24 Guru dan Tenaga Pendidikan SMA di Mojokerto Reaktif COVID-19
loading...
A
A
A
MOJOKERTO - Puluhan guru dan tenaga kependidikan sekolah SMA Negeri di Kota/Kabupaten Mojokerto reaktif COVID-19. Hal tersebut diketahui setelah mereka menjalani rapid test massal.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jawa Timur wilayah Kota dan Kabupaten Mojokerto, Kresna Herlambang mengungkapkan, berdasarkan hasil rapid test sebanyak 24 orang guru dan tenaga kependidikan reaktif. Namun demikian, belum bisa dipastikan apakah mereka terinfeksi virus Corona. (Baca juga: Demi Fulus, Honorer Bidan Cantik di Lahat Live Tanpa Busana di Medsos)
"Hasilnya sebagian besar dalam kondisi baik. Namun, ada yang reaktif yaitu di tempat rapid test SMAN 1 Puri ada tujuh orang, di SMKN 1 Dlanggu enam orang dan SMAN 1 Mojosari sebanyak 11 orang," kata Herlambang, Rabu (26/8/2020). (Baca juga: Korban Penembakan di Depan Kampus Unpad Mengaku Tak Punya Musuh)
Mereka yang reaktif sudah dalam kondisi sakit saat menjalani rapid test COVID-19. Meski demikian, Dindik Provinsi Jatim telah melakukan evaluasi bahwa guru yang dinyatakan reaktif diharuskan menjalani isolasi mandiri.
"Rata rata-rata mereka yang dinyatakan reaktif mayoritas usia 40 tahun ke atas. Mereka akan melakukan isolasi mandiri selama 14 hari," imbuh Herlambang. (Baca juga: Akhiri Dinasti Politik, 7 Parpol Berkoalisi Dukung Dadang-Syahrul Gunawan)
Rapid test massal Covid-19 kali ini diikuti sebanyak 1.968 orang yang terdiri dari guru dan tenaga kependidikan (GTT/PTT) Kota/Kabupaten Mojokerto jenjang SMA Negeri sederajat. Herlambang memastikan adanya guru dan tenaga kependidikan yang dinyatakan reaktif ini tidak akan menjadi kendala dalam persiapan pembelajaran tatap muka di Mojokerto.
"Persiapan pembelajaran tatap muka tetap dilaksanakan apalagi sifatnya terbatas, sehinga tidak akan menjadi kendala. Karena guru yang reaktif menjalani isolasi mandiri di rumahnya masing-masing dan ada guru yang bisa menggantikan di sekolah," bebernya.
Menindaklajuti adanya guru dan tenaga kependidikan yang reaktif rapid test, pihaknya akan segera berkordinasi dengan instansi lain. Nantinya para guru dan tenaga pendidikan yang reaktif berdasarkan hasil rapid test, akan menjalani swab test. Hal itu untuk memastikan kondisi pasien apakah terkonfirmasi positif COVID-19 atau tidak.
"Namun, biasanya kalangan guru pada jenjang pendidikan ini banyak yang melakukan tes swab PCR mandiri dan itu tidak masalah. Terpenting kami pastikan bahwa guru-guru seluruhnya sehat agar masyarakat percaya untuk akses anak didik ke sekolah," tandasnya.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jawa Timur wilayah Kota dan Kabupaten Mojokerto, Kresna Herlambang mengungkapkan, berdasarkan hasil rapid test sebanyak 24 orang guru dan tenaga kependidikan reaktif. Namun demikian, belum bisa dipastikan apakah mereka terinfeksi virus Corona. (Baca juga: Demi Fulus, Honorer Bidan Cantik di Lahat Live Tanpa Busana di Medsos)
"Hasilnya sebagian besar dalam kondisi baik. Namun, ada yang reaktif yaitu di tempat rapid test SMAN 1 Puri ada tujuh orang, di SMKN 1 Dlanggu enam orang dan SMAN 1 Mojosari sebanyak 11 orang," kata Herlambang, Rabu (26/8/2020). (Baca juga: Korban Penembakan di Depan Kampus Unpad Mengaku Tak Punya Musuh)
Mereka yang reaktif sudah dalam kondisi sakit saat menjalani rapid test COVID-19. Meski demikian, Dindik Provinsi Jatim telah melakukan evaluasi bahwa guru yang dinyatakan reaktif diharuskan menjalani isolasi mandiri.
"Rata rata-rata mereka yang dinyatakan reaktif mayoritas usia 40 tahun ke atas. Mereka akan melakukan isolasi mandiri selama 14 hari," imbuh Herlambang. (Baca juga: Akhiri Dinasti Politik, 7 Parpol Berkoalisi Dukung Dadang-Syahrul Gunawan)
Rapid test massal Covid-19 kali ini diikuti sebanyak 1.968 orang yang terdiri dari guru dan tenaga kependidikan (GTT/PTT) Kota/Kabupaten Mojokerto jenjang SMA Negeri sederajat. Herlambang memastikan adanya guru dan tenaga kependidikan yang dinyatakan reaktif ini tidak akan menjadi kendala dalam persiapan pembelajaran tatap muka di Mojokerto.
"Persiapan pembelajaran tatap muka tetap dilaksanakan apalagi sifatnya terbatas, sehinga tidak akan menjadi kendala. Karena guru yang reaktif menjalani isolasi mandiri di rumahnya masing-masing dan ada guru yang bisa menggantikan di sekolah," bebernya.
Menindaklajuti adanya guru dan tenaga kependidikan yang reaktif rapid test, pihaknya akan segera berkordinasi dengan instansi lain. Nantinya para guru dan tenaga pendidikan yang reaktif berdasarkan hasil rapid test, akan menjalani swab test. Hal itu untuk memastikan kondisi pasien apakah terkonfirmasi positif COVID-19 atau tidak.
"Namun, biasanya kalangan guru pada jenjang pendidikan ini banyak yang melakukan tes swab PCR mandiri dan itu tidak masalah. Terpenting kami pastikan bahwa guru-guru seluruhnya sehat agar masyarakat percaya untuk akses anak didik ke sekolah," tandasnya.
(shf)