi maka semakin kecil persentase yang didapat. Contoh kasus positif 200 COVID-19 meninggalnya 20 artinya persentasenya 10 persen," ujar Direktur RS Pusri, Rabu (9/9/2020).
Dia mencontohkan, Provinsi Bengkulu, yang angka kasus meninggalnya di atas Sumsel yakni 6,6 persen angka positifnya hanya 391 kasus COVID-19 . "Bahkan DKI Jakarta saja tidak masuk ke dalam daftar itu, karena pembaginya besar. Makanya kita tak perlu terburu-buru untuk menganggap penyakit ini menjadi gawat, itu hanya persentase," jelas dia.
(Baca juga: Serahkan Kredit Dana Bergulir, Khofifah: UMKM Jatim Bangkit )
Hal lain yang juga mempengaruhi persentase angka kematian COVID-19 Sumsel adalah data kematian per hari yang belum tentu valid. Hal ini karena bisa saja hitungan kematian yang terjadi beberapa hari sebelumnya kemudian baru dihitung hari ini. "Data itu bisa saya sebut sebagian bukan data real time-nya. Ada data yang belum sinkron," tandasnya.
Ia menambahkan jika angka kematian ini mau turun, maka tingkat kesembuhannya harus tinggi. Kemudian pemeriksaan PCR yang dilakukan harus kepada satu persen dari jumlah penduduk. (Baca juga: Prajurit Kodam IV Jadi Agent of Change Reformasi Birokrasi )
Sampai hari ini pun virus ini sendiri tidak bermutasi menjadi lebih berbahaya, hanya saja ia menjadi mudah menyebar. "Sumsel ini ada 8,5 juta jiwa penduduknya kalau satu persen berarti 85.000. Sedangkan saat ini tes PCR baru menyasar 22.000 orang, nah kalau ini bisa setengahnya persentase kematian pasti bisa kecil," katanya.
Lihat Juga: Ferry Kurnia Rizkyansyah Hadiri Muskerwil Partai Perindo Sumsel, Dapat Sapaan Kuyung Kito
(eyt)