Dilepas di Balairung, Rektor UGM: Cornelis Lay Nasionalis Murah Senyum
loading...
A
A
A
SLEMAN - Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM Prof Cornelis Lay (61) yang meninggal dunia di RS Panti Rapih dimakamkan di makam keluarga besar UGM Sawitsari, Condongcatur, Depok, Sleman, Kamis (6/8/2020).
Almarhum mendapat penghormatan terakhir di Balairung, Gedung Pusat UGM sebelum dimakamkan dengan dihadiri Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM Prof Pratikno yang sekaligus sebagai Menteri Sekretaris Negera (Mensekneg) mewakili Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Baca juga: Cornelis Lay, Guru Besar UGM Tutup Usia di RS Panti Rapih Yogyakarta)
Rektor UGM Prof Panut Mulyono mengatakan, almarhum merupakan intelektual UGM yang banyak memberikan kontribusi pemikiran pada pengembangan pendidikan ilmu pemerintahan dan politik. Pemikiran-pemikiran tajam nan santun dapat disimak dalam berbagai jurnal, buku, dan media massa juga pada pidato pengukuhan guru besarnya. (Baca juga: Cornelis Lay, Sosok Dosen Bersahaja yang Tak Silau Kekuasaan)
"Dalam pidato pengukuhan guru besar yang berjudul Jalan Ketiga Peran Intelektual: Konvergensi Kekuasaan dan Kemanusiaan, almarhum menyampaikan refleksi pemikirannya soal posisi intelektual ketika berhadapan pada kekuasaan," kata Panut dalam sambutan prosesi penghormatan di Balairung UGM.
Selain itu, Cony panggilan Cornelis Lay dalam pidato tersebut berpesan agar seorang intelektual harus menyampaikan semua kebenaran yang diketahuinya dan tidak bersembunyi pada kebohongan. "Pesan beliau, dosa terbesar kaum intelektual terletak pada kebohongan dalam mengungkapkan kebenaran yang diketahuinya," jelasnya.
Panut mengaku mengenal almarhum sebagai sosok nasionalis sejati dan pria yang selalu tampil ramah dan murah senyum. "Saya mengenal beliau sebagai sosok nasionalis, hangat, ramah, mengayomi dan memiliki kepedulian orang di sekitarnya," terangnya. Karena itu, UGM sangat kehilangan dan berduka cita atas wafatnya Cornelis Lay.
Sementara Prof Pratikno mengatakan kepergian Cony, bukan hanya kehilangan bagi dunia akademik di kampus namun juga dari dunia politik di Indonesia. "Tidak semua orang bersahabat dengan dia dari sisi politik. Pasti banyak pesaing dan lawan politik. Tapi saya yakin ia dianggap sebagai seorang pejuang dalam dunia politik,” paparnya.
Almarhum mendapat penghormatan terakhir di Balairung, Gedung Pusat UGM sebelum dimakamkan dengan dihadiri Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM Prof Pratikno yang sekaligus sebagai Menteri Sekretaris Negera (Mensekneg) mewakili Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Baca juga: Cornelis Lay, Guru Besar UGM Tutup Usia di RS Panti Rapih Yogyakarta)
Rektor UGM Prof Panut Mulyono mengatakan, almarhum merupakan intelektual UGM yang banyak memberikan kontribusi pemikiran pada pengembangan pendidikan ilmu pemerintahan dan politik. Pemikiran-pemikiran tajam nan santun dapat disimak dalam berbagai jurnal, buku, dan media massa juga pada pidato pengukuhan guru besarnya. (Baca juga: Cornelis Lay, Sosok Dosen Bersahaja yang Tak Silau Kekuasaan)
"Dalam pidato pengukuhan guru besar yang berjudul Jalan Ketiga Peran Intelektual: Konvergensi Kekuasaan dan Kemanusiaan, almarhum menyampaikan refleksi pemikirannya soal posisi intelektual ketika berhadapan pada kekuasaan," kata Panut dalam sambutan prosesi penghormatan di Balairung UGM.
Selain itu, Cony panggilan Cornelis Lay dalam pidato tersebut berpesan agar seorang intelektual harus menyampaikan semua kebenaran yang diketahuinya dan tidak bersembunyi pada kebohongan. "Pesan beliau, dosa terbesar kaum intelektual terletak pada kebohongan dalam mengungkapkan kebenaran yang diketahuinya," jelasnya.
Panut mengaku mengenal almarhum sebagai sosok nasionalis sejati dan pria yang selalu tampil ramah dan murah senyum. "Saya mengenal beliau sebagai sosok nasionalis, hangat, ramah, mengayomi dan memiliki kepedulian orang di sekitarnya," terangnya. Karena itu, UGM sangat kehilangan dan berduka cita atas wafatnya Cornelis Lay.
Sementara Prof Pratikno mengatakan kepergian Cony, bukan hanya kehilangan bagi dunia akademik di kampus namun juga dari dunia politik di Indonesia. "Tidak semua orang bersahabat dengan dia dari sisi politik. Pasti banyak pesaing dan lawan politik. Tapi saya yakin ia dianggap sebagai seorang pejuang dalam dunia politik,” paparnya.
(shf)