Wijianto Jalan Kaki di 30 Provinsi untuk Hapus Stigma Orang dengan HIV
loading...
A
A
A
SEMARANG - Orang dengan HIV/AIDS atau yang kerap disebut ODHA seringkali masih dikonotasikan sebagai seseorang yang tinggal menunggu ajal. Stigma tersebut selalu melekat di benak sebagian orang Indonesia.
Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. ODHA masih bisa beraktivitas layaknya orang kebanyakan. Bahkan, ada seorang pemuda berjalan keliling di 30 provinsi se-Indonesia. Aksi yang belum tentu bisa dilakukan semua orang.
Aksi itu telah dilakukan oleh Wijianto (38). Dia memulai melakukan kampanye anti diskriminasi ODHA dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS dengan berjalan kaki selama 2 tahun 3 hari, dimulai sejak 7 November 2015 hingga 10 November 2017 lalu.
Selama rentang waktu 2 tahun 3 hari tersebut, pemuda yang akrab disapa Gareng itu telah mengunjungi 110 kabupaten/kota di Indonesia, termasuk singgah di 68 kampus dan sekolah.( )
“Ide berjalan kaki itu ide saya pribadi. Tujuannya hanya untuk memotivasi teman-teman yang positif HIV sekaligus menyadarkan masyarakat tentang apa itu HIV dan AIDS,” ungkap Gareng saat ditemui SINDOnews di Kantor Leprid Semarang, Jateng Senin (7/9/2020).
Dia menambahkan, dalam ekspedisi keliling jalan kaki juga bertujuan menyadarkan masyarakat terhadap stigma ODHA yang selalu mendapat perlakuan diskriminasi.
Dalam perjalanannya, lelaki berperawakan tinggi ini tak memungkiri jika masih banyak stigma dan diskriminasi kuat terhadap ODHA, hampir di semua daerah. Orang-orang yang diketahui positif HIV mendadak jadi pembahasan banyak orang secara negatif.
Hal itulah yang mendorongnya berjalan kaki mengelilingi Indonesia. Pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur itu telah divonis positif ODHA pada tahun 2011 di Jakarta.
Diceritakan, saat itu dia tengah menderita TB paru dan dirawat. Perlakuan diskriminatif mulai diterimanya dari petugas kesehatan, bahkan orang terdekat. Padahal, petugas kesehatan sudah tahu dari mana saja virus HIV menular. Demikian pula keluarganya yang sudah dapat penjelasan. Namun sayangnya, hidup punya cerita sendiri.
Gareng tak tahu pasti bagaimana dia bisa tertular HIV. Segala kemungkinan ada, bisa dari hal buruk maupun hal baik. Hanya diakuinya, dulunya dia pecandu narkoba. Namun demikian, anak semata wayangnya (saat ini kelas 4 SD) yang membuatnya kembali bangkit.
“Pertama ngedrop, tapi saya ingat anak saya. Bagaimana jika dia juga positif, tapi syukur ternyata dia negatif. Semangat hidup saya muncul ke anak saya. Anak menjadi penyemangat nomor satu,” ujar Gareng yang kini aktif sebagai Satgas Covid-19 LPBI (Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim) NU Pasuruan.
Namun kebangkitannya bukan tanpa halangan. Sang istri ketika dirinya divonis positif HIV langsung minta cerai karena stigma negatif masih lekat di keluarganya. Meski begitu Gareng tak patah arang. Dia tak ingin ODHA lain merasakan apa yang dia rasa.
Sehingga dirinya begitu semangat untuk melakoni perjalanan keliling Indonesia guna memberikan edukasi kepada masyarakat dan membangkitkan semangat para ODHA.
Dia mengaku capek harus berjalan di 110 kabupaten/kota di 30 provinsi “Tapi jangan salah, yang jalan kaki itu bukanlah Gareng yang capek tapi jalan kaki itu adalah semangat pemuda Indonesia yang tak pernah capek sampai kapanpun,” ucapnya.
