Seniman Indonesia Unjuk Kebolehan di Festival Seni dan Teknologi Terbesar Dunia
loading...
A
A
A
Menurut Angki, ide ini ditemukan saat dia berada di penjara dikarenakan daun ganja. Seni-lah yang menyelamatkan hari-hari Angki dan dia menularkannya kepada teman-temannya, sehingga terbentuklah pergerakan seni karya kolaboratif yang menggunakan basis artistik 'kenangan penjara'.
"Platform ini memberi orang ruang, hak, dan kebebasan tertentu tidak hanya selama mereka di penjara, tetapi juga setelah dibebaskan," katanya.
Selain itu, ada dua orang seniman yang merasa resah dengan tantangan di perkotaan. Pertama, yakni Naufal Abshar, seniman lukis asal Jakarta merasa resah atas tumbuhnya hutan beton di kotanya.
Naufal dengan gaya satirnya bereksplorasi dan bereksperimen bagaimana seharusnya kota yang hijau dan ideal.
Kali pertama terlibat dalam festival berskala internasional seperti ini, Naufal membebaskan imajinasinya dengan taman ciptaannya yang tersebar di berbagai tempat di Jakarta.
Dia bahkan berkreasi dengan tablet-tablet yang difungsikan menjadi tanaman pada karyanya I bet U love my garden.
Seniman lainnya yang resah dengan tantangan di perkotaan itu, yakni Rubi Roesli, seorang arsitek yang mengeksplorasi ruang dan komposisi melalui karyanya String Composition Serie 6 yang merupakan intervensi seorang arsitek pada suatu ruang.
Rubi bermain dengan garis untuk merepresentasikan material fisik, bukan merepresentasikan bangunan yang berinteraksi langsung dengan ruang nyata. Instalasi ini merupakan respon
terhadap ruang terbuka yang ada di Jakarta.
"Saya ingin dengan adanya instalasi ini, kita semua belajar dan berpikir tentang ruang dimana kita berada dan bagaimana merespon keberadaannya," kata Rubi.
Karya seni lainnya dihasilkan Notanlab yang mengangkat fenomena media sosial dan generasi Z (after Millennial behaviour) melalui aplikasi berbasis situs colo(ur).
"Platform ini memberi orang ruang, hak, dan kebebasan tertentu tidak hanya selama mereka di penjara, tetapi juga setelah dibebaskan," katanya.
Selain itu, ada dua orang seniman yang merasa resah dengan tantangan di perkotaan. Pertama, yakni Naufal Abshar, seniman lukis asal Jakarta merasa resah atas tumbuhnya hutan beton di kotanya.
Naufal dengan gaya satirnya bereksplorasi dan bereksperimen bagaimana seharusnya kota yang hijau dan ideal.
Kali pertama terlibat dalam festival berskala internasional seperti ini, Naufal membebaskan imajinasinya dengan taman ciptaannya yang tersebar di berbagai tempat di Jakarta.
Dia bahkan berkreasi dengan tablet-tablet yang difungsikan menjadi tanaman pada karyanya I bet U love my garden.
Seniman lainnya yang resah dengan tantangan di perkotaan itu, yakni Rubi Roesli, seorang arsitek yang mengeksplorasi ruang dan komposisi melalui karyanya String Composition Serie 6 yang merupakan intervensi seorang arsitek pada suatu ruang.
Rubi bermain dengan garis untuk merepresentasikan material fisik, bukan merepresentasikan bangunan yang berinteraksi langsung dengan ruang nyata. Instalasi ini merupakan respon
terhadap ruang terbuka yang ada di Jakarta.
"Saya ingin dengan adanya instalasi ini, kita semua belajar dan berpikir tentang ruang dimana kita berada dan bagaimana merespon keberadaannya," kata Rubi.
Karya seni lainnya dihasilkan Notanlab yang mengangkat fenomena media sosial dan generasi Z (after Millennial behaviour) melalui aplikasi berbasis situs colo(ur).