Misteri Pembantaian di Sungai Citarum dan Makam Pahlawan Tanpa Nama di Bandung Barat
loading...
A
A
A
Saat tragedi pembantaian berlangsung, Amar masih berusia 44 tahun. Setiap hari warga selalu menemukan mayat di Citarum karena KST mengeksekusi pejuang kemerdekaan mulai dari daerah Cangkir Majalaya sampai Ranca Irung Cihampelas.
Sebelum dilempar ke Sungai Citarum, pasukan KST menyiksa dengan cara brutal. Paling umum, korban diikat dengan posisi ditelanjang dada, lalu digusur sebuah mobil Jeep, hingga berakhir eksekusi tembak mati.
”Saat sungai Citarum surut, sering ditemukan mayat terdampar di pinggir sungai sehingga masyarakat harus dorong ke tengah memakai bambu agar terbawa arus,” ungkap Amar.
Operasi penangkapan dan pembunuhan oleh tentara KST semakin menjadi-jadi saat mengetahui pejuang kemerdekaan memutus jembatan Citarum di Warung Pulus.
Di bawah pimpinan Kapten Kunih serta Letnan Jankrun dan Nerpul, pembantaian yang dilakukan malah semakin buas.“Mereka marah karena jembatan Citarum putus sehingga menyulitkan tentara bergerak,” ucap Amar.
Berangkat dari tragedi itulah warga berinisiatif membuat makam kamuflase atau kuburan tanpa mayat, tepat di bekas jembatan Citarum Warung Pulus. Total makam tersebut ada 10 dengan perhitungan 1 makam mewakili 100 orang korban.
Namun tahun 1984 makam tersebut dipindahkan ke lokasi Taman Makam Pahlawan saat ini karena saat itu ada proyek Bendungan Saguling.
“Jadi memang makamnya gak ada jenazahnya. Sengaja dibuat untuk mengenang para pejuang dan korban tentara KST. Tahun 84 dipindah ke atas karena ada bendungan Saguling. Nah karena di atas lahannya terbatas, jumlah makam cuma cukup 8,” tandasnya.
Sebelum dilempar ke Sungai Citarum, pasukan KST menyiksa dengan cara brutal. Paling umum, korban diikat dengan posisi ditelanjang dada, lalu digusur sebuah mobil Jeep, hingga berakhir eksekusi tembak mati.
”Saat sungai Citarum surut, sering ditemukan mayat terdampar di pinggir sungai sehingga masyarakat harus dorong ke tengah memakai bambu agar terbawa arus,” ungkap Amar.
Operasi penangkapan dan pembunuhan oleh tentara KST semakin menjadi-jadi saat mengetahui pejuang kemerdekaan memutus jembatan Citarum di Warung Pulus.
Di bawah pimpinan Kapten Kunih serta Letnan Jankrun dan Nerpul, pembantaian yang dilakukan malah semakin buas.“Mereka marah karena jembatan Citarum putus sehingga menyulitkan tentara bergerak,” ucap Amar.
Berangkat dari tragedi itulah warga berinisiatif membuat makam kamuflase atau kuburan tanpa mayat, tepat di bekas jembatan Citarum Warung Pulus. Total makam tersebut ada 10 dengan perhitungan 1 makam mewakili 100 orang korban.
Namun tahun 1984 makam tersebut dipindahkan ke lokasi Taman Makam Pahlawan saat ini karena saat itu ada proyek Bendungan Saguling.
“Jadi memang makamnya gak ada jenazahnya. Sengaja dibuat untuk mengenang para pejuang dan korban tentara KST. Tahun 84 dipindah ke atas karena ada bendungan Saguling. Nah karena di atas lahannya terbatas, jumlah makam cuma cukup 8,” tandasnya.
(ams)