Miris! Telaga Mengering Akibat Kemarau, Warga Gunungkidul Jual Ternak untuk Beli Air
loading...
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Musim kemarau, membuat warga di Padukuhan Wediutah, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Telaga di padukuhan tersebut, juga telah mengering.
Selama ini, air dari telaga tersebut banyak dibutuhkan masyarakat untuk mandi, cuci, serta memenuhi kebutuhan ternak mereka. Akibat kemarau kini air telaga tersebut sudah mengering, dan kalaupun masih ada air tersisa sudah bercampur lumpur.
Warga pemilik ternak terpaksa menjual sebagian hewan peliharaannya, untuk membeli air bersih. Air bersih yang dibeli warga, digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta untuk minum ternak yang masih tersisa.
Aktivis Penggerak Resan yang merupakan komunitas pelestari alam di Kabupaten Gunungkidul, Edi Padmo menyebut, sebagian besar telaga di Kabupaten Gunungkidul cepat mengering. Daya simpan air di telaga-telaga jauh menurun dibanding zaman dahulu.
Kurangnya pemahaman masyarakat dalam pelestarian telaga, menurutnya memicu penurunan fungsi telaga. "Sekarang banyak telaga yang kering. Jikapun ada maka airnya tidak bisa dimanfaatkan lagi, karena cenderung kotor dan berlumpur," ungkap Padmo.
Padmo menyebut, jumlah telaga di Kabupaten Gunungkidul, ada sekitar 400 buah. Daya simpannya telah mengalami penurunan karena berbagai faktor, dan yang paling banyak akibat adanya pembangunan telaga itu sendiri.
Dia mengatakan, jika dibanding zaman dahulu, telaga-telaga yang ada di Kabupaten Gunungkidul, saat ini lebih cepat mengering. Pasalnya banyak terjadi sedimentasi, pengerukan, semenisasi, dan terbukanya luweng (goa vertikal) hingga hilangnya pohon pelindung.
Selama ini, air dari telaga tersebut banyak dibutuhkan masyarakat untuk mandi, cuci, serta memenuhi kebutuhan ternak mereka. Akibat kemarau kini air telaga tersebut sudah mengering, dan kalaupun masih ada air tersisa sudah bercampur lumpur.
Warga pemilik ternak terpaksa menjual sebagian hewan peliharaannya, untuk membeli air bersih. Air bersih yang dibeli warga, digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta untuk minum ternak yang masih tersisa.
Aktivis Penggerak Resan yang merupakan komunitas pelestari alam di Kabupaten Gunungkidul, Edi Padmo menyebut, sebagian besar telaga di Kabupaten Gunungkidul cepat mengering. Daya simpan air di telaga-telaga jauh menurun dibanding zaman dahulu.
Kurangnya pemahaman masyarakat dalam pelestarian telaga, menurutnya memicu penurunan fungsi telaga. "Sekarang banyak telaga yang kering. Jikapun ada maka airnya tidak bisa dimanfaatkan lagi, karena cenderung kotor dan berlumpur," ungkap Padmo.
Padmo menyebut, jumlah telaga di Kabupaten Gunungkidul, ada sekitar 400 buah. Daya simpannya telah mengalami penurunan karena berbagai faktor, dan yang paling banyak akibat adanya pembangunan telaga itu sendiri.
Dia mengatakan, jika dibanding zaman dahulu, telaga-telaga yang ada di Kabupaten Gunungkidul, saat ini lebih cepat mengering. Pasalnya banyak terjadi sedimentasi, pengerukan, semenisasi, dan terbukanya luweng (goa vertikal) hingga hilangnya pohon pelindung.