Pakar Hukum Tata Negara Unpad soal Film Dirty Vote: Demokrasi Sedang Tidak Baik-baik Saja
loading...
A
A
A
SUMEDANG - Kehadiran film Dirty Vote yang disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa demokrasi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Hal itu disampaikan Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran (Unpad), Firman Manan dalam acara nonton bersama (Nobar) dan diskusi bertajuk 'Setelah Dirty Vote' yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KEMA) Unpad berkolaborasi dengan BEM Fakultas Hukum (FH) Unpad di Bale Pabukon, Unpad Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (24/2/2024).
"Dari sisi respons publik saja yang menonton ini sesuatu yang luar biasa, kenapa demikian? Karena film ini punya value. Ini seperti membangunkan kita bahwa demokrasi kita sedang tidak baik-bak saja," ucap Firman.
Dia tak menampik jika film tersebut menjadi salah satu film dokumenter yang fenomenal.
"Menurut saya ini film yang fenomenal dengan penonton yang sudah puluhan jutaan penonton," ujarnya.
Firman mengatakan, selama dua periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), masyarakat seakan terhipnotis dengan karakter kepemimpinan seorang Jokowi.
"Kita selama 9 tahun seperti dininabobokan oleh karakter kepemimpinan yang merakyat, pembangunan infrastruktur, sekarang kita baru paham oh itu fungsi paman di MK (Mahkamah Konstitusi), oh itu kenapa dana bansos sangat tinggi, oh itu kenapa pemilihan PJ (Penjabat) gubernur seperti itu," bebernya.
Menurutnya, Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 ini bukan tentang siapa yang menang dan kalah, namun soal demokrasi di Indonesia.
"Film ini sudah memberikan gambaran bahwa kita tidak bisa begitu saja melihat pemilu ini berjalan dengan baik dan demokrasi baik-baik saja," tandasnya.
Hal itu disampaikan Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran (Unpad), Firman Manan dalam acara nonton bersama (Nobar) dan diskusi bertajuk 'Setelah Dirty Vote' yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KEMA) Unpad berkolaborasi dengan BEM Fakultas Hukum (FH) Unpad di Bale Pabukon, Unpad Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (24/2/2024).
"Dari sisi respons publik saja yang menonton ini sesuatu yang luar biasa, kenapa demikian? Karena film ini punya value. Ini seperti membangunkan kita bahwa demokrasi kita sedang tidak baik-bak saja," ucap Firman.
Dia tak menampik jika film tersebut menjadi salah satu film dokumenter yang fenomenal.
"Menurut saya ini film yang fenomenal dengan penonton yang sudah puluhan jutaan penonton," ujarnya.
Firman mengatakan, selama dua periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), masyarakat seakan terhipnotis dengan karakter kepemimpinan seorang Jokowi.
"Kita selama 9 tahun seperti dininabobokan oleh karakter kepemimpinan yang merakyat, pembangunan infrastruktur, sekarang kita baru paham oh itu fungsi paman di MK (Mahkamah Konstitusi), oh itu kenapa dana bansos sangat tinggi, oh itu kenapa pemilihan PJ (Penjabat) gubernur seperti itu," bebernya.
Menurutnya, Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 ini bukan tentang siapa yang menang dan kalah, namun soal demokrasi di Indonesia.
"Film ini sudah memberikan gambaran bahwa kita tidak bisa begitu saja melihat pemilu ini berjalan dengan baik dan demokrasi baik-baik saja," tandasnya.
(shf)