Anak-anak SD di Cianjur Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai Cilaki Demi Bisa Sekolah

Minggu, 13 Agustus 2023 - 22:07 WIB
loading...
Anak-anak SD di Cianjur...
Anak-anak SD di Kampung Ciderengdeng, Desa Cibuluh, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, harus bertaruh nyawa menyeberangi jembatan bambu Sungai Cilaki, agar bisa sampai ke sekolah. Foto/MPI/Ricky Susan
A A A
CIANJUR - Anak-anak SD di Kampung Ciderengdeng, Desa Cibuluh, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, harus bertaruh nyawa menyeberangi jembatan bambu Sungai Cilaki. Mereka berjalan kaki menyeberangi sungai di saat pagi buta, agar dapat bersekolah.



Video para pelajar SD di Kampung Ciderengdeng tersebut, sempat viral di media sosial. Dalam video berdurasi sekitar satu menit yang diunggah pemilik akun Pelosok Cianjur Vlog Pedesaan, terlihat siswa-siswi SD menyeberangi jembatan bambu saat kondisi masih gelap.



Kondisi anak-anak SD bertaruh nyawa di tengah pagi buta untuk berangkat sekolah tersebut, sudah lama terjadi. Kondisi kampung mereka yang berada di daerah terpencil, dan berbatasan dengan Kabupaten Garut, membuat anak-anak ini harus berangkat lebih awal agar tidak terlambat sampai di sekolah.



Kepala Desa Cibuluh, Supriatna mengatakan, video anak-annak SD berjalan kaki di pagi buta dan menyeberangi jembatan bambu tersebut, memang benar terjadi. Kondisi ini sudah berlangsung selama puluhan tahun.

Menurutnya, anak-anak SD yang terekam dalam video tengah berjalan kaki melawati jembatan tersebut, persis dengan yang dialaminya saat masih duduk di bangku SD beberapa puluh tahun silam.

Anak-anak SD di Cianjur Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai Cilaki Demi Bisa Sekolah


"Jadi memang sudah tidak aneh pemandangan anak-anak SD, saat masih subuh berjalan kaki melewati jembatan itu. Dulu saat saya masih SD sekitar tahun 1975, kondisinya juga sama seperti itu," kata Supriatna, Minggu (13/8/2023).

Selain anak-anak, lanjut Supriatna, masyarakat juga terpaksa menggunakan jalan tersebut untuk menuju ke wilayah Kabupaten Garut, sebagai daerah yang menerima hasil bumi dari desanya, seperti padi dan rempah-rempah. "Sedangkan jika melewati akses jalan lain, harus memutar dengan jarak 5 km. Kalau lewat jembatan itu, hanya 3 km saja," ujarnya.



Meski tercatat tidak ada korban jiwa saat melintas di jembatan bambu tersebut, namun diakui Supriatna kondisi melintasi jembatan bambu tanpa penerangan tersebut, juga bisa menjadi berbahaya jika masyarakat tidak fokus saat melintas di atas Sungai Cilaki itu.

"Sebetulnya berbahaya, utamanya saat hujan. Luapan banjir Sungai Cilaku, juga sering kali terjadi sangat deras. Mereka yang mengendarai sepeda motor, butuh keberanian dan keahlian khusus untuk bisa melintasi jembatan bambu tersebut," ungkapnya.

Anak-anak SD di Cianjur Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai Cilaki Demi Bisa Sekolah


Pemdes Cibuluh, tegas Supriatna tidak tinggal diam, sejak masa kepimpinannya berulang kali membuat pengajuan untuk perbaikan. Namun hingga kini realisasi pembangunan tak kunjung terjadi.

Saat ini Pemdes Cibuluh, dan masyarakat hanya bisa melakukan perbaikan tambal sulam secara swadaya dalam kurun waktu 3-4 bulan sekali. "Kalau disebut bosan mengajukan, tentu tidak. Berbagai upaya untuk mendapatkan bantuan perbaikan jembatan ini, terus dilakukan ke Pemkab Cianjur, dan pemprov Jabar," pungkasnya.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3088 seconds (0.1#10.140)