Kisah Bupati Madiun Melawan Belanda, Kobarkan Semangat Ratu Adil

Jum'at, 04 Agustus 2023 - 06:46 WIB
loading...
Kisah Bupati Madiun Melawan Belanda, Kobarkan Semangat Ratu Adil
Raden Ronggo Prawirodirjo III. Foto/Ist
A A A
MADIUN - Kisah Raden Ronggo Prawirodirjo III yang gigih melawan penjajah Belanda menarik untuk dikulik. Pasalnya, setelah kabur dari Yogyakarta untuk berperang dengan Belanda, Bupati Wedana Mancanagera Timur Kesultanan Yogyakarta merangkap Bupati Madiun itu sempat diburu oleh Sultan Hamengkubuwono II.

Padahal kala itu Raden Ronggo sudah bertekad untuk melawan kesewenang-wenangan Belanda ke rakyatnya. Maka ia putuskan kabur dari Yogyakarta menuju Maospati. Perlawanan Raden Ronggo ini kerap disebut mengandung semangat Ratu Adil yang menjadi salah satu ciri awal gerakan perlawanan di Nusantara.

Ia dibantu wakilnya, seorang keturunan Bali, Mas Tumenggung Sumonegoro, Bupati Padhangan yang kini masuk wilayah Bojonegoro, dan cucu panglima Sultan Pertama, Mas Tumenggung Malangnegoro, mengaku mendapatkan bisikan gaib bahwa Ronggo harus ber- kuasa sebagai Sunan Ingalogo di keraton Kutha Pethik, "kerajaan" Ketonggo.



Dikisahkan dari "Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta : Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun, sekitar 1779 - 1810", Sultan Hamengkubuwono II mengumpulkan pasukan ekspedisi yang terdiri dari seribu prajurit yang dipimpin oleh mantan punakawannya, Raden Tumenggung Purwodipuro (sekitar 1770-1826), yang kelak dipecat akibat ketidakbecusan dan korupsi.

Sultan Hamengkubuwono II juga konon mengirimkan perintah kepada semua bupati di wilayah timur Yogyakarta, untuk bekerja sama memburu Raden Ronggo, yang juga merangkap sebagai Bupati Madiun ini pada 21 November 1810. Sultan mengeluarkan maklumat khusus kerajaan berisi penetapan hukuman mati bagi Raden Ronggo, jika dia menolak kembali ke Yogyakarta.

Sultan juga memberikan perintah kepada Pangeran Dipokusumo untuk memperkuat pasukan Purwodipuro dan pasukan ekspedisi Yogyakarta pada 27 November 1810. Jika Raden Ronggo tertangkap hidup-hidup, dia harus dibunuh. Sultan Hamengkubuwono II tidak mau menanggung malu jika sang Bupati Wedana dibawa kembali ke Yogyakarta dalam keadaan hidup.



Namun, sang sultan mengingat janji ayahnya kepada kakek Raden Ronggo III sekaligus panglima tentara Perang Giyanti (1746-55), yaitu Kiai Ronggo Prawirosentiko (pasca-1758, Raden Ronggo Prawirodirjo I), bahwa Sultan Hamengkubuwono I tidak akan menyakiti atau menumpahkan darah keturunannya. Jika keturunan Raden Ronggo I melakukan pelanggaran, Sultan Pertama diharap senantiasa sudi mengampuni.

Purwodipuro yang korup memimpin pasukan ekspedisi Yogyakarta untuk memburu Raden Ronggo III. Pasukan ini didampingi oleh seorang bintara Indo-Jerman kelahiran Batavia bernama Sersan Lucas Leberveld (1757-sekitar 1815) dan seorang letnan kelahiran Belanda, Thomas Paulus (1773-sekitar 1825).

Dua-duanya dijuluki sebagai orang yang taal en land kundig atau istilah fasih bahasa Jawa dan tahu-menahu mengenai keadaan di Jawa, dalam sumber Belanda.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2065 seconds (0.1#10.140)