Bentrok dengan Warga, Belasan Pembalap Liar di Makassar Ditangkap
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Sedikitnya 13 pembalap liar diamankan Unit Reskrim Polsek Mamajang. Mereka diduga terlibat bentrok dengan warga Jalan Andi Djemma, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar, yang merasa resah dengan aktivitas ugal-ugalan di wilayah tersebut, Jumat (24/7/2020).
Kapolsek Mamajang, AKP Ivan Wahyudi, mengungkapkan belasan pembalap liar itu diamankan di beberapa lokasi berbeda saat operasi cipta kondisi di wilayah hukumnya. Polisi langsung terjun ke lokasi setelah menerima adanya laporan keributan di wilayah Jalan Andi Djemma.
Adapun 13 orang terduga pelaku yang diamankan masing-masing berinisial AK (21), DA (32), Dw (18), Ad (18), Ar (19), Av (17), Ir (18), Am (19), Ys (25), Dd (25), Ms (16) dan Rs (17). Diketahui akibat ulah kelompok pria ini, satu unit mobil rusak parah diduga akibat lemparan benda tumpul.
"Kami belum dapat laporan resmi dari pemilik mobil yang dirusak ataupun ada kerugian lain. Akan tetapi kami melakukan operasi cipta kondisi dari jam 2 sampai subuh itu ada 13 orang, mereka ini orang yang melakukan balap liar dan warga yang mengetahui kejadian (bentrokan) itu," ungkap Ivan di Mapolsek Mamajang, Jumat (24/7) malam.
Dilanjutkan Ivan, saat penyisiran pihaknya menemukan dua buah mercon atau petasan serta beberapa anak panah yang tergeletak di jalan. "Kalau saat penyisiran TKP kita menemukan, dua buah mercon, dan busur serta ketapel, akan tetapi tidak yang mengaku memiliki, karena memang kita temukan di jalan saja itu," jelasnya.
Mantan Kasat Narkoba Polres Wajo ini menambahkan saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan Tim Gugus Tugas COVID-19 Kota Makassar untuk melakukan tes cepat atau rapid test terhadap belasan pembalap liar yang diamankan.
"Soal rapid test kami akan organisasi dengan gugus tugas, karena waktu kita termo (ukur suhunya) masih normal," pungkasnya.
Sementara itu, Nasrun Rachim yang merupakan salah satu tokoh pemuda di Kelurahan Mamajang mengaku aksi kebut-kebutan hingga berbuntut bentrokan ini sudah kerap terjadi selama kurun waktu dua bulan terakhir.
Nasrun mengaku aksi balap liar yang meresahkan warga kerap terjadi pada malam Jumat dan malam Sabtu. Biasanya, mereka adu balap hingga dini hari yang membuat warga yang tengah istirahat menjadi terganggu.
“Masalahnya ini bukan pertama kalinya, kurang lebih sudah dua bulan perang (tawuran), bahkan dua kali satu minggu, setiap malam Jumat dan malam Sabtu jadwal perangnya itu. Ya warga di sini cuman bertahan karena anak geng motor yang selalu datang menyerang, kalau balik dari balapan liar," tutur Nasrun.
Menurut dia, bentrokan kerap terjadi di wilayah Kelurahan Bontolebang dan Kelurahan Banta-Bantaeng. Informasi yang diterima dari warga sekitar, sedikitnya sudah ada empat mobil yang menjadi sasaran bentrok, belum lagi beberapa rumah warga yang kaca-kaca jendelanya rusak.
Nasrun yang Sekertaris DPD Garda Nusantara Sulsel ini menilai pihak kepolisian setempat kurang berkoordinasi untuk mengantisipasi balap liar hingga berujung bentrokan dan pengrusakan tersebut.
“Wilayah hukum di sini kan, perbatasan antara Mamajang dan Rappocini, seakan terjadi miskomunikasi antara aparat kepolisian di lapangan, karena selalu itu selesai bentrok atau perang baru datang polisi di lokasi, padahal kan mereka sudah tahu setiap malam Jumat dan malam Sabtu itu jadwal perangnya, berdasarkan yang sering terjadi selama ini,” paparnya.
Nasrun mewakili warga setempat berharap Kapolrestabes Makassar mampu menyelesaikan persoalan balap liar yang diduga kerap menjadi pemicu kericuhan dengan warga di tiga kecamatan yakni Mamajang, Rappocini, dan Tamalate ini.
"Tentu kami harap Kapolrestabes Makassar bisa menyelesaikan persoalan-persoalan ini. Paling tidak ada polisi yang berjaga di wilayah ini, jangan cuman patroli setelah itu pergi begitu saja, kayak selama ini polisi pergi, mereka (pembalap liar) datang, mereka pergi polisi baru datang,” tukasnya.
Kapolsek Mamajang, AKP Ivan Wahyudi, mengungkapkan belasan pembalap liar itu diamankan di beberapa lokasi berbeda saat operasi cipta kondisi di wilayah hukumnya. Polisi langsung terjun ke lokasi setelah menerima adanya laporan keributan di wilayah Jalan Andi Djemma.
Adapun 13 orang terduga pelaku yang diamankan masing-masing berinisial AK (21), DA (32), Dw (18), Ad (18), Ar (19), Av (17), Ir (18), Am (19), Ys (25), Dd (25), Ms (16) dan Rs (17). Diketahui akibat ulah kelompok pria ini, satu unit mobil rusak parah diduga akibat lemparan benda tumpul.
"Kami belum dapat laporan resmi dari pemilik mobil yang dirusak ataupun ada kerugian lain. Akan tetapi kami melakukan operasi cipta kondisi dari jam 2 sampai subuh itu ada 13 orang, mereka ini orang yang melakukan balap liar dan warga yang mengetahui kejadian (bentrokan) itu," ungkap Ivan di Mapolsek Mamajang, Jumat (24/7) malam.
Dilanjutkan Ivan, saat penyisiran pihaknya menemukan dua buah mercon atau petasan serta beberapa anak panah yang tergeletak di jalan. "Kalau saat penyisiran TKP kita menemukan, dua buah mercon, dan busur serta ketapel, akan tetapi tidak yang mengaku memiliki, karena memang kita temukan di jalan saja itu," jelasnya.
Mantan Kasat Narkoba Polres Wajo ini menambahkan saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan Tim Gugus Tugas COVID-19 Kota Makassar untuk melakukan tes cepat atau rapid test terhadap belasan pembalap liar yang diamankan.
"Soal rapid test kami akan organisasi dengan gugus tugas, karena waktu kita termo (ukur suhunya) masih normal," pungkasnya.
Sementara itu, Nasrun Rachim yang merupakan salah satu tokoh pemuda di Kelurahan Mamajang mengaku aksi kebut-kebutan hingga berbuntut bentrokan ini sudah kerap terjadi selama kurun waktu dua bulan terakhