Kisah Perjuangan Hidup Pedagang Pecel dan Cenil: Anak Sakit hingga Putus Sekolah
loading...
A
A
A
"Punggungnya melengkung, apa keinian (kebanyakan) obat, dulu berobat jalan sampai enam bulan, tapi masih kecil, kayaknya pengerasan obat, mungkin," cerita Awi.
Mulanya, kata Awi, saat masih kecil anaknya sering sakit-sakitan. Dia pun tak tahu penyebab pasti mengapa punggungnya tidak normal.
"Dulu sakit-sakitan terus, jarang sehat. Badannya panas terus, sama batuk. Sekarang pengobatan enggak berjalan, batuknya sembuh tapi ujung-ujungnya kayak gitu, punggungnya melengkung sebelah gitu," kata Awi.
Awi mengatakan dia pernah membawa anaknya ke dokter, namun terpaksa menghentikan pengobatan karena keterbatasan biasa untuk berobat. Apalagi, katanya, dokter tidak bisa mengobati anaknya. Tak jarang dia menangis melihat anak-anak sekolah seusia anaknya bersekolah dengan normal.
"Pernah diobati juga, kata dokter enggak bisa katanya. Sampai nangis, kalau lihat anak sekolah itu sedih banget inget anak sendiri," katanya.
Meski begitu, Awi mengatakan jika dirinya tetap bersyukur dengan hasil berjualannya. Dia pun bersyukur masih mendapatkan bantuan sosial (bansos) dari pemerintah di kampung halamannya. "Cuma gini doang, cukup buat makan-makan. Istirahat kalau bulan puasa gitu udah cukup..
"Kalau di sini enggak pernah dapat (bansos), kan orang kampung. Kan KTP kampung, KTP kere, di sana dapat duit, dapat beras," pungkasnya.
Mulanya, kata Awi, saat masih kecil anaknya sering sakit-sakitan. Dia pun tak tahu penyebab pasti mengapa punggungnya tidak normal.
"Dulu sakit-sakitan terus, jarang sehat. Badannya panas terus, sama batuk. Sekarang pengobatan enggak berjalan, batuknya sembuh tapi ujung-ujungnya kayak gitu, punggungnya melengkung sebelah gitu," kata Awi.
Awi mengatakan dia pernah membawa anaknya ke dokter, namun terpaksa menghentikan pengobatan karena keterbatasan biasa untuk berobat. Apalagi, katanya, dokter tidak bisa mengobati anaknya. Tak jarang dia menangis melihat anak-anak sekolah seusia anaknya bersekolah dengan normal.
"Pernah diobati juga, kata dokter enggak bisa katanya. Sampai nangis, kalau lihat anak sekolah itu sedih banget inget anak sendiri," katanya.
Meski begitu, Awi mengatakan jika dirinya tetap bersyukur dengan hasil berjualannya. Dia pun bersyukur masih mendapatkan bantuan sosial (bansos) dari pemerintah di kampung halamannya. "Cuma gini doang, cukup buat makan-makan. Istirahat kalau bulan puasa gitu udah cukup..
"Kalau di sini enggak pernah dapat (bansos), kan orang kampung. Kan KTP kampung, KTP kere, di sana dapat duit, dapat beras," pungkasnya.
(maf)