Gardu Ganjar Meriahkan Tradisi Ngabubur Suro Bersama Warga Pandeglang
loading...
A
A
A
PANDEGLANG - Gerakan Rakyat Desa Untuk (Gardu) Ganjar turut melestarikan tradisi kebudayaan itu bersama warga di Kabupaten Pandeglang, Banten. Di Pandeglang, masyarakat memiliki tradisi unik setiap Bulan Muharam yakni Ngabubur Suro pada 10 Muharam 1445 Hijriah yang bertepatan dengan Jumat (28/7/2024).
"Hari ini mengadakan (pembuatan) bubur suro. Sudah tradisi kebiasaan masyarakat kami. Adanya, di Kampung Bengkok, Desa Karyasari, Kecamatan Cikedal, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten," kata Koordinator Gardu Ganjar Daerah Pandeglang, Muhlis.
Kegiatan ngabubur suro yang digagas Gardu Ganjar bersama warga digelar secara serentak di empat lokasi di Desa Karyasari, Kecamatan Cikendal dan Desa Sukamersari, Kecamatan Kalanganyar. Hal ini sebagai gambaran bahwa Ganjar Pranowo hadir untuk semua.
Partisipasi ini sekaligus untuk menyosialisasikan dan menggalang dukungan bagi capres Ganjar Pranowo. Muhlis mengatakan, keterlibatan relawan mendapat sambutan yang hangat dari warga sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan lancar dan meriah.
"Kami mengadakan (kegiatan ini) sambil mendoakan (Ganjar menjadi Presiden 2024) di pagi hari ini, Jumat barokah. Mudah-mudahan Pak Ganjar ini dikabul sama Allah SWT menjadi nomor satu di Indonesia yaitu Presiden," tuturnya.
Bubur suro atau sura berasal dari kata Asyura yakni hari ke-10 bulan Muharam dalam penanggalan kalender Hijriah yang dipakai umat muslim. Bubur tersebut dipercaya muncul dari kisah Nabi Nuh AS saat terjadi banjir besar yang menenggelamkan dunia.
Umat yang selamat di atas perahu harus menghemat perbekalan makanannya. "Masak bubur tanggal 10 Muharam itu harus merayakan bubur suro. Bahan-bahannya, beras, kacang, bumbu-bumbu, sop. banyak ya tata caranya," kata salah seorang warga yang berpartisipasi, Adawiyah.
Tradisi memasak bubur suro dinilai menanamkan sikap gotong-royong karena proses memasaknya yang dilakukan secara bersama-sama, terutama kalangan ibu-ibu. Sikap itu yang menjadikan Indonesia Tangguh.
Proses pembuatan bubur dilakukan dengan metode dan alat-alat tradisional seperti kompor kayu bakar kemudian diaduk secara manual dengan tangan selama sekitar dua jam. Selain gotong-royong, tradisi tersebut juga dinilai meningkat jiwa sosial karena bubur yang sudah jadi kemudian dibagikan kepada orang yang membutuhkan dan anak yatim.
"Masaknya, beras dulu dimasukkan ke kuali terus pakai air, pakai api (dimasak), terus dikocek-kocek sambil membacakan hafalan (ayat suci Al-Qur'an) atau selawat hasbunallah wanikmat wakil nikmal maula wanikmannasir. Iya, (buburnya) dibagikan ke warga yang membutuhkan," ujarnya.
Kegiatan kali ini diakui lebih meriah berkat dukungan Gardu Ganjar. Warga pun siap mendukung Ganjar Pranowo menjadi Presiden Indonesia.
Mereka juga berharap Ganjar memperhatikan wilayah Banten. Terutama pembangunan infrastruktur jalan dan bantuan untuk masyarakat miskin.
"Mudah-mudahan Pak Ganjar mendapatkan (menjadi presiden) yang terpilih untuk kita semua yang lagi miskin-miskinnya harap diperhatikan. Ke desa-desa harus terjun, bagaimana keadaan desa bagaimana keadaan kecamatan," harapnya.
"Hari ini mengadakan (pembuatan) bubur suro. Sudah tradisi kebiasaan masyarakat kami. Adanya, di Kampung Bengkok, Desa Karyasari, Kecamatan Cikedal, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten," kata Koordinator Gardu Ganjar Daerah Pandeglang, Muhlis.
Kegiatan ngabubur suro yang digagas Gardu Ganjar bersama warga digelar secara serentak di empat lokasi di Desa Karyasari, Kecamatan Cikendal dan Desa Sukamersari, Kecamatan Kalanganyar. Hal ini sebagai gambaran bahwa Ganjar Pranowo hadir untuk semua.
Partisipasi ini sekaligus untuk menyosialisasikan dan menggalang dukungan bagi capres Ganjar Pranowo. Muhlis mengatakan, keterlibatan relawan mendapat sambutan yang hangat dari warga sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan lancar dan meriah.
"Kami mengadakan (kegiatan ini) sambil mendoakan (Ganjar menjadi Presiden 2024) di pagi hari ini, Jumat barokah. Mudah-mudahan Pak Ganjar ini dikabul sama Allah SWT menjadi nomor satu di Indonesia yaitu Presiden," tuturnya.
Bubur suro atau sura berasal dari kata Asyura yakni hari ke-10 bulan Muharam dalam penanggalan kalender Hijriah yang dipakai umat muslim. Bubur tersebut dipercaya muncul dari kisah Nabi Nuh AS saat terjadi banjir besar yang menenggelamkan dunia.
Umat yang selamat di atas perahu harus menghemat perbekalan makanannya. "Masak bubur tanggal 10 Muharam itu harus merayakan bubur suro. Bahan-bahannya, beras, kacang, bumbu-bumbu, sop. banyak ya tata caranya," kata salah seorang warga yang berpartisipasi, Adawiyah.
Tradisi memasak bubur suro dinilai menanamkan sikap gotong-royong karena proses memasaknya yang dilakukan secara bersama-sama, terutama kalangan ibu-ibu. Sikap itu yang menjadikan Indonesia Tangguh.
Proses pembuatan bubur dilakukan dengan metode dan alat-alat tradisional seperti kompor kayu bakar kemudian diaduk secara manual dengan tangan selama sekitar dua jam. Selain gotong-royong, tradisi tersebut juga dinilai meningkat jiwa sosial karena bubur yang sudah jadi kemudian dibagikan kepada orang yang membutuhkan dan anak yatim.
"Masaknya, beras dulu dimasukkan ke kuali terus pakai air, pakai api (dimasak), terus dikocek-kocek sambil membacakan hafalan (ayat suci Al-Qur'an) atau selawat hasbunallah wanikmat wakil nikmal maula wanikmannasir. Iya, (buburnya) dibagikan ke warga yang membutuhkan," ujarnya.
Kegiatan kali ini diakui lebih meriah berkat dukungan Gardu Ganjar. Warga pun siap mendukung Ganjar Pranowo menjadi Presiden Indonesia.
Mereka juga berharap Ganjar memperhatikan wilayah Banten. Terutama pembangunan infrastruktur jalan dan bantuan untuk masyarakat miskin.
"Mudah-mudahan Pak Ganjar mendapatkan (menjadi presiden) yang terpilih untuk kita semua yang lagi miskin-miskinnya harap diperhatikan. Ke desa-desa harus terjun, bagaimana keadaan desa bagaimana keadaan kecamatan," harapnya.
(poe)