Kisah 2 Anggota Laskar Pangeran Diponegoro Dimakamkan di Gunung Kawi Malang
loading...
A
A
A
Raden Mas Iman Soedjono pun mendedikasikan dirinya untuk mengabdi dan menjaga sang tokoh agama itu.
"Raden Mas Iman Soedjono yang sejak awal masa pelarian dari Jawa Tengah itu mendedikasikan hidup beliau untuk takdzim kepada Eyang Djoego," ucapnya.
Konon kata Alie, Eyang Djoego yang merupakan keturunan ningrat juga rela menyebarkan agama Islam berganti nama dengan Eyang Djoego.
Hal ini untuk menghindari kejaran dari pasukan Belanda, di masa peperangan. Apalagi Eyang Djoego juga merupakan putra seorang ulama bernama Kyai Zakaria, yang juga turut melakukan perang terhadap Belanda.
"Eyang Djoego adalah putra seorang ulama yang akhirnya juga memilih jalan menjadi seorang pendakwah yang banyak membantu orang yang membutuhkan. Darimana saja bisa datang meminta bantuan beliau," tuturnya.
Dari karomah beliau itulah akhirnya konon banyak masyarakat saat itu hadir dan memeluk agama Islam. Apalagi beberapa masyarakat merasa sang ulama ini memiliki kelebihan dalam hal karomah, karena kedekatannya dengan Allah SWT.
"Dan subhanallah ternyata banyak yang masalahnya bisa beres setelah bertemu dengan Eyang Djoego. Yang sakit sembuh,yang fakir mendapat rejeki, yang sedih jadi bahagia," bebernya.
Suatu ketika Eyang Djoego ini sempat berwasiat ke Raden Mas Iman Soedjono yang merupakan pengawal dan santri kesayangannya, untuk dimakamkan di lereng Gunung Kawi.
Kemudian saat Eyang Djoego meninggal pada 22 Januari 1871 itulah, Raden Mas Iman Soedjono melaksanakan wasiat sang guru dan membawanya ke daerah Wonosari, lokasi Pesarean Gunung Kawi saat ini.
"Ketika meninggal dunia Eyang Djoego berwasiat untuk dimakamkan di puncak bukit yang sebelumnya adalah hutan yang telah dibuka oleh rombongan murid-murid beliau, yang kemudian tempat itu kita kenal hari ini di Pesarean Gunung Kawi tersebut," ujarnya.
"Raden Mas Iman Soedjono yang sejak awal masa pelarian dari Jawa Tengah itu mendedikasikan hidup beliau untuk takdzim kepada Eyang Djoego," ucapnya.
Konon kata Alie, Eyang Djoego yang merupakan keturunan ningrat juga rela menyebarkan agama Islam berganti nama dengan Eyang Djoego.
Hal ini untuk menghindari kejaran dari pasukan Belanda, di masa peperangan. Apalagi Eyang Djoego juga merupakan putra seorang ulama bernama Kyai Zakaria, yang juga turut melakukan perang terhadap Belanda.
"Eyang Djoego adalah putra seorang ulama yang akhirnya juga memilih jalan menjadi seorang pendakwah yang banyak membantu orang yang membutuhkan. Darimana saja bisa datang meminta bantuan beliau," tuturnya.
Dari karomah beliau itulah akhirnya konon banyak masyarakat saat itu hadir dan memeluk agama Islam. Apalagi beberapa masyarakat merasa sang ulama ini memiliki kelebihan dalam hal karomah, karena kedekatannya dengan Allah SWT.
"Dan subhanallah ternyata banyak yang masalahnya bisa beres setelah bertemu dengan Eyang Djoego. Yang sakit sembuh,yang fakir mendapat rejeki, yang sedih jadi bahagia," bebernya.
Suatu ketika Eyang Djoego ini sempat berwasiat ke Raden Mas Iman Soedjono yang merupakan pengawal dan santri kesayangannya, untuk dimakamkan di lereng Gunung Kawi.
Kemudian saat Eyang Djoego meninggal pada 22 Januari 1871 itulah, Raden Mas Iman Soedjono melaksanakan wasiat sang guru dan membawanya ke daerah Wonosari, lokasi Pesarean Gunung Kawi saat ini.
"Ketika meninggal dunia Eyang Djoego berwasiat untuk dimakamkan di puncak bukit yang sebelumnya adalah hutan yang telah dibuka oleh rombongan murid-murid beliau, yang kemudian tempat itu kita kenal hari ini di Pesarean Gunung Kawi tersebut," ujarnya.