Si Jalak Harupat, Otto Iskandardinata Pahlawan dari Bojongsoang

Sabtu, 29 Agustus 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Selama aktif di Budi Utomo, aktivitas Otto menjadi perhatian kolonial Belanda. Pertemuan-pertemuan yang kerap digelar di rumahnya kerap diintai oleh intel Belanda.

Nama Otto pun kian dikenal di kalangan aktivis pergerakan sehingga membuat khawatir Belanda. Akhirnya, pada 1928, Otto dipindah ke Jakarta. Namun sebelum meninggalkan Pekalongan, Otto sempat memprakarsai berdirinya Sekolah Kartini.

Di Jakarta, Otto bekerja sebagai guru Muhammadiyah dan tetap giat beraktivitas di organisasi pergerakan politik. Selain Budi Utomo, Otto juga aktif pada organisasi budaya Sunda bernama Paguyuban Pasundan.

Di organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan itu, Otto menjabar Sekretaris Pengurus Besar Paguyuban Pasundan pada 1928 dan Ketua Umum Paguyuban Pasundan periode 1929-1942.

Di bawah kepemimpinan Otto, Paguyuban Pasundan berkembang pesat. Sekolah dasar hingga menengah atas didirikan. Bahkan, Paguyuban Pasundan mampu mendirikan Bank Pasundan.

Si Jalak Harupat, Otto Iskandardinata Pahlawan dari Bojongsoang

Kantor Pusat PB Paguyuban Pasundan, Jalan Sumatera, Kota Bandung. Foto/Unpas.ac.id

Meskipun sibuk membesarkan Paguyuban Pasundan, Otto juga aktif sebagai anggota Permufakatan Partai-Partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Dalam di Surabaya pada 1932, Otto terpilih sebagai Sekertaris PPPKI. Saat itu, PPPKI diketuai oleh Muhammad Husni (MH) Thamrin.

Pada periode 1930-1941, Otto menjadi anggota Volksraad atau Dewan Rakyat semacam DPR yang dibentuk pada masa kolonial Belanda. Selama duduk di Volksraad sebagai wakil dari Paguyuban Pasunda, Otto sangat berani menyuarakan keyakinan suatu saat Indonesia pasti merdeka.

Lantaran pidato-pidato Otto pedas, mengancam eksistensi Belanda, akhirnya dia ditarik dari anggota Volksraad. Kemudian Otto fokus mengembangkan Paguyuban Pasundan.

Suara Otto yang lantang tentang keyakinan Indonesia pasti merdeka dan kecaman terhadap Belanda, dituangkan dalam tulisan surat kabar harian berbahasa Sunda, Sipatahunan di Bandung.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1528 seconds (0.1#10.140)