Kisah Haru Soeharto Pimpin Iringan Jenazah Jenderal Soedirman
loading...
A
A
A
Pemerintah pun menetapkan hari wafatnya sang Panglima sebagai Hari Berkabung Nasional.
Perdana Menteri RIS Mohammad Hatta, dalam pidatonya mengumumkan bahwa pemerintah menaikkan pangkat Letnan Jenderal Soedirman secara anumerta menjadi Jenderal.
Soeharto, yang kala itu memimpin iringan jenazah dari Magelang ke Yogyakarta, mengisahkan momen haru tersebut.
"Saya pimpin iringan jenazah almarhum itu meninggalkan Magelang menuju Yogya. Setelah disembahyangkan di Masjid Agung, jenazah dikebumikan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogya, di tempat peristirahatan terakhir Letnan Jenderal Urip Sumohardjo, pendampingnya," ungkap Soeharto, seperti dikutip dari buku "Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya," karya G Dwipayana dan Ramadhan KH, dikutip Sabtu (28/9/2024).
Saat prosesi pemakaman berlangsung, Presiden Soekarno yang sudah diangkat menjadi Presiden RIS dan sedang berada di India untuk kunjungan persahabatan, telah menyampaikan surat penuh haru kepada Jenderal Soedirman pada akhir Desember sebelumnya.
Dalam surat itu, Soekarno meminta maaf atas segala kesalahannya dan seakan sudah merasakan bahwa perpisahan terakhir dengan Panglima Besar itu sudah dekat.
Suasana haru menyelimuti Taman Makam Pahlawan Semaki. Sebelum dan sesudah salvo ditembakkan, penghormatan terakhir diberikan kepada Jenderal Soedirman. Peti jenazah diturunkan perlahan ke liang kubur di bawah naungan bendera Merah Putih.
Ibu Dirman menjadi yang pertama menimbunkan tanah ke atas peti jenazah, diikuti oleh Mr Assaat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Jenderal Mayor Suhardjo, Kolonel Gatot Soebroto, Dr. Leimena, dan tokoh lainnya.
"Saya memimpin para perwira lainnya melakukan penimbunan yang terakhir, dengan mengucapkan doa yang setulus-tulusnya di dalam hati. Semoga almarhum diterima di sisi Tuhan," kenang Soeharto.
Perdana Menteri RIS Mohammad Hatta, dalam pidatonya mengumumkan bahwa pemerintah menaikkan pangkat Letnan Jenderal Soedirman secara anumerta menjadi Jenderal.
Soeharto, yang kala itu memimpin iringan jenazah dari Magelang ke Yogyakarta, mengisahkan momen haru tersebut.
"Saya pimpin iringan jenazah almarhum itu meninggalkan Magelang menuju Yogya. Setelah disembahyangkan di Masjid Agung, jenazah dikebumikan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogya, di tempat peristirahatan terakhir Letnan Jenderal Urip Sumohardjo, pendampingnya," ungkap Soeharto, seperti dikutip dari buku "Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya," karya G Dwipayana dan Ramadhan KH, dikutip Sabtu (28/9/2024).
Saat prosesi pemakaman berlangsung, Presiden Soekarno yang sudah diangkat menjadi Presiden RIS dan sedang berada di India untuk kunjungan persahabatan, telah menyampaikan surat penuh haru kepada Jenderal Soedirman pada akhir Desember sebelumnya.
Dalam surat itu, Soekarno meminta maaf atas segala kesalahannya dan seakan sudah merasakan bahwa perpisahan terakhir dengan Panglima Besar itu sudah dekat.
Suasana haru menyelimuti Taman Makam Pahlawan Semaki. Sebelum dan sesudah salvo ditembakkan, penghormatan terakhir diberikan kepada Jenderal Soedirman. Peti jenazah diturunkan perlahan ke liang kubur di bawah naungan bendera Merah Putih.
Ibu Dirman menjadi yang pertama menimbunkan tanah ke atas peti jenazah, diikuti oleh Mr Assaat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Jenderal Mayor Suhardjo, Kolonel Gatot Soebroto, Dr. Leimena, dan tokoh lainnya.
"Saya memimpin para perwira lainnya melakukan penimbunan yang terakhir, dengan mengucapkan doa yang setulus-tulusnya di dalam hati. Semoga almarhum diterima di sisi Tuhan," kenang Soeharto.