Wijianto Jalan Kaki di 30 Provinsi untuk Hapus Stigma Orang dengan HIV

Selasa, 08 September 2020 - 07:14 WIB
loading...
Wijianto Jalan Kaki di 30 Provinsi untuk Hapus Stigma Orang dengan HIV
Pemuda ODHA, Wijianto saat menerima penghargaan Leprid di Semarang. FOTO : SINDOnews/Ahmad Antoni
A A A
SEMARANG - Orang dengan HIV/AIDS atau yang kerap disebut ODHA seringkali masih dikonotasikan sebagai seseorang yang tinggal menunggu ajal. Stigma tersebut selalu melekat di benak sebagian orang Indonesia.

Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. ODHA masih bisa beraktivitas layaknya orang kebanyakan. Bahkan, ada seorang pemuda berjalan keliling di 30 provinsi se-Indonesia. Aksi yang belum tentu bisa dilakukan semua orang.

Aksi itu telah dilakukan oleh Wijianto (38). Dia memulai melakukan kampanye anti diskriminasi ODHA dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS dengan berjalan kaki selama 2 tahun 3 hari, dimulai sejak 7 November 2015 hingga 10 November 2017 lalu.

Selama rentang waktu 2 tahun 3 hari tersebut, pemuda yang akrab disapa Gareng itu telah mengunjungi 110 kabupaten/kota di Indonesia, termasuk singgah di 68 kampus dan sekolah.( )

“Ide berjalan kaki itu ide saya pribadi. Tujuannya hanya untuk memotivasi teman-teman yang positif HIV sekaligus menyadarkan masyarakat tentang apa itu HIV dan AIDS,” ungkap Gareng saat ditemui SINDOnews di Kantor Leprid Semarang, Jateng Senin (7/9/2020).

Dia menambahkan, dalam ekspedisi keliling jalan kaki juga bertujuan menyadarkan masyarakat terhadap stigma ODHA yang selalu mendapat perlakuan diskriminasi.

Dalam perjalanannya, lelaki berperawakan tinggi ini tak memungkiri jika masih banyak stigma dan diskriminasi kuat terhadap ODHA, hampir di semua daerah. Orang-orang yang diketahui positif HIV mendadak jadi pembahasan banyak orang secara negatif.

Hal itulah yang mendorongnya berjalan kaki mengelilingi Indonesia. Pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur itu telah divonis positif ODHA pada tahun 2011 di Jakarta.

Diceritakan, saat itu dia tengah menderita TB paru dan dirawat. Perlakuan diskriminatif mulai diterimanya dari petugas kesehatan, bahkan orang terdekat. Padahal, petugas kesehatan sudah tahu dari mana saja virus HIV menular. Demikian pula keluarganya yang sudah dapat penjelasan. Namun sayangnya, hidup punya cerita sendiri.

Gareng tak tahu pasti bagaimana dia bisa tertular HIV. Segala kemungkinan ada, bisa dari hal buruk maupun hal baik. Hanya diakuinya, dulunya dia pecandu narkoba. Namun demikian, anak semata wayangnya (saat ini kelas 4 SD) yang membuatnya kembali bangkit.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4507 seconds (0.1#10.140)