Kuliah Kebhinekaan di PKT, Sukidi Perjuangkan Kesetaraan dalam Keragaman
loading...
A
A
A
SAMARINDA - Di tengah keterkoyakan nilai-nilai moral bangsa ini, kebinekaan harus dirawat, dilestarikan, dan dijunjung tinggi sebagai prinsip moral hidup bersama secara setara dan harmonis.
Hal itu ditegaskan pemikir kebinekaan Sukidi pada Kuliah Kebinekaan bertema "Pancasila, Gotong Royong, dan Impian Indonesia Emas 2045" di hadapan dua ratusan karyawan Pupuk Kalimantan Timur (PKT), Anak Perusahaan, JVC dan Yayasan yang berlangsung di Kantor Pusat Pupuk Kaltim, Senin (12/6/2023).
Sukidi mengajak kita untuk menjiwai moto bangsa ini, Bhinneka Tunggal Ika, agar seluruh komponen bangsa mampu membangun mozaik indah kebinekaan Indonesia dengan tali ikatan persatuan dan kesatuan.
Indonesia harus selalu berdiri tegak di atas fondasi kemajemukan yang terdiri dari berbagai suku, ras, adat, dan agama. "Kebinekaan telah menjadi Konsensus bangsa. Jika ada pihak-pihak yang berhasrat untuk merobek-robek konsensus kebinekaan, maka tindakan itu sama saja dengan menghancurkan konsensus kita sebagai bangsa yang berbineka," ujar Sukidi.
Tugas kita, menurut Sukidi, adalah merawat warisan luhur kebinekaan yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa sebagai fondasi nilai untuk memajukan Indonesia yang selalu berdiri tegak dan kokoh di atas kebinekaan.
Untuk itu, Sukidi mengingatkan bahwa kebinekaan hanya dapat berdiri tegak dengan tiga syarat utama, pertama, kebinekaan harus selalu disertai dengan sikap dasar toleransi untuk menumbuhkan tenggang rasa, tepo seliro, dan saling mengharga antar sesama warga.
"Tanpa adanya perbedaan mayoritas dan minoritas dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan bangsa. Republik ini didirikan untuk melindungi seluruh warga negara Indonesia,” tegas Sukidi merujuk pada amanah pendiri republik.
Kedua, kebinekaan juga harus disertai dengan etika untuk saling memberikan rasa respek antar sesama warga secara setara (ethic of mutual respect), karena setiap warga selalu memiliki harkat dan martabat kemanusiaan yang wajib dihormati oleh siapa pun.
Terakhir, kebinekaan hanya mungkin tegak jika setiap warga bergotong royong untuk merayakan dan membangun mosaik Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Sebab kebinekaan harus disertai sikap untuk terlibat aktif dalam mewujudkan persatuan dalam keragaman. “Tiga hal ini harus menjadi pegangan utama dalam merawat dan memajukan kebinekaan Indonesia," papar Sukidi.
Sukidi mengajak keluarga besar Pupuk Kaltim untuk senantiasa membumikan Pancasila, dengan spirit gotong-royong yang menjadi inti Pancasila itu sendiri, untuk menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia. “Falsafah kebinekaan dan Pancasila menjadi bintang penuntun utama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Hal itu ditegaskan pemikir kebinekaan Sukidi pada Kuliah Kebinekaan bertema "Pancasila, Gotong Royong, dan Impian Indonesia Emas 2045" di hadapan dua ratusan karyawan Pupuk Kalimantan Timur (PKT), Anak Perusahaan, JVC dan Yayasan yang berlangsung di Kantor Pusat Pupuk Kaltim, Senin (12/6/2023).
Sukidi mengajak kita untuk menjiwai moto bangsa ini, Bhinneka Tunggal Ika, agar seluruh komponen bangsa mampu membangun mozaik indah kebinekaan Indonesia dengan tali ikatan persatuan dan kesatuan.
Indonesia harus selalu berdiri tegak di atas fondasi kemajemukan yang terdiri dari berbagai suku, ras, adat, dan agama. "Kebinekaan telah menjadi Konsensus bangsa. Jika ada pihak-pihak yang berhasrat untuk merobek-robek konsensus kebinekaan, maka tindakan itu sama saja dengan menghancurkan konsensus kita sebagai bangsa yang berbineka," ujar Sukidi.
Tugas kita, menurut Sukidi, adalah merawat warisan luhur kebinekaan yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa sebagai fondasi nilai untuk memajukan Indonesia yang selalu berdiri tegak dan kokoh di atas kebinekaan.
Untuk itu, Sukidi mengingatkan bahwa kebinekaan hanya dapat berdiri tegak dengan tiga syarat utama, pertama, kebinekaan harus selalu disertai dengan sikap dasar toleransi untuk menumbuhkan tenggang rasa, tepo seliro, dan saling mengharga antar sesama warga.
"Tanpa adanya perbedaan mayoritas dan minoritas dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan bangsa. Republik ini didirikan untuk melindungi seluruh warga negara Indonesia,” tegas Sukidi merujuk pada amanah pendiri republik.
Kedua, kebinekaan juga harus disertai dengan etika untuk saling memberikan rasa respek antar sesama warga secara setara (ethic of mutual respect), karena setiap warga selalu memiliki harkat dan martabat kemanusiaan yang wajib dihormati oleh siapa pun.
Terakhir, kebinekaan hanya mungkin tegak jika setiap warga bergotong royong untuk merayakan dan membangun mosaik Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Sebab kebinekaan harus disertai sikap untuk terlibat aktif dalam mewujudkan persatuan dalam keragaman. “Tiga hal ini harus menjadi pegangan utama dalam merawat dan memajukan kebinekaan Indonesia," papar Sukidi.
Sukidi mengajak keluarga besar Pupuk Kaltim untuk senantiasa membumikan Pancasila, dengan spirit gotong-royong yang menjadi inti Pancasila itu sendiri, untuk menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia. “Falsafah kebinekaan dan Pancasila menjadi bintang penuntun utama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045,” ujarnya.