Kisah Pemberontakan Mengerikan di Awal Kertanegara Jadi Raja Singasari
loading...
![Kisah Pemberontakan...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2025/02/12/29/1528497/kisah-pemberontakan-mengerikan-di-awal-kertanegara-jadi-raja-singasari-jwd.webp)
Penjahat kawakan di Singasari bernama Caya Raja konon memberontak ke Raja Kertanegara. FOTO ILUSTRASI/IST
A
A
A
PENJAHATkawakan di Singasari bernama Caya Raja konon memberontak ke Raja Kertanegara . Pemberontakan ini terjadi saat Singasari awal-awal dipimpin oleh Kertanagara, dan baru merintis pemerintahan.
Pemberontakan ini nyaris membuat stabilisasi kerajaan terganggu. Bahkan pemberontakan yang dilakukan oleh Caya Raja atau Kalana Bhaya, ini juga mengganggu stabilitas keamanan masyarakat, yang membuat Kertanegara mengambil langkah tegas.
Hal ini dilakukan demi misinya memperluas wilayah kekuasaan Singasari hingga ke Semenanjung Malaya atau Melayu, bisa terealisasi. Apalagi Kertanegara sudah merencanakan melakukan ekspansi ke luar Pulau Jawa.
Maka keputusan menumpas pemberontakan ini adalah satu-satunya jalan. Sebagaimana dikutip dari buku "Menuju Puncak Kemegahan Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit", Kertanegara berhasil membinasakan Kalana Bhaya. Konon penumpasan ini terjadi di awal-awal kekuasaan Kertanegara.
Peristiwa pemberontakan ini bahkan dimuat dalam naskah kuno Panji Wijayakrama pupuh 1 / 10 yang juga mencatatkan pemberontakan kalana (penjahat) yang bernama Bhayangkara terhadap Raja Kertanegara. Pada umumnya, Panji Wijayakrama dan Kidung Rangga Lawe agak panjang dalam uraiannya tentang pemberontakan kalana Bhayangkara.
Tetapi baik dari Negarakertagama, Pararaton, maupun Panji Wijayakrama, didapati pemberitaan peristiwa yang sama. Namun nama pemberontaknya agak berbeda. Di Kakawin Pararaton, pemberontakan Kalana Bhaya disebutkan dapat ditumpas Kertanegara di awal masa pemerintahannya.
Bunyi kalimatnya yakni Sapanyeneng cri Kertanegara angilangaken kalana aran Bhaya. Huwus ing kalana mati, angutus ing kawula nira, andona maring Melayu. Artinya Ketika baru saja naik tahta, Raja Kertanegara menyirnakan penjahat bernama Bhaya. Setelah penjahat mati dia mengirim orang atau tentara ke negeri Melayu. Namun pada kitab Negarakertagama penjahat itu tidak bernama Bhaya, tetapi Caya Raja atau Cayaraja. Konon pemberontakan ini terjadi pada tahun Saka 1192 atau 1280 Masehi.
Sementara pada Kidung Panji Wijayakrama, pemberitaan tentang penjahat Bhaya juga disebutkan tepat sebelum pengiriman tentara Singasari ke negeri Melayu. Namun namanya bukan Bhaya melainkan Bhayangkara. Demikian pada hakikatnya tidak terdapat selisih pendapat antara ketiga sumber sejarah itu tentang adanya peristiwa sejarah yang bersangkutan. Yang berbeda adalah nama pemberontaknya, namun nama-nama itu hampir sama bunyinya terutama nama Bhaya dan Bhayangkara.
Ketiga sumber sejarah itu saling mengisi, Negarakertagama menambahkan tarikh tahun terjadinya peristiwa. Kidung Panji Wijayakrama mengulur nama itu menjadi Bhayangkara, dan menempatkan berita itu tepat pada akhir berita tentang berhentinya Patih Raganata dari jabatannya.
Pemberontakan ini nyaris membuat stabilisasi kerajaan terganggu. Bahkan pemberontakan yang dilakukan oleh Caya Raja atau Kalana Bhaya, ini juga mengganggu stabilitas keamanan masyarakat, yang membuat Kertanegara mengambil langkah tegas.
Hal ini dilakukan demi misinya memperluas wilayah kekuasaan Singasari hingga ke Semenanjung Malaya atau Melayu, bisa terealisasi. Apalagi Kertanegara sudah merencanakan melakukan ekspansi ke luar Pulau Jawa.
Baca Juga
Maka keputusan menumpas pemberontakan ini adalah satu-satunya jalan. Sebagaimana dikutip dari buku "Menuju Puncak Kemegahan Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit", Kertanegara berhasil membinasakan Kalana Bhaya. Konon penumpasan ini terjadi di awal-awal kekuasaan Kertanegara.
Peristiwa pemberontakan ini bahkan dimuat dalam naskah kuno Panji Wijayakrama pupuh 1 / 10 yang juga mencatatkan pemberontakan kalana (penjahat) yang bernama Bhayangkara terhadap Raja Kertanegara. Pada umumnya, Panji Wijayakrama dan Kidung Rangga Lawe agak panjang dalam uraiannya tentang pemberontakan kalana Bhayangkara.
Tetapi baik dari Negarakertagama, Pararaton, maupun Panji Wijayakrama, didapati pemberitaan peristiwa yang sama. Namun nama pemberontaknya agak berbeda. Di Kakawin Pararaton, pemberontakan Kalana Bhaya disebutkan dapat ditumpas Kertanegara di awal masa pemerintahannya.
Bunyi kalimatnya yakni Sapanyeneng cri Kertanegara angilangaken kalana aran Bhaya. Huwus ing kalana mati, angutus ing kawula nira, andona maring Melayu. Artinya Ketika baru saja naik tahta, Raja Kertanegara menyirnakan penjahat bernama Bhaya. Setelah penjahat mati dia mengirim orang atau tentara ke negeri Melayu. Namun pada kitab Negarakertagama penjahat itu tidak bernama Bhaya, tetapi Caya Raja atau Cayaraja. Konon pemberontakan ini terjadi pada tahun Saka 1192 atau 1280 Masehi.
Baca Juga
Sementara pada Kidung Panji Wijayakrama, pemberitaan tentang penjahat Bhaya juga disebutkan tepat sebelum pengiriman tentara Singasari ke negeri Melayu. Namun namanya bukan Bhaya melainkan Bhayangkara. Demikian pada hakikatnya tidak terdapat selisih pendapat antara ketiga sumber sejarah itu tentang adanya peristiwa sejarah yang bersangkutan. Yang berbeda adalah nama pemberontaknya, namun nama-nama itu hampir sama bunyinya terutama nama Bhaya dan Bhayangkara.
Ketiga sumber sejarah itu saling mengisi, Negarakertagama menambahkan tarikh tahun terjadinya peristiwa. Kidung Panji Wijayakrama mengulur nama itu menjadi Bhayangkara, dan menempatkan berita itu tepat pada akhir berita tentang berhentinya Patih Raganata dari jabatannya.
(abd)