6 Ekor Komodo Dilepaskan ke Cagar Alam Wae Wull NTT
loading...
A
A
A
JAKARTA - Upaya melestarikan komodo, sebagai satwa langka yang dilindungi terus dilakukan. Salah satunya, dengan pelepasliaran enam ekor komodo ke habitat aslinya di Cagar Alam Wae Wull, Manggarai Barat, NTT.
Baca Juga: Pemberangkatan Komodo ke Habitat Aslinya di Cagar Alam Wae Wuul NTT
Langkah pengembalian komodo ke habitat aslinya ini, menjadi salah satu bukti sinergitas Lembaga Konservasi Taman Safari, dengan Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK) dalam mengembangiakkan satwa liar dilindungi.
Keberadaan PT Smelting (PTS) sebagai penyandang dana program konservasi ini, berkolaborasi dengan Taman Safari Indonesia (TSI) mendapat apresiasi dari KLHK. Kepala Balai Besar KSDA NTT, Arief Mahmud menilai upaya konservasi komodo dan habitatnya tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintaah, dibutuhkan peran swasta untuk menjaga kelestarian satwa kharismatik ini.
Langkah-langkah pelestarian komodo terus mengalami kemajuan. Diawali dengan semangat PT Smelting untuk membantu melestarikan satwa terancam punah, sebagai bukti keseriusan dan kepedulian perusahaan untuk keanekaragaman hayati setelah sebelumnya berhasil mengembangbiakan dan melepasliarkan Elang Jawa ke alam bebas.
Untuk kali kedua, PT Smelting melanjutkan kerjasama dengan menggandeng TSI untuk memulai program konservasi komodo yang diinisiasi sejak tahun 2022 lalu. "Kerja sama ini telah berhasil mengembangbiakkan komodo di kandang pemeliharaan, dan melepasliarkan enam ekor komodo hasil pengembangbiakan," tuturnya.
Enam ekor komodo tersebut, menurut Arief dilepasliarkan ke Cagar Alam Wae Wuul, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. "Kami berharap, semua pihak mendukung upaya konservasi komodo melalui pelepasliaran nantinya. Kami juga mengharapkan peran masing-masing sesuai kapasitas dengan rasa kepedulian yang sama, seperti yang dilakukan PT Smelting dan TSI agar komodo tetap lestari di NTT, sebagai rumah satu-satunya satwa endemik ini di dunia," tegasnya.
Baca Juga: Pemberangkatan Komodo ke Habitat Aslinya di Cagar Alam Wae Wuul NTT
Langkah pengembalian komodo ke habitat aslinya ini, menjadi salah satu bukti sinergitas Lembaga Konservasi Taman Safari, dengan Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK) dalam mengembangiakkan satwa liar dilindungi.
Keberadaan PT Smelting (PTS) sebagai penyandang dana program konservasi ini, berkolaborasi dengan Taman Safari Indonesia (TSI) mendapat apresiasi dari KLHK. Kepala Balai Besar KSDA NTT, Arief Mahmud menilai upaya konservasi komodo dan habitatnya tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintaah, dibutuhkan peran swasta untuk menjaga kelestarian satwa kharismatik ini.
Langkah-langkah pelestarian komodo terus mengalami kemajuan. Diawali dengan semangat PT Smelting untuk membantu melestarikan satwa terancam punah, sebagai bukti keseriusan dan kepedulian perusahaan untuk keanekaragaman hayati setelah sebelumnya berhasil mengembangbiakan dan melepasliarkan Elang Jawa ke alam bebas.
Untuk kali kedua, PT Smelting melanjutkan kerjasama dengan menggandeng TSI untuk memulai program konservasi komodo yang diinisiasi sejak tahun 2022 lalu. "Kerja sama ini telah berhasil mengembangbiakkan komodo di kandang pemeliharaan, dan melepasliarkan enam ekor komodo hasil pengembangbiakan," tuturnya.
Enam ekor komodo tersebut, menurut Arief dilepasliarkan ke Cagar Alam Wae Wuul, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. "Kami berharap, semua pihak mendukung upaya konservasi komodo melalui pelepasliaran nantinya. Kami juga mengharapkan peran masing-masing sesuai kapasitas dengan rasa kepedulian yang sama, seperti yang dilakukan PT Smelting dan TSI agar komodo tetap lestari di NTT, sebagai rumah satu-satunya satwa endemik ini di dunia," tegasnya.