Ini Pesan Khusus Bupati pada Ibu-Ibu Kecamatan Seteluk dan Poto Tano
loading...
A
A
A
TALIWANG - Bupati Sumbawa Barat W Musyafirin dalam kesempatan menghadiri acara silaturrahmi bersama pengurus dan anggota PNPM UPK Kecamatan Seteluk dan Poto Tano memberikan pesan khusus kepada kaum ibu-ibu.
"Dewasa ini didalam kehidupan masyarakat sering terjadi tindakan premanisme. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) misalnya, tindakan main hakim sendiri, dan sejenisnya. Tindakan tersebut biasanya dipicu karena kita tidak bisa menjaga sikap dan ucapan. Terutama kepada kaum ibu-ibu saya berpesan," ungkap Bupati.
Ia mengajak masyarakat menjaga harkat martabat, jaga ucapan, jangan merendahkan orang, hindari caci maki, mengumpat, karena hal tersebut menjadi sumber dari tindakan premanisme.
Diterangkan Bupati, bisa saja kita yang dicaci, dimaki, di umpat dan lain sebagainya, sabar dalam menghadapinya dan memaafkan orang yang mencaci tersebut, tetapi siapa yang bisa menjamin sanak keluarga dari orang yang dicaci tersebut (saudara, sepupu, ipar, paman,bibi,dll) bisa menahan emosinya, dan bisa menerima tindakan yang dilakukan oleh orang yang mencaci. Hal tersebut dapat memicu terjadinya tindakan premanisme, main hakim sendiri, karena niat dari seseorang ingin membela harga diri dan martabat. Oleh karenanya Bupati mengajak kepada semua masyarakat, terutama kaum ibu-ibu, agar menjaga sikap dan ucapan, agar tidak terjadi tindakan premanisme di dalam masyarakat.
Diakhir sambutannya, Bupati memberikan sebuah ilustrasi tentang kehidupan sebuah keluarga. “Pada suatu saat suami istri sedang duduk berdua disebuah ruangan. Disela asyiknya saling bercengkrama terdengarlah suara bebek, wek,wek,wek. Sang istri pun merespon “ bagus ya suara ayam itu”. Suami pun merepon “itu suara bebek, bukan suara ayam”. Kejadian yang sama terulang kembali, lalu sang suami agak jengkel dan menanggapi “itu bukan suara ayam tapi suara bebek”. Hal yang sama terulang lagi, dan suami pun dengan kesal menanggapi secara kasar, “ini perempuan koq ga bisa bedain mana suara bebek mana suara ayam!”.
Alhasil dari kejadian tersebut sang istri menangis. Sang suami melihat kejadian tersebut berusaha mengambil hati sang istri dan berusaha mencari cara agar istrinya tersenyum lagi. Tiba-tiba terdengar suara ayam berkokok, sang suami pun langsung merepon, “Bagus ya suara bebek itu”, dan secara spontan sang istri langsung tersenyum, dan selanjutnya hubungan kedua suami istri menjadi membaik.
Dari ilustrasi tersebut Bupati berpesan, “agar semua masyarakat dapat menjaga keharmonisan keluarga, apalagi sekarang kita sudah masuk tahapan pilkada. Pilihan boleh beda, tetapi jangan sampai keharmonisan keluarga terganggu. Jangan sampai hal sepele bisa memperkeruh suasana, seperti yang diilustrasikan dalam cerita tadi, terutama kaum ibu-ibu saya menekankan agar ibu-ibu mengambil peran.” Lamin ibu-ibu anu basatotang, InsyaAllah aman desa darat”, tutup Bupati.
Lihat Juga: Hadiri Peringatan Bhakti Adhyaksa Ke- 60, Wabup: Kejaksaan Negeri adalah Pengacara Pemerintah
"Dewasa ini didalam kehidupan masyarakat sering terjadi tindakan premanisme. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) misalnya, tindakan main hakim sendiri, dan sejenisnya. Tindakan tersebut biasanya dipicu karena kita tidak bisa menjaga sikap dan ucapan. Terutama kepada kaum ibu-ibu saya berpesan," ungkap Bupati.
Ia mengajak masyarakat menjaga harkat martabat, jaga ucapan, jangan merendahkan orang, hindari caci maki, mengumpat, karena hal tersebut menjadi sumber dari tindakan premanisme.
Diterangkan Bupati, bisa saja kita yang dicaci, dimaki, di umpat dan lain sebagainya, sabar dalam menghadapinya dan memaafkan orang yang mencaci tersebut, tetapi siapa yang bisa menjamin sanak keluarga dari orang yang dicaci tersebut (saudara, sepupu, ipar, paman,bibi,dll) bisa menahan emosinya, dan bisa menerima tindakan yang dilakukan oleh orang yang mencaci. Hal tersebut dapat memicu terjadinya tindakan premanisme, main hakim sendiri, karena niat dari seseorang ingin membela harga diri dan martabat. Oleh karenanya Bupati mengajak kepada semua masyarakat, terutama kaum ibu-ibu, agar menjaga sikap dan ucapan, agar tidak terjadi tindakan premanisme di dalam masyarakat.
Diakhir sambutannya, Bupati memberikan sebuah ilustrasi tentang kehidupan sebuah keluarga. “Pada suatu saat suami istri sedang duduk berdua disebuah ruangan. Disela asyiknya saling bercengkrama terdengarlah suara bebek, wek,wek,wek. Sang istri pun merespon “ bagus ya suara ayam itu”. Suami pun merepon “itu suara bebek, bukan suara ayam”. Kejadian yang sama terulang kembali, lalu sang suami agak jengkel dan menanggapi “itu bukan suara ayam tapi suara bebek”. Hal yang sama terulang lagi, dan suami pun dengan kesal menanggapi secara kasar, “ini perempuan koq ga bisa bedain mana suara bebek mana suara ayam!”.
Alhasil dari kejadian tersebut sang istri menangis. Sang suami melihat kejadian tersebut berusaha mengambil hati sang istri dan berusaha mencari cara agar istrinya tersenyum lagi. Tiba-tiba terdengar suara ayam berkokok, sang suami pun langsung merepon, “Bagus ya suara bebek itu”, dan secara spontan sang istri langsung tersenyum, dan selanjutnya hubungan kedua suami istri menjadi membaik.
Dari ilustrasi tersebut Bupati berpesan, “agar semua masyarakat dapat menjaga keharmonisan keluarga, apalagi sekarang kita sudah masuk tahapan pilkada. Pilihan boleh beda, tetapi jangan sampai keharmonisan keluarga terganggu. Jangan sampai hal sepele bisa memperkeruh suasana, seperti yang diilustrasikan dalam cerita tadi, terutama kaum ibu-ibu saya menekankan agar ibu-ibu mengambil peran.” Lamin ibu-ibu anu basatotang, InsyaAllah aman desa darat”, tutup Bupati.
Lihat Juga: Hadiri Peringatan Bhakti Adhyaksa Ke- 60, Wabup: Kejaksaan Negeri adalah Pengacara Pemerintah
(atk)