Kolonel Agus Hernoto: Legenda Kopassus yang Berani Hadang Jenderal LB Moerdani dengan Moncong Senjata
loading...

Jenderal LB Moerdarni dan legenda Kopassus Kolonel Inf Agus Hernoto. Foto/Ist
A
A
A
KOMANDOPasukan Khusus (Kopassus) dikenal sebagai satuan elite TNI AD yang melahirkan prajurit-prajurit tangguh dan penuh dedikasi. Dari sekian banyak nama yang melegenda, salah satu yang paling berani adalah Kolonel Inf Agus Hernoto.
Keberaniannya di medan tempur tak hanya membuatnya dihormati, tetapi juga terlibat dalam insiden dramatis dengan tokoh militer besar, Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benjamin Moerdani atau Benny Moerdani.
Dalam buku biografinya berjudul “Kolonel Inf. Agus Hernoto: Legenda Pasukan Komando dari Kopassus menyebutkan, sang legenda lahir di Malang, Jawa Timur, pada 1 Agustus 1930..
Dia Hernoto dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan loyal. Sejak bergabung dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), cikal bakal Kopassus, ia membuktikan dirinya sebagai prajurit yang pantang mundur.
Keberaniannya di berbagai operasi militer membuatnya mendapatkan penghargaan tertinggi dari Presiden Soeharto pada tahun 1987: Bintang Sakti. Penghargaan ini hanya diberikan kepada mereka yang menunjukkan keberanian luar biasa, sejajar dengan Jenderal Benny Moerdani yang sebelumnya menerima penghargaan serupa dari Presiden Soekarno.
Namun, di balik prestasi gemilangnya, tersimpan kisah ketegangan yang nyaris berujung baku tembak antara dirinya dan Benny Moerdani.
Tahun 1956, situasi di dalam tubuh RPKAD memanas. Mayor Djaelani, Komandan RPKAD saat itu, merancang rencana penculikan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Kolonel AH Nasution.
Rencana ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kondisi nasional dan kesejahteraan prajurit yang dianggap kurang diperhatikan.
Pada 26 November 1956, suasana di Asrama RPKAD Batujajar, Bandung mendadak tegang. Prajurit Kompi B yang menolak rencana penculikan melepaskan tembakan, terlibat baku tembak dengan pasukan Kompi A yang dipimpin oleh Benny Moerdani.
Di tengah kekacauan, Sersan Agus Hernoto muncul dengan pistol terhunus, menodongkan senjatanya langsung ke wajah Benny Moerdani.
"Mau ke mana?" gertaknya dengan suara lantang.
Benny yang saat itu baru pulih dari sakit, tetap tenang dan menjawab, "Ke kantor."
Situasi semakin genting, tetapi dengan ketenangannya, Benny Moerdani berhasil meredam emosi para prajurit. Ia memerintahkan mereka menurunkan senjata dan mengajak Agus Hernoto serta beberapa prajurit lainnya menemui Djaelani.
Akhirnya, Djaelani menyerah dan menyerahkan pistolnya kepada Benny untuk menghindari pertumpahan darah.
Ketika Agus Hernoto harus meninggalkan RPKAD akibat luka yang dideritanya dalam operasi pembebasan Papua, Benny Moerdani yang saat itu menjabat di Opsus, unit intelijen di bawah Mayjen Ali Moertopo, langsung turun tangan dan mengajaknya bergabung.
Kisah Agus Hernoto bukan hanya tentang keberanian, tetapi juga loyalitas, persaudaraan, dan dedikasi tanpa batas. Namanya tetap dikenang sebagai salah satu prajurit paling legendaris dalam sejarah Kopassus.
Keberaniannya di medan tempur tak hanya membuatnya dihormati, tetapi juga terlibat dalam insiden dramatis dengan tokoh militer besar, Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benjamin Moerdani atau Benny Moerdani.
Baca Juga
Dalam buku biografinya berjudul “Kolonel Inf. Agus Hernoto: Legenda Pasukan Komando dari Kopassus menyebutkan, sang legenda lahir di Malang, Jawa Timur, pada 1 Agustus 1930..
Dia Hernoto dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan loyal. Sejak bergabung dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), cikal bakal Kopassus, ia membuktikan dirinya sebagai prajurit yang pantang mundur.
Keberaniannya di berbagai operasi militer membuatnya mendapatkan penghargaan tertinggi dari Presiden Soeharto pada tahun 1987: Bintang Sakti. Penghargaan ini hanya diberikan kepada mereka yang menunjukkan keberanian luar biasa, sejajar dengan Jenderal Benny Moerdani yang sebelumnya menerima penghargaan serupa dari Presiden Soekarno.
Namun, di balik prestasi gemilangnya, tersimpan kisah ketegangan yang nyaris berujung baku tembak antara dirinya dan Benny Moerdani.
Baca Juga
Insiden Mencekam di Batujajar
Tahun 1956, situasi di dalam tubuh RPKAD memanas. Mayor Djaelani, Komandan RPKAD saat itu, merancang rencana penculikan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Kolonel AH Nasution.
Rencana ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kondisi nasional dan kesejahteraan prajurit yang dianggap kurang diperhatikan.
Pada 26 November 1956, suasana di Asrama RPKAD Batujajar, Bandung mendadak tegang. Prajurit Kompi B yang menolak rencana penculikan melepaskan tembakan, terlibat baku tembak dengan pasukan Kompi A yang dipimpin oleh Benny Moerdani.
Di tengah kekacauan, Sersan Agus Hernoto muncul dengan pistol terhunus, menodongkan senjatanya langsung ke wajah Benny Moerdani.
"Mau ke mana?" gertaknya dengan suara lantang.
Benny yang saat itu baru pulih dari sakit, tetap tenang dan menjawab, "Ke kantor."
Situasi semakin genting, tetapi dengan ketenangannya, Benny Moerdani berhasil meredam emosi para prajurit. Ia memerintahkan mereka menurunkan senjata dan mengajak Agus Hernoto serta beberapa prajurit lainnya menemui Djaelani.
Akhirnya, Djaelani menyerah dan menyerahkan pistolnya kepada Benny untuk menghindari pertumpahan darah.
Persahabatan Seumur Hidup
Siapa sangka, insiden penuh ketegangan itu justru menjadi awal dari hubungan erat antara Agus Hernoto dan Benny Moerdani. Setelah peristiwa itu, mereka menjalin persahabatan yang bertahan seumur hidup.Ketika Agus Hernoto harus meninggalkan RPKAD akibat luka yang dideritanya dalam operasi pembebasan Papua, Benny Moerdani yang saat itu menjabat di Opsus, unit intelijen di bawah Mayjen Ali Moertopo, langsung turun tangan dan mengajaknya bergabung.
Kisah Agus Hernoto bukan hanya tentang keberanian, tetapi juga loyalitas, persaudaraan, dan dedikasi tanpa batas. Namanya tetap dikenang sebagai salah satu prajurit paling legendaris dalam sejarah Kopassus.
(shf)