Pilkada Sumsel 2024 Memanas, Figur Mantan Gubernur Diunggulkan
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Perhelatan Pilkada 2024 serentak seluruh Indonesia genderang perangnya dimulai. Riuh ramai isu terkait peta persaingan para bakal calon kepala daerah menggema di mana-mana.
Ada daerah malah langsung mendidih susu politiknya selepas Pilpres usai. Itu terjadi karena pasangan petahana dipastikan berpisah. Pasangan itu adalah Herman Deru dan Mawardi Yahya, mantan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Selatan.
Herman Deru sudah pasti maju lagi di Pilgub Sumsel 2024. Sedianya akan kembali berpasangan dengan Mawardi Yahya. Namun Mawardi malah curi start dengan mendeklarasikan pasangan Mawardi - Harno Joyo sebagai pasangan Cagub dan cawagub.
Menurut kabar HD, demikian Herman Deru biasa disapa, cukup kaget tapi tak bisa menolak. Ia pun menyatakan siap bertarung melawan mantan wakilnya itu.
Bagaimana sesungguhnya peta kekuatan kedua figur tersebut, Peneliti Konsepindo Riset Strategi Jakarta, Aldo Serena mengatakan, data lapangan sampai hari ini menunjukan Herman Deru masih merupakan tokoh dengan elektabilitas tertinggi.
Posisinya termasuk yang sulit dikejar. Mawardi Yahya masih tertinggal jauh dan butuh usaha ekstra untuk mengejar ketertinggalan.
“Data menunjukan Herman Deru adalah bakal calon kontestan dengan peluang unggul yang tertinggi. Popularitasnya tinggi, akseptabilitasnya tinggi, elektabilitasnya juga tinggi. Tingkat kesukaan juga tinggi. Jadi ini tokoh incumbent yang kuat. Siapapun yang mau mengalahkannya, termasuk Mawardi Yahya, harus kerja keras, keras sekali,” kata Aldo, Rabu (3/4/2024).
Aldo Serena menyebut, pertarungan sesama petahana, seringkali dimenangkan oleh mantan kepalanya daripada mantan wakilnya. Itu karena secara de facto kekuasaan menang ada di tangan kepala, sang wakil hanya ban serep. Menurutnya itu common sense.
Dalam kasus Sumsel, bisa jadi karena selama masa pileg pilpres banyak survei yang digelar di dapil lalu didapat ternyata elektabilitas Herman Deru cukup tinggi, akhirnya yang bersangkutan jadi sasaran lempar.
Meski sudah tak menjabat, serangan terhadap Herman Deru intensitasnya makin meninggi bahkan sudah bercampur dengan negative campaign dan black campaign. Padahal pendaftaran peserta pilkada belum lagi dibuka.
“Saya kira semakin Herman Deru diserang, berarti data survei yang dimiliki penyerang menunjukan Herman Deru tertinggi peluang menangnya. Saran saya Herman Deru tidak usah layani berbagai serangan itu, Belanda masih jauh,” pungkasnya.
Ada daerah malah langsung mendidih susu politiknya selepas Pilpres usai. Itu terjadi karena pasangan petahana dipastikan berpisah. Pasangan itu adalah Herman Deru dan Mawardi Yahya, mantan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Selatan.
Herman Deru sudah pasti maju lagi di Pilgub Sumsel 2024. Sedianya akan kembali berpasangan dengan Mawardi Yahya. Namun Mawardi malah curi start dengan mendeklarasikan pasangan Mawardi - Harno Joyo sebagai pasangan Cagub dan cawagub.
Menurut kabar HD, demikian Herman Deru biasa disapa, cukup kaget tapi tak bisa menolak. Ia pun menyatakan siap bertarung melawan mantan wakilnya itu.
Bagaimana sesungguhnya peta kekuatan kedua figur tersebut, Peneliti Konsepindo Riset Strategi Jakarta, Aldo Serena mengatakan, data lapangan sampai hari ini menunjukan Herman Deru masih merupakan tokoh dengan elektabilitas tertinggi.
Posisinya termasuk yang sulit dikejar. Mawardi Yahya masih tertinggal jauh dan butuh usaha ekstra untuk mengejar ketertinggalan.
“Data menunjukan Herman Deru adalah bakal calon kontestan dengan peluang unggul yang tertinggi. Popularitasnya tinggi, akseptabilitasnya tinggi, elektabilitasnya juga tinggi. Tingkat kesukaan juga tinggi. Jadi ini tokoh incumbent yang kuat. Siapapun yang mau mengalahkannya, termasuk Mawardi Yahya, harus kerja keras, keras sekali,” kata Aldo, Rabu (3/4/2024).
Aldo Serena menyebut, pertarungan sesama petahana, seringkali dimenangkan oleh mantan kepalanya daripada mantan wakilnya. Itu karena secara de facto kekuasaan menang ada di tangan kepala, sang wakil hanya ban serep. Menurutnya itu common sense.
Dalam kasus Sumsel, bisa jadi karena selama masa pileg pilpres banyak survei yang digelar di dapil lalu didapat ternyata elektabilitas Herman Deru cukup tinggi, akhirnya yang bersangkutan jadi sasaran lempar.
Meski sudah tak menjabat, serangan terhadap Herman Deru intensitasnya makin meninggi bahkan sudah bercampur dengan negative campaign dan black campaign. Padahal pendaftaran peserta pilkada belum lagi dibuka.
“Saya kira semakin Herman Deru diserang, berarti data survei yang dimiliki penyerang menunjukan Herman Deru tertinggi peluang menangnya. Saran saya Herman Deru tidak usah layani berbagai serangan itu, Belanda masih jauh,” pungkasnya.
(ams)