Kemarau Panjang, Ribuan Warga Mojokerto Terancam Krisis Air Bersih

Selasa, 04 Agustus 2020 - 20:47 WIB
loading...
Kemarau Panjang, Ribuan...
Warga Dusun Telogo, Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, mengambil air bersih dari tangki-tangki yang dikirimkan BPBD Mojokerto.Foto/SINDOnews/Tritus Julan.
A A A
MOJOKERTO - Jelang kemarau, tiga kecamatan di Kabupaten Mojokerto, terancam kekeringan. Sebanyak 7.386 yang tersebar di enam desa bakal dilanda krisis air bersih.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto mencatat, enam desa itu tersebar di tiga kecamatan. Diantaranya, Desa Kunjorowesi, Manduromanggunggajah, dan Kutogirang di Kecamatan Ngoro.

Selanjutnya Desa Duyung di wilayah Kecamatan Trawas, serta Desa Simongagrok dan Desa Dawarblandong di Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Dari tiga kecamatan tersebut, tiga desa di wilayah Kecamatan Ngoro menjadi yang paling banyak mengalami krisis air bersih.

(Baca juga: 65 Guru SMP Reaktif Rapid Test Massal Jelang Sekolah Tatap Muka )

Kepada BPBD Kabupaten Mojokerto Muhammad Zaini menyatakan, sejak awal Agustus 2020, krisis air bersih sudah melanda ribuan warga di Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro. Pihaknya sudah mulai mendistribusikan air bersih.

"Dusun Telogo, Desa Kunjorowesi ini sudah mengalami krisis air bersih selama sepekan sejak awal Agustus ini. Kami juga sudah menetapkan status tanggap darurat," kata Zaini Selasa (4/8/2020).

Menurutnya, penetapan status tanggap darurat dilakukan salah satunya agar masyarakat luar bisa membantu untuk mendistribusikan air bersih kepada awarga terdampak. Sehingga kebutuhan air bersih bagi ratusan warga Dusun Telogo, bisa teratasi.

(Baca juga: Arumi Bachsin dan Nayla Baddrut Tamam Ajak Warga Pamekasan Gemar Makan Ikan )

Selain di Desa Kunjorowesi, mengacu tahun-tahun sebelumnya beberapa desa yang mengalami krisis air bersih saat kemarau diantaranya, Desa Manduromanggunggajah, Desa Kutogirang, dan Desa Wotanmas Jedong, di Kecamatan Ngoro. Dari empat desa itu terdapat sekitar 3.297 jiwa yang biasa terdampak kekeringan.

Sedangkan di Kecamatan Dawarblandong, krisis air berdampak pada 750 jiwa di Dusun Sekeping, dan 700 jiwa di Dusun Dawar. Selebihnya, sebanyak 375 jiwa di Dusun Tempuran. Kemudian sebanyak 825 jiwa Dusun Ngagrok, 420 jiwa di Dusun Genceng, dan 450 jiwa di Dusun Mlati, Desa Simongagrok.

Sedangkan di Kecamatan Trawas, krisis air bersih selalu dirasakan warga Desa Duyung. Di desa ini, sebanyak 509 jiwa dengan jumlah 277 kepala keluarga (KK) selalu menggantungkan bantuan pemerintah untuk suplai air bersih setiap musim kemarau tiba. Kondisi ini, bahkan sudah terjadi sejak bertahun-tahun.

"Sudah sejak lama, karena warga di sana memang mengandalkan air tadah hujan. Sebab tidak ada sumber mata air yang bisa dijangkau oleh warga sekitar," imbuhnya.

Zaini pun menyatakan, kemarau kali ini sepertinya bakal berlangsung lebih lama dibandingkan tahun 2019 silam. Untuk itu, ia mengimbau kepada warga yang masuk dalam peta kekeringan saat musim kemarau, harus bersiap diri sejak dini.

"Sesuai prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat, saat ini memang sudah memasuki musim kemarau. Prediksinya memang lebih lama. Untuk itu kami sudah melakukan pemetaan agar krisis air bersih yang dialami warga bisa diatasi," tandas Zaini.
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1998 seconds (0.1#10.140)