Sejarah Kerajaan Mataram Kuno, dari Masa Kejayaan hingga Keruntuhan

Sabtu, 22 Juni 2024 - 18:37 WIB
loading...
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno, dari Masa Kejayaan hingga Keruntuhan
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno berupa Situs Sri Gading di era Mpu Sendik di Dusun Manggis, Sri Gading, Lawang, Malang, Jawa Timur. Foto/Dok.SINDOnews
A A A
SEJARAH Kerajaan Mataram Kuno dari mulai berdiri hingga masa keruntuhannya ini cukup panjang. Kerajaan di nusantara yang juga disebut dengan Kerajaan Medang ini adalah salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang didirikan di Pulau Jawa.

Pada awalnya Kerajaan Maratam Kuno didirikan di Jawa Tengah pada abad ke-8. Namun pada abad ke-10, kerajaan ini pindah ke Jawa Timur.



Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 dan ke-10, dan meninggalkan banyak peninggalan sejarah yang masih dapat dilihat hingga saat ini.

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno memiliki dua periode berdasarkan lokasi atau ibu kota pemerintahannya. Pertama adalah periode awal Kerajaan Medang yaitu di Jawa Tengah di bawah Wangsa Sanjaya dan Syailendra (732-929 M), serta yang kedua ketika pindah ke Jawa Timur dan dikuasai oleh Wangsa Isyana (929-1016 M).

Pada 929 M, Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok. Menurut George Coedes dalam The Indianized states of Southeast Asia (1968), ada beberapa faktor kemungkinan yang mendorong perpindahan tersebut.

Pertama adalah faktor politik, yakni sering terjadinya perebutan kekuasaan yang berimbas terhadap terancamnya kesatuan wilayah kerajaan ini.



Kedua adalah faktor bencana alam, yaitu peristiwa meletusnya Gunung Merapi. Faktor ketiga adalah adanya potensi ancaman dari kerajaan lain, termasuk serangan dari Kerajaan Sriwijaya.

Sedangkan faktor keempat adalah motif keagamaan dan ekonomi, termasuk ketiadaan pelabuhan yang membuat Kerajaan Mataram Kuno sulit menjalin kerja sama dengan kerajaan lain.

Kemudian, lokasi ibu kota kerajaan ini sempat berpindah-pindah, antara lain ke Mamrati pada masa Rakai Pikatan, pada era Dyah Balitung (Rakai Watukura) dipindahkan ke Poh Pitu, dan sempat kembali lagi ke Bhumi Mataram pada masa Dyah Wawa (Rakai Sumba). Mamrati dan Poh Pitu diperkirakan berada di antara wilayah Yogyakarta hingga Jawa Tengah bagian selatan (Magelang atau Kedu).

Masa Kejayaan Mataram Kuno


Abad ke-8 menjadi saksi bisu kejayaan Mataram Kuno. Kerajaan Hindu-Buddha ini menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra, membuka jalan bagi pertukaran budaya dan ekonomi yang memperkuat kedua kerajaan.

Di bawah kepemimpinan Raja Rakai Pikatan (840-856 M) dari Dinasti Sanjaya, Mataram Kuno memasuki era baru. Pernikahannya dengan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra, yang beragama Buddha, menandai persatuan dua dinasti besar dan membawa stabilitas politik.

Kerajaan Mataram Kuno punya banyak peninggalan yang berupa candi-candi megah, termasuk Candi Borobudur di Magelang, Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan Candi Sewu di Yogyakarta, serta beberapa candi lainnya. Setelah dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok yang kemudian bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa (929-947), Kerajaan Mataram Kuno menempati pusat pemerintahan di daerah yang disebut Tamwlang.

Kerajaan Mataram Kuno juga terkenal dengan toleransi beragama yang kuat antara umat Hindu dengan Buddha, seperti terlihat dalam pembangunan Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Prambanan, dan lainnya. Hal ini tidak terlepas dari peran para pemimpinnya yang mengajarkan toleransi.

Raja-Raja Mataram Kuno

Periode Jawa Tengah


- Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
- Rakai Panangkaran (760-780 M)
- Rakai Panunggalan alias Dharanindra (780-800 M) - Rakai Warak alias Samaragrawira (800-820 M)
- Rakai Garung alias Samaratungga (820-840 M)
- Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M)
- Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala (856-882 M) - Rakai Watumalang (882-899 M)
- Rakai Watukura Dyah Balitung (898-915 M) Mpu Daksa (915-919 M)
- Rakai Layang Dyah Tulodong (919-924 M)
- Rakai Sumba Dyah Wawa (924 M)

Periode Jawa Timur


- Rakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M) - Sri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya (sejak 947 M)
- Makuta Wangsa Wardhana (hingga 985 M)
- Dharmawangsa Teguh (985-1007 M)

Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno


Setelah Rakai Panangkaran wafat, Kerajaan Mataram Kuno mengalami kekosongan kekuasaan karena ia tidak memiliki pewaris tahta. Akibatnya, jabatan raja diberikan kepada Mpu Sindok, penasihatnya.

Saat Mpu Sindok berkuasa, kondisi Kerajaan Mataram Kuno telah dibagi menjadi dua, yaitu Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya.

Dinasti Syailendra memerintah Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Buddha di Jawa Tengah bagian selatan. Sedangkan Dinasti Sanjaya memerintah Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Hindu di Jawa Tengah bagian utara.

Kendati sempat terpecah, kerajaan ini kembali bersatu setelah perkawinan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dengan Pramodhawardhani dari Wangsa Syailendra.

Akan tetapi, pada 929 M, ibu kota Mataram Kuno dipindahkan oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur. Setelah pindah ke Jawa Timur, kerajaan ini disebut sebagai Kerajaan Medang dengan lokasi berada di sekitar Jombang, Jawa Timur.

Dengan bergantinya nama kerajaan ini, maka Kerajaan Mataram Kuno dinyatakan telah tidak ada. Selain itu, disebutkan pula penyebab lain runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno adalah karena terjadi letusan gunung berapi yang menyebabkan istana mengalami kerusakan hebat.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1919 seconds (0.1#10.140)
pixels