Kronologi Siswi SMP Disebar Foto Vulgarnya, Berawal Kenalan di Aplikasi Pencari Jodoh Berujung Video Call
loading...
A
A
A
"Korban ini kan sebenarnya belum boleh untuk menjalin hubungan dengan laki-laki oleh orang tuanya. Kemudian pelaku ini mengancam nanti akan saya sebarkan foto (tidak berjilbab) kamu, yang tidak memakai penutup seperti itu akhirnya korban, karena takut dengan ancaman menuruti kemauan pelaku, sehingga eskalasinya semakin meningkat," jelasnya.
Bahkan beberapa kali tersangka meminta R, untuk foto asusila menunjukkan bagian tubuh pribadinya, termasuk melalui panggilan video. Pelaku terus mengancam korban, hingga akhirnya korban diancam akan menyebarkan foto-foto dan video yang direkam, dari panggilan video atau video call.
"Pelaku membuat akun fake untuk memposting foto-foto asusila dari korban ini, dan juga men-tag akun Instagram dari korban, sehingga teman-teman korban bisa mengakses foto-foto tersebut," terangnya.
Ulah pelaku membuat korban malu, hingga akhirnya memberanikan untuk bercerita ke orang tuanya yang merupakan guru. Dari sanalah, akhirnya orang tua korban melapor ke Satreskrim Polresta Malang Kota. Sementara korban masih mendapatkan pendampingan dari tim trauma healing Polresta Malang Kota dan Dinas Sosial (Dinsos).
"Saat ini korban masih trauma dan belum mau sekolah. Kita punya tim trauma healing kemudian jika juga melibatkan beberapa psikolog dari akademisi, dari beberapa kampus di Kota Malang, untuk secepatnya trauma psikologis ini bisa pulih dan korban bisa kembali sekolah," paparnya.
Di sisi lain, Sobri menuturkan, bila ia dan korban baru berkenalan kurang lebih dua bulan lalu. Intensitas komunitas, dan bujuk rayu membuatnya akhirnya leluasa merayu siswi SMP di Kota Malang, mengirimkan foto-foto asusilanya. "Kenal sekitar dua bulan," tandasnya.
Bahkan beberapa kali tersangka meminta R, untuk foto asusila menunjukkan bagian tubuh pribadinya, termasuk melalui panggilan video. Pelaku terus mengancam korban, hingga akhirnya korban diancam akan menyebarkan foto-foto dan video yang direkam, dari panggilan video atau video call.
"Pelaku membuat akun fake untuk memposting foto-foto asusila dari korban ini, dan juga men-tag akun Instagram dari korban, sehingga teman-teman korban bisa mengakses foto-foto tersebut," terangnya.
Ulah pelaku membuat korban malu, hingga akhirnya memberanikan untuk bercerita ke orang tuanya yang merupakan guru. Dari sanalah, akhirnya orang tua korban melapor ke Satreskrim Polresta Malang Kota. Sementara korban masih mendapatkan pendampingan dari tim trauma healing Polresta Malang Kota dan Dinas Sosial (Dinsos).
"Saat ini korban masih trauma dan belum mau sekolah. Kita punya tim trauma healing kemudian jika juga melibatkan beberapa psikolog dari akademisi, dari beberapa kampus di Kota Malang, untuk secepatnya trauma psikologis ini bisa pulih dan korban bisa kembali sekolah," paparnya.
Di sisi lain, Sobri menuturkan, bila ia dan korban baru berkenalan kurang lebih dua bulan lalu. Intensitas komunitas, dan bujuk rayu membuatnya akhirnya leluasa merayu siswi SMP di Kota Malang, mengirimkan foto-foto asusilanya. "Kenal sekitar dua bulan," tandasnya.
(shf)