Laris Manis, Lapak Takjil Iron Man di Jalur Pantura Cirebon
loading...
A
A
A
CIREBON - Bersama sang istri, sore itu Muhammad Zaenus berangkat dari rumah menuju jalur pantura Gunungjati, Kabupaten Cirebon. Tak lupa dibawanya dua kostum robot untuk menemaninya. Sejenak kemudian sampailah dua sejoli itu di lokasi yang dituju.
Sementara sang istri menyiapkan lapak untuk menjajakan makanan takjil, Zaenus mempersiapkan diri mengenakan kustom robot yang dibawanya. Dan, akhirnya jadilah dia seorang Iron Man, satu-satunya robot penjaja makanan takjil di sekitar wilayah itu.
Sang Iron Man menyapa para pengendara yang melintas di jalur pantura. Begitu ada pengendara berhenti, dengan cekatan Iron Man menawarkan aneka menu takjil mulai kolak hingga gorengan dan sambal asam, dari botok roti sampai telur asin. Iron Man juga tak segan menghibur dan melayani swafoto anak-anak maupun warga di sekitarnya.
Penampilan unik Zaenus tak pelak memang menarik perhatian para pengendara yang berlalu lalang juga warga sekitar. Tak heran kalau lapak takjil Iron Man-nya selalu laris diserbu pembeli. Banyak pengendara yang akhirnya mampir untuk sekadar membeli takjil sekaligus berfoto dengan si penjual.
Pembeli berswafoto dengan Iron Man yang menjual takjil. Foto: SINDOnews/Toiskandar
”Ini sangat unik, sangat menghibur terutama buat anak-anak. Jadi beli takjil sekalian bisa foto selfi,” ujar Syahri Romdhon, salah satu pembeli.
Bukan tanpa alasan Zaenus menjual takjil dengan kustom uniknya. Pandemi Corona telah membuat banyak bidang pekerjaan ikut ”terpapar”. Itu pula yang dirasakan Zaenus. Job sebagai pemain cosplay yang sudah dilakoni bertahun-tahun seketika menguap.
Zaenal si Iron Man melayani pembeli takjil. Foto: SINDOnews/Toiskandar
Tidak ada lagi hajatan kawinan atau khitanan, tempat biasanya dia bisa mengumpulkan pundi-pundi uang. Otaknya terus berputar hingga memutuskan untuk banting setir sementara menjadi pedagang takjil. Baginya berdagang takjil relatif mudah dan tak membutuhkan banyak modal.
”Dalam situasi ini lebih baik berdagang takjil saja. Saya memanfaatkan kustom cosplay yang saya punya daripada menganggur tidak dipakai, sekalian menghibur anak-anak,” ujar Zaenus yang mulai berdagang takjil sejak awal bulan Ramadhan.
Zaenus hanya contoh kecil betapa kreativitas tengah diuji di masa pandemi saat ini. Ketika badai wabah Corona telah membuat banyak bidang pekerjaan sempoyongan, hanya kreativitas yang bisa memberi jalan untuk keluar dari himpitan.
Sementara sang istri menyiapkan lapak untuk menjajakan makanan takjil, Zaenus mempersiapkan diri mengenakan kustom robot yang dibawanya. Dan, akhirnya jadilah dia seorang Iron Man, satu-satunya robot penjaja makanan takjil di sekitar wilayah itu.
Sang Iron Man menyapa para pengendara yang melintas di jalur pantura. Begitu ada pengendara berhenti, dengan cekatan Iron Man menawarkan aneka menu takjil mulai kolak hingga gorengan dan sambal asam, dari botok roti sampai telur asin. Iron Man juga tak segan menghibur dan melayani swafoto anak-anak maupun warga di sekitarnya.
Penampilan unik Zaenus tak pelak memang menarik perhatian para pengendara yang berlalu lalang juga warga sekitar. Tak heran kalau lapak takjil Iron Man-nya selalu laris diserbu pembeli. Banyak pengendara yang akhirnya mampir untuk sekadar membeli takjil sekaligus berfoto dengan si penjual.
Pembeli berswafoto dengan Iron Man yang menjual takjil. Foto: SINDOnews/Toiskandar
”Ini sangat unik, sangat menghibur terutama buat anak-anak. Jadi beli takjil sekalian bisa foto selfi,” ujar Syahri Romdhon, salah satu pembeli.
Bukan tanpa alasan Zaenus menjual takjil dengan kustom uniknya. Pandemi Corona telah membuat banyak bidang pekerjaan ikut ”terpapar”. Itu pula yang dirasakan Zaenus. Job sebagai pemain cosplay yang sudah dilakoni bertahun-tahun seketika menguap.
Zaenal si Iron Man melayani pembeli takjil. Foto: SINDOnews/Toiskandar
Tidak ada lagi hajatan kawinan atau khitanan, tempat biasanya dia bisa mengumpulkan pundi-pundi uang. Otaknya terus berputar hingga memutuskan untuk banting setir sementara menjadi pedagang takjil. Baginya berdagang takjil relatif mudah dan tak membutuhkan banyak modal.
”Dalam situasi ini lebih baik berdagang takjil saja. Saya memanfaatkan kustom cosplay yang saya punya daripada menganggur tidak dipakai, sekalian menghibur anak-anak,” ujar Zaenus yang mulai berdagang takjil sejak awal bulan Ramadhan.
Zaenus hanya contoh kecil betapa kreativitas tengah diuji di masa pandemi saat ini. Ketika badai wabah Corona telah membuat banyak bidang pekerjaan sempoyongan, hanya kreativitas yang bisa memberi jalan untuk keluar dari himpitan.
(muh)