Ketum DMSI Sebut Kandungan Vitamin Sawit Hilang Jika Dijadikan Minyak Goreng

Jum'at, 02 Februari 2024 - 13:56 WIB
loading...
A A A
"Dengan pengolahan wet process atau yang selama ini dilakukan, karotenoids sebanyak 430 mg/kg (ppm), Vitamin E minimal 620 mg/kg (ppm), squalene minimal 230 mg/kg (ppm), dan phytosterols minimal 210 mg/kg (ppm).Pengolahan secara dry process pun menghasilkan cemaran logam berat yang jauh lebih kecil daripada wet process pada umumnya," tuturnya.

Dengan fakta ini, kata Sahat, industri sawit punya masa depan yang cerah dan bisa menjadi pendorong kejayaan ekonomi Indonesia, dengan menjalankan usaha tanpa deforestasi.

Volume kebun dan pengolahan kelapa sawit (PO Mill) bisa meningkat 30,8 persen. Para petani pun bisa memilik PO Mill sendiri dengan teknologi dry-process sehingga industri hilir berkembang.

"Kembangkan pasar dalam negeri dengan memanfaatkan functional foods melalui sebaran UMKM atau kuliner sehingga dalam waktu yang cepat Kemenkes dapat memberantas avitaminosis dan stunting," imbuhnya.

Sahat mengatakan, pengolahan hulu kelapa sawit secara dry process ini segera dimulai di Wajo, Sulawesi Selatan dan Seruyan, Kalimantan Tengah. Untuk itu pihaknya menyiapkan pabrik hilirnya di Gresik, Jawa Timur, berkapasitas 100 ton per hari.

"Tapi kita tidak jual minyak goreng. Kita jual minyak makan sehat full nutrisi itu yang diproses melalui dry-process," ucapnya.

Bahkan, pihaknya menyiapkan fabrikasi alat penggoreng dengan tekanan rendah yang dapat menjaga nutrisi minyak makan tersebut supaya tidak rusak seperti menggoreng secara biasanya.

"Biaya produksi dry process itu lebih rendah daripada wet process. Kalau yang wet process, yang konvensional itu, per tonnya butuh Rp4,5 miliar. Kalau dry-process Rp3,8 miliar. Kenapa dia lebih murah, karena dia tidak memakai steam. Mesinnya lebih simpel tidak seperti yang sekarang," bebernya.

Sahat mengatakan, pengolahan sawit secara dry-process, lebih ramah lingkungan karena memiliki emisi karbon lebih rendah 78 persen dari cara biasanya.

"Kami ingin produksinya melalui UMKM, sehingga kampung-kampung bisa maju, dan bisa sehat. Maka dari itu, perlu dikelola Kementerian Kesehatan untuk riset gizinya," ungkapnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6246 seconds (0.1#10.140)