Asal Usul Grebeg Suro Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram di Ponorogo
loading...
A
A
A
GREBEG Suro merupakan sebuah tradisi budaya yang dirayakan oleh masyarakat Ponorogo, Jawa Timur setiap tanggal 1 Muharram atau 1 Suro dalam kalender Jawa. Seni dan budaya yang ditampilkan pun sangat beragam, termasuk Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel.
Acara ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan permohonan keselamatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Grebeg Suro sendiri merupakan kegiatan awal dalam menyongsong tahun kunjungan wisata Jawa Timur setiap tahunnya.
Dalam prosesi tirakatnya itu, mereka mengelilingi kota hingga berakhir di area alun-alun.
Melihat tradisi yang sudah berjalan di masyarakat tersebut, Bupati Ponorogo Soebarkah Poetro Hadiwirjo kemudian mewadahi tradisi Grebeg Suro untuk dijadikan salah satu keunggulan dari Ponorogo.
Proses pewadahan tradisi Grebeg Suro ternyata mendapat apresiasi tinggi dari warga karena melestarikan kesenian Ponorogo.
Kala itu minat para pemuda terhadap reog khas Ponorogo mulai luntur dan kemudian diikutsertakan di dalamnya.
Setiap tahunnya, perayaan Grebeg Suro akan diikuti puluhan kelompok yang berasal dari dalam dan luar Kabupaten Ponorogo.
Berlangsungnya acara ini pun cukup panjang, bisa empat sampai satu minggu penuh.
Puluhan reog ini kemudian dipilih yang terbaik. Mereka biasanya terdiri dari dadak merak jathil dan bujangganong yang kemudian mengadakan parade di jalanan kota.
Bertepatan pada sehari sebelum 1 Suro, Grebeg Suro akan diadakan Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka dari Kota lama ke kota tengah.
Tradisi ini dimaksudkan untuk mengenang perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Ponorogo dari Kota Lama ke Kota Tengah.
Sementara pada tanggal 1 Muharram akan diadakan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel yang ada di Kaki Gunung Wilis.
Dipilihnya Telaga Ngebel karena merupakan andalan wisata di Ponorogo serta memiliki legenda unik dengan kisah seekor ular naga bernama Baru Klinting.
Banyak nilai kearifan lokal yang terkandung di kegiatan Grebeg Suro dan lokasi-lokasi yang digunakan.
Keutamaan dari tradisi ini meliputi nilai simbolik, tanggung jawab, keindahan budaya, sosial, ekonomi dan religius.
Oleh karenanya, Grebeg Suro menjadi tradisi unik yang terus dilestarikan di Ponorogo.
Acara ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan permohonan keselamatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Grebeg Suro sendiri merupakan kegiatan awal dalam menyongsong tahun kunjungan wisata Jawa Timur setiap tahunnya.
Asal Usul Peringatan Grebeg Suro
Sejarah lahirnya Grebeg Suro dimulai pada tahun 1980-an di saat kalangan warok (seniman reog) dalam menyambut malam 1 Suro melakukan tirakatan satu malam penuh.Dalam prosesi tirakatnya itu, mereka mengelilingi kota hingga berakhir di area alun-alun.
Melihat tradisi yang sudah berjalan di masyarakat tersebut, Bupati Ponorogo Soebarkah Poetro Hadiwirjo kemudian mewadahi tradisi Grebeg Suro untuk dijadikan salah satu keunggulan dari Ponorogo.
Proses pewadahan tradisi Grebeg Suro ternyata mendapat apresiasi tinggi dari warga karena melestarikan kesenian Ponorogo.
Kala itu minat para pemuda terhadap reog khas Ponorogo mulai luntur dan kemudian diikutsertakan di dalamnya.
Setiap tahunnya, perayaan Grebeg Suro akan diikuti puluhan kelompok yang berasal dari dalam dan luar Kabupaten Ponorogo.
Berlangsungnya acara ini pun cukup panjang, bisa empat sampai satu minggu penuh.
Puluhan reog ini kemudian dipilih yang terbaik. Mereka biasanya terdiri dari dadak merak jathil dan bujangganong yang kemudian mengadakan parade di jalanan kota.
Bertepatan pada sehari sebelum 1 Suro, Grebeg Suro akan diadakan Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka dari Kota lama ke kota tengah.
Tradisi ini dimaksudkan untuk mengenang perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Ponorogo dari Kota Lama ke Kota Tengah.
Sementara pada tanggal 1 Muharram akan diadakan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel yang ada di Kaki Gunung Wilis.
Dipilihnya Telaga Ngebel karena merupakan andalan wisata di Ponorogo serta memiliki legenda unik dengan kisah seekor ular naga bernama Baru Klinting.
Banyak nilai kearifan lokal yang terkandung di kegiatan Grebeg Suro dan lokasi-lokasi yang digunakan.
Keutamaan dari tradisi ini meliputi nilai simbolik, tanggung jawab, keindahan budaya, sosial, ekonomi dan religius.
Oleh karenanya, Grebeg Suro menjadi tradisi unik yang terus dilestarikan di Ponorogo.
(shf)