Sosok-sosok Penguasa Majapahit dan Wilayah Kekuasaan Pasca Perang Paregreg

Sabtu, 17 Juni 2023 - 06:00 WIB
loading...
Sosok-sosok Penguasa...
ilustrasi
A A A
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terbesar di masanya. Pasca huru-hara di internal kerajaan, Majapahit pun menjadi banyak konflik. Hal itu pula yang membuat wilayah Majapahit terpecah menjadi dua istana yakni barat dan timur.

Sepeninggal raja perempuan kedua di Kerajaan Majapahit Dewi Suhita, Kertawijaya naik tahta menjadi raja di Kerajaan Majapahit. Pasca Dewi Suhita bertahta, Prasasti Waringin Pitu menggambarkan kondisi pemerintahan saat itu.

Sang raja Kertawijaya naik tahta mengambil nama abhiseka Wijayaparakramawardhana seperti tercantum pada prasasti Waringin Pitu, sebagaimana dikutip pada "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", dari Prof. Slamet Muljana.

Dyah Kertawijaya kemudian kawin dengan Bhatara Daha Jayawardhani Dyah Jayeswari. Ia adalah putri bungsu Bhatara Pandan Salas Raden Sumirat. Demikianlah Sri Kertawijaya dan Dyah Jayeswari dalam hubungan kekeluargaan adalah saudara sepupu juga.

Bhatara Prabhu Wijayaparakramawardhana Dyah Kerta- wijaya mengeluarkan prasasti Waringin Pitu pada tanggal 22 November 1447 untuk memperingati anugerah tanah di Waringin Pitu oleh Bhatara Prabhu kepada ibunya yang bernama Dyah Nartaja. Prasasti Waringin Pitu membuktikan kebenaran pernyataan Pararaton tentang tarikh mangkatnya Bhatara Prabhu Suhita pada tahun 1447.

Baca juga: Depati Parbo, Pejuang Kemerdekaan dari Kerinci yang Jago Silat, Agama dan Kebatinan

Dari prasasti Waringin Pitu juga dapat dipastikan bahwa Dyah Kertawijaya bukan putra permaisuri Kusumawardhani, tetapi putra Dyah Nartaja, juga memperkuat pernyataan Pararaton tentang perkawinan Bhre Tumapel Sri Kertawijaya dengan Bhre Daha yang tidak disebut namanya.

Ternyata bahwa namanya ialah Jayawardhani Dyah Jayeswari. Prasasti Waringin Pitu merupakan dokumen sejarah penting untuk mengetahui siapa-siapa nama raja-raja Majapahit sesudah masa pemerintahan Bhatara Prabhu Wijayaparakramawardhana Dyah Kertawijaya, yang berakhir pada tahun saka bahni-parwata-kaya-iku, 1373 sama dengan 1451 Masehi). Nama candi Bhatara Prabhu ialah Kertawijayapura, tidak diketahui di mana letaknya.

Identifikasi raja-raja Majapahit dari tahun 1451 sampai 1478 seperti dinyatakan oleh penggubah Pararaton sampai sekarang belum terpecahkan secara tuntas dan meyakinkan, meskipun telah digarap oleh sarjana-sarjana kenamaan selama bertahun-tahun mulai dari J.L.A. Brandes pada tahun 1896 dengan terbitan Pararaton.

Prasasti Waringin Pitu menunjukkan bagaimana kekuasaan Kerajaan Majapahit di beberapa wilayah masih ada. Saat itu beberapa penguasa daerah kekuasaan merupakan anggota keluarga raja.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1386 seconds (0.1#10.140)