Sosok Pramodhawardani Raja Perempuan Pertama Kerajaan Mataram Kuno
loading...
A
A
A
JAKARTA - Salah satu sosok yang tercatat dalam sejarah kerajaan-kerajaan seantero Nusantara adalah Pramodhawardani . Dia pemimpin (Maharatu) perempuan pertama yang patut menjadi sumber inspirasi. Disebutkan bahwa pada masa pemerintahannya, dua agama, yakni Hindu dan Budha hidup berdampingan penuh damai. Bagaimana ceritanya?
Pramodhawardhani adalah putri mahkota Wangsa Sailendra, beragama Buddha. Ia putri dari Rakai Warak Dyah Manara, atau dikenal juga sebagai Raja Smaratungga.
Pada tahun 832 M, dia menikah dengan Rakai Pikatan dari wangsa yang beragama Hindu. Pernikahan keduanya dinilai sebagai momen perkawinan lintas agama antara raja dan ratu yang sedang berkuasa penuh terhadap sebuah kerajaan.
Setahun setelah pernikahan itu, Pramodhawardhani mulai berkuasa di Jawa setelah berhasil memenangkan perebutan kekuasaan dengan Balaputradewa. Ia menjadi raja keenam Kerajaan Medang Jawa Tengah sekitar tahun 840.
Perkawinan Pramodhawardani dengan Rakai Pikatan disebut-sebut sebagai momen bersatunya dua keluarga besar yang sebelumnya berseteru.
Penyatuan dua wangsa ini tentu saja berdampak positif terhadap toleransi beragama antara pemeluk Buddha dan Hindu di Jawa kala itu. Agama Buddha masih lebih dominan pada dekade awal abad ke-7.
Salah satu buktinya adalah Candi Borobudur. Kompleks candi besar di kawasan yang kini termasuk wilayah Kabupaten Magelang ini dibangun pada era Samaratungga
Namun, yang meresmikan Borobudur adalah Pramodhawardani, tahun 824 M. Setelah Pramodhawardani resmi bertakhta sejak 833 M, didampingi Rakai Pikatan, nuansa toleransi beragama semakin terasa.Pramodhawardani mengizinkan sang suami merintis dibangunnya candi-candi Hindu di wilayah kekuasaan kerajaannya.
Sebaliknya, Rakai Pikatan pun tak segan-segan membantu pendirian candi-candi umat Buddha (Sukamto, Perjumpaan Antarpemeluk Agama di Nusantara, 2015: 146).
Pramodhawardhani adalah putri mahkota Wangsa Sailendra, beragama Buddha. Ia putri dari Rakai Warak Dyah Manara, atau dikenal juga sebagai Raja Smaratungga.
Baca Juga
Pada tahun 832 M, dia menikah dengan Rakai Pikatan dari wangsa yang beragama Hindu. Pernikahan keduanya dinilai sebagai momen perkawinan lintas agama antara raja dan ratu yang sedang berkuasa penuh terhadap sebuah kerajaan.
Setahun setelah pernikahan itu, Pramodhawardhani mulai berkuasa di Jawa setelah berhasil memenangkan perebutan kekuasaan dengan Balaputradewa. Ia menjadi raja keenam Kerajaan Medang Jawa Tengah sekitar tahun 840.
Perkawinan Pramodhawardani dengan Rakai Pikatan disebut-sebut sebagai momen bersatunya dua keluarga besar yang sebelumnya berseteru.
Penyatuan dua wangsa ini tentu saja berdampak positif terhadap toleransi beragama antara pemeluk Buddha dan Hindu di Jawa kala itu. Agama Buddha masih lebih dominan pada dekade awal abad ke-7.
Salah satu buktinya adalah Candi Borobudur. Kompleks candi besar di kawasan yang kini termasuk wilayah Kabupaten Magelang ini dibangun pada era Samaratungga
Namun, yang meresmikan Borobudur adalah Pramodhawardani, tahun 824 M. Setelah Pramodhawardani resmi bertakhta sejak 833 M, didampingi Rakai Pikatan, nuansa toleransi beragama semakin terasa.Pramodhawardani mengizinkan sang suami merintis dibangunnya candi-candi Hindu di wilayah kekuasaan kerajaannya.
Sebaliknya, Rakai Pikatan pun tak segan-segan membantu pendirian candi-candi umat Buddha (Sukamto, Perjumpaan Antarpemeluk Agama di Nusantara, 2015: 146).