Suka duka pun dilaluinya selama dalam perjalanan. Seperti pernah kemalingan hingga nyasar di hutan berhari-hari. “Saya sering kemalingan di jalan bahkan pernah 3 hari kesasar di hutan. Waktu itu kejadian ada di Sulawesi. Soal tidur, selama berada di Jawa tidur di rumah teman atau rumah singgah ODHA, saat di luar Jawa tidur di hutan karena tak ada pilihan,” bebernya.
Sementara, Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) memberikan apresiasi kepada Wijianto Gareng, seorang pemuda dengan HIV/AIDS (ODHA) yang telah melakukan edukasi kepada masyarakat tentang HIV/AIDS dengan berjalan kaki selama 2 tahun, 3 ke 30 Provinsi di 110 Kabupaten/Kota di Indonesia.
Menurut Ketua Umum dan Pendiri Leprid, Paulus Pangka penghargaan diberikan kepada Wijianto lebih karena perasaan kemanusian.(Baca juga : Belasan Ribu Warga Kota Probolinggo Makan Nasi Jagung Bersama )
“Kami melihat Mas Wiji ini dengan sukarela dengan hati yang mulia dan tulus, seorang ODHA dengan semangatnya memberi motivasi kepada teman-temannya terutama kaum hawa supaya jangan menganggap mereka dari sisi negatif, tetapi kita tetap bergaul dengan ODHA tetap memberikan perhatian kepada mereka sebagai manusia,” terang Paulus.
Dukungan terhadap aksi kemanusiaan yang dilakukan Wijianto pun datang dari manajemen Madu Gana asal Pati.Dukungan tersebut berupa pemberian madu yang diharapkan bisa menjaga imunitas.
“Mas Gareng merupakan satu-satunya pemuda di Indonesia ini yang punya aksi kepedulian kemanusian khususnya kepada mereka yang positif HIV AIDS. Dan beliau menjalani semua dengan berjalan kaki ini yang menginspirasi kami Madu Gana bisa membantu Mas Gareng untuk tetap semangat menjalankan kepeduliannya terhadap saudara-saudara lain keliling Indonesia,” kata pemilik Madu Gana, Suharto.
“Kami Insya Allah akan selalu mendampingi Mas Gareng untuk keliling Indonesia atau dunia agar stamina/imunnya tetap terjaga tetap fit,” imbuhnya.
Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. ODHA masih bisa beraktivitas layaknya orang kebanyakan. Bahkan, ada seorang pemuda berjalan keliling di 30 provinsi se-Indonesia. Aksi yang belum tentu bisa dilakukan semua orang.
Aksi itu telah dilakukan oleh Wijianto (38). Dia memulai melakukan kampanye anti diskriminasi ODHA dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS dengan berjalan kaki selama 2 tahun 3 hari, dimulai sejak 7 November 2015 hingga 10 November 2017 lalu.
Selama rentang waktu 2 tahun 3 hari tersebut, pemuda yang akrab disapa Gareng itu telah mengunjungi 110 kabupaten/kota di Indonesia, termasuk singgah di 68 kampus dan sekolah.( )
“Ide berjalan kaki itu ide saya pribadi. Tujuannya hanya untuk memotivasi teman-teman yang positif HIV sekaligus menyadarkan masyarakat tentang apa itu HIV dan AIDS,” ungkap Gareng saat ditemui SINDOnews di Kantor Leprid Semarang, Jateng Senin (7/9/2020).
Dia menambahkan, dalam ekspedisi keliling jalan kaki juga bertujuan menyadarkan masyarakat terhadap stigma ODHA yang selalu mendapat perlakuan diskriminasi.
Dalam perjalanannya, lelaki berperawakan tinggi ini tak memungkiri jika masih banyak stigma dan diskriminasi kuat terhadap ODHA, hampir di semua daerah. Orang-orang yang diketahui positif HIV mendadak jadi pembahasan banyak orang secara negatif.
Hal itulah yang mendorongnya berjalan kaki mengelilingi Indonesia. Pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur itu telah divonis positif ODHA pada tahun 2011 di Jakarta.
Diceritakan, saat itu dia tengah menderita TB paru dan dirawat. Perlakuan diskriminatif mulai diterimanya dari petugas kesehatan, bahkan orang terdekat. Padahal, petugas kesehatan sudah tahu dari mana saja virus HIV menular. Demikian pula keluarganya yang sudah dapat penjelasan. Namun sayangnya, hidup punya cerita sendiri.
Gareng tak tahu pasti bagaimana dia bisa tertular HIV. Segala kemungkinan ada, bisa dari hal buruk maupun hal baik. Hanya diakuinya, dulunya dia pecandu narkoba. Namun demikian, anak semata wayangnya (saat ini kelas 4 SD) yang membuatnya kembali bangkit.
“Pertama ngedrop, tapi saya ingat anak saya. Bagaimana jika dia juga positif, tapi syukur ternyata dia negatif. Semangat hidup saya muncul ke anak saya. Anak menjadi penyemangat nomor satu,” ujar Gareng yang kini aktif sebagai Satgas Covid-19 LPBI (Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim) NU Pasuruan.
Namun kebangkitannya bukan tanpa halangan. Sang istri ketika dirinya divonis positif HIV langsung minta cerai karena stigma negatif masih lekat di keluarganya. Meski begitu Gareng tak patah arang. Dia tak ingin ODHA lain merasakan apa yang dia rasa.
Sehingga dirinya begitu semangat untuk melakoni perjalanan keliling Indonesia guna memberikan edukasi kepada masyarakat dan membangkitkan semangat para ODHA.
Dia mengaku capek harus berjalan di 110 kabupaten/kota di 30 provinsi “Tapi jangan salah, yang jalan kaki itu bukanlah Gareng yang capek tapi jalan kaki itu adalah semangat pemuda Indonesia yang tak pernah capek sampai kapanpun,” ucapnya.
Suka duka pun dilaluinya selama dalam perjalanan. Seperti pernah kemalingan hingga nyasar di hutan berhari-hari. “Saya sering kemalingan di jalan bahkan pernah 3 hari kesasar di hutan. Waktu itu kejadian ada di Sulawesi. Soal tidur, selama berada di Jawa tidur di rumah teman atau rumah singgah ODHA, saat di luar Jawa tidur di hutan karena tak ada pilihan,” bebernya.
Sementara, Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) memberikan apresiasi kepada Wijianto Gareng, seorang pemuda dengan HIV/AIDS (ODHA) yang telah melakukan edukasi kepada masyarakat tentang HIV/AIDS dengan berjalan kaki selama 2 tahun, 3 ke 30 Provinsi di 110 Kabupaten/Kota di Indonesia.
Menurut Ketua Umum dan Pendiri Leprid, Paulus Pangka penghargaan diberikan kepada Wijianto lebih karena perasaan kemanusian.(Baca juga : Belasan Ribu Warga Kota Probolinggo Makan Nasi Jagung Bersama )
“Kami melihat Mas Wiji ini dengan sukarela dengan hati yang mulia dan tulus, seorang ODHA dengan semangatnya memberi motivasi kepada teman-temannya terutama kaum hawa supaya jangan menganggap mereka dari sisi negatif, tetapi kita tetap bergaul dengan ODHA tetap memberikan perhatian kepada mereka sebagai manusia,” terang Paulus.
Dukungan terhadap aksi kemanusiaan yang dilakukan Wijianto pun datang dari manajemen Madu Gana asal Pati.Dukungan tersebut berupa pemberian madu yang diharapkan bisa menjaga imunitas.
“Mas Gareng merupakan satu-satunya pemuda di Indonesia ini yang punya aksi kepedulian kemanusian khususnya kepada mereka yang positif HIV AIDS. Dan beliau menjalani semua dengan berjalan kaki ini yang menginspirasi kami Madu Gana bisa membantu Mas Gareng untuk tetap semangat menjalankan kepeduliannya terhadap saudara-saudara lain keliling Indonesia,” kata pemilik Madu Gana, Suharto.
“Kami Insya Allah akan selalu mendampingi Mas Gareng untuk keliling Indonesia atau dunia agar stamina/imunnya tetap terjaga tetap fit,” imbuhnya.
(nun)