Kapten Muljono: Legenda Penerbang Tempur Indonesia yang Menggetarkan Nyali Penjajah
loading...

Kapten Udara (Anumerta) Muljono merupakan legenda dalam dunia penerbangan militer Indonesia. Ia tercatat sebagai pilot atau penerbang tempur pertama di AURI. Foto/Dinas Penerangan TNI AU dalam Sejarah Angkatan Udara Indonesia (1950-1959).
A
A
A
KAPTEN Udara (Anumerta) Muljono merupakan legenda dalam dunia penerbangan militer Indonesia. Ia tercatat sebagai pilot atau penerbang tempur pertama di Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang berperan penting dalam menjaga kedaulatan negara.
Keberaniannya di medan perang menjadikannya figur inspiratif bagi generasi penerbang berikutnya.
Lahir di Pare, Kediri, Jawa Timur, pada 13 Maret 1923, Muljono mengawali kariernya sebagai masinis di jawatan kereta api pemerintahan kolonial Belanda di Madiun.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, ia tertarik untuk terjun ke dunia penerbangan dan mendaftar sebagai Kadet Udara II pada 15 Desember 1945 di Sekolah Penerbang Malang.
Seiring dengan pemindahan sekolah penerbang ke Maguwo, Yogyakarta, Muljono menunjukkan bakat luar biasa dalam mengendalikan pesawat.
Berkat ketekunan dan keahliannya, ia dipercaya untuk mengikuti berbagai latihan serta misi penting. Dedikasinya membuatnya menonjol di antara kadet lainnya, menjadikannya salah satu calon penerbang andalan AURI.
Pada 29 Juli 1947, Muljono bersama tim penerbang lainnya melaksanakan serangan udara terhadap basis militer Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga.
Misi ini merupakan bentuk perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda I. Menggunakan pesawat Cureng dan Guntei (bekas pesawat pembom ringan Jepang) mereka berhasil menyerang posisi Belanda meskipun dengan persenjataan terbatas.
Aksi ini menandai operasi udara pertama dalam sejarah AURI dan membuktikan bahwa Indonesia memiliki kekuatan udara yang mampu menghadapi penjajah.
Meski dampaknya secara militer tidak begitu besar, serangan tersebut memberikan efek psikologis yang signifikan terhadap Belanda serta meningkatkan semangat juang para pejuang Republik.
Pada 12 April 1951, Kapten Muljono gugur dalam kecelakaan pesawat saat melakukan demonstrasi udara dalam perayaan lima tahun AURI di Surabaya.
Pesawat P-51 Mustang yang dikemudikannya mengalami kendala teknis dan jatuh, merenggut nyawanya.
Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya, nama Kapten Muljono diabadikan sebagai nama pangkalan udara di Surabaya, yang kini dikenal sebagai Lanud Muljono. Keberaniannya terus menjadi sumber inspirasi bagi para penerbang tempur Indonesia hingga saat ini.
Kapten Muljono adalah pahlawan yang meninggalkan jejak emas dalam sejarah penerbangan militer Indonesia. Dedikasi dan keberaniannya dalam mempertahankan tanah air menjadikannya simbol perjuangan TNI Angkatan Udara.
Kisah hidupnya akan selalu dikenang sebagai bagian dari sejarah panjang perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan.
Keberaniannya di medan perang menjadikannya figur inspiratif bagi generasi penerbang berikutnya.
Lahir di Pare, Kediri, Jawa Timur, pada 13 Maret 1923, Muljono mengawali kariernya sebagai masinis di jawatan kereta api pemerintahan kolonial Belanda di Madiun.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, ia tertarik untuk terjun ke dunia penerbangan dan mendaftar sebagai Kadet Udara II pada 15 Desember 1945 di Sekolah Penerbang Malang.
Seiring dengan pemindahan sekolah penerbang ke Maguwo, Yogyakarta, Muljono menunjukkan bakat luar biasa dalam mengendalikan pesawat.
Berkat ketekunan dan keahliannya, ia dipercaya untuk mengikuti berbagai latihan serta misi penting. Dedikasinya membuatnya menonjol di antara kadet lainnya, menjadikannya salah satu calon penerbang andalan AURI.
Aksi Tempur Bersejarah
Pada 29 Juli 1947, Muljono bersama tim penerbang lainnya melaksanakan serangan udara terhadap basis militer Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga.
Misi ini merupakan bentuk perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda I. Menggunakan pesawat Cureng dan Guntei (bekas pesawat pembom ringan Jepang) mereka berhasil menyerang posisi Belanda meskipun dengan persenjataan terbatas.
Aksi ini menandai operasi udara pertama dalam sejarah AURI dan membuktikan bahwa Indonesia memiliki kekuatan udara yang mampu menghadapi penjajah.
Meski dampaknya secara militer tidak begitu besar, serangan tersebut memberikan efek psikologis yang signifikan terhadap Belanda serta meningkatkan semangat juang para pejuang Republik.
Kecelakaan Tragis dan Warisan
Pada 12 April 1951, Kapten Muljono gugur dalam kecelakaan pesawat saat melakukan demonstrasi udara dalam perayaan lima tahun AURI di Surabaya.
Pesawat P-51 Mustang yang dikemudikannya mengalami kendala teknis dan jatuh, merenggut nyawanya.
Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya, nama Kapten Muljono diabadikan sebagai nama pangkalan udara di Surabaya, yang kini dikenal sebagai Lanud Muljono. Keberaniannya terus menjadi sumber inspirasi bagi para penerbang tempur Indonesia hingga saat ini.
Kapten Muljono adalah pahlawan yang meninggalkan jejak emas dalam sejarah penerbangan militer Indonesia. Dedikasi dan keberaniannya dalam mempertahankan tanah air menjadikannya simbol perjuangan TNI Angkatan Udara.
Kisah hidupnya akan selalu dikenang sebagai bagian dari sejarah panjang perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan.
(shf)
Lihat Juga :