Mengenal Perbedaan Mataram Islam dengan Mataram Kuno, Sudah Tahu?
loading...
A
A
A
Setelah kematian Samaratungga, terjadi perebutan kekuasaan antara putranya, Balaputradewa, dan menantunya, Dyah Lokapala. Balaputradewa melarikan diri ke Sriwijaya setelah dikalahkan oleh Dyah Lokapala. Dyah Lokapala kemudian menjadi raja Mataram Kuno dengan gelar Rakai Kayuwangi.
Pada abad ke-10, Mataram Kuno mengalami kemunduran akibat serangan dari Kerajaan Wurawari dan Kerajaan Medang Kamulan. Raja terakhir Mataram Kuno yang diketahui adalah Mpu Sindok, yang memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur pada tahun 929 Masehi.
Mataram Islam adalah kerajaan bercorak Islam yang berdiri pada abad ke-16 Masehi di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya. Kerajaan ini didirikan oleh Sutawijaya, yang merupakan keturunan dari Ki Ageng Pemanahan, seorang adipati di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang.
Sutawijaya mendapatkan tanah Mataram sebagai hadiah dari Sultan Hadiwijaya karena berhasil membunuh Arya Penangsang, pemberontak dari Kerajaan Jipang.
Sutawijaya kemudian memerintah dengan gelar Panembahan Senopati dan membangun ibu kota kerajaannya di Kotagede. Ia berhasil menaklukkan beberapa kerajaan kecil di sekitarnya, seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Surabaya, dan Kerajaan Tuban.
Panembahan Senopati digantikan oleh putranya, Panembahan Hanyakrawati, yang juga dikenal sebagai Mas Jolang. Ia melanjutkan ekspansi wilayah kerajaannya hingga mencapai Banten dan Cirebon. Namun, ia juga menghadapi pemberontakan dari beberapa adipati, seperti Adipati Wirasaba dan Adipati Purbaya.
Panembahan Hanyakrawati meninggal tanpa meninggalkan pewaris, sehingga terjadi persaingan antara dua saudara iparnya, yaitu Pangeran Purbaya dan Pangeran Benawa. Akhirnya, Pangeran Benawa berhasil merebut tahta dengan bantuan Sunan Giri, salah satu Wali Songo. Ia kemudian menjadi raja Mataram Islam dengan gelar Sultan Agung.
Sultan Agung merupakan raja terbesar dan terkenal dalam sejarah Mataram Islam. Ia memindahkan ibu kota kerajaannya ke Karta (sekarang Kota Gede) dan membangun Masjid Agung Mataram.
Ia juga memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup hampir seluruh Pulau Jawa, kecuali Batavia, yang dikuasai oleh VOC. Sultan Agung berusaha menyerang Batavia sebanyak tiga kali, tetapi gagal.
Pada abad ke-10, Mataram Kuno mengalami kemunduran akibat serangan dari Kerajaan Wurawari dan Kerajaan Medang Kamulan. Raja terakhir Mataram Kuno yang diketahui adalah Mpu Sindok, yang memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur pada tahun 929 Masehi.
2. Mataram Islam
Mataram Islam adalah kerajaan bercorak Islam yang berdiri pada abad ke-16 Masehi di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya. Kerajaan ini didirikan oleh Sutawijaya, yang merupakan keturunan dari Ki Ageng Pemanahan, seorang adipati di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang.
Sutawijaya mendapatkan tanah Mataram sebagai hadiah dari Sultan Hadiwijaya karena berhasil membunuh Arya Penangsang, pemberontak dari Kerajaan Jipang.
Sutawijaya kemudian memerintah dengan gelar Panembahan Senopati dan membangun ibu kota kerajaannya di Kotagede. Ia berhasil menaklukkan beberapa kerajaan kecil di sekitarnya, seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Surabaya, dan Kerajaan Tuban.
Panembahan Senopati digantikan oleh putranya, Panembahan Hanyakrawati, yang juga dikenal sebagai Mas Jolang. Ia melanjutkan ekspansi wilayah kerajaannya hingga mencapai Banten dan Cirebon. Namun, ia juga menghadapi pemberontakan dari beberapa adipati, seperti Adipati Wirasaba dan Adipati Purbaya.
Panembahan Hanyakrawati meninggal tanpa meninggalkan pewaris, sehingga terjadi persaingan antara dua saudara iparnya, yaitu Pangeran Purbaya dan Pangeran Benawa. Akhirnya, Pangeran Benawa berhasil merebut tahta dengan bantuan Sunan Giri, salah satu Wali Songo. Ia kemudian menjadi raja Mataram Islam dengan gelar Sultan Agung.
Sultan Agung merupakan raja terbesar dan terkenal dalam sejarah Mataram Islam. Ia memindahkan ibu kota kerajaannya ke Karta (sekarang Kota Gede) dan membangun Masjid Agung Mataram.
Ia juga memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup hampir seluruh Pulau Jawa, kecuali Batavia, yang dikuasai oleh VOC. Sultan Agung berusaha menyerang Batavia sebanyak tiga kali, tetapi gagal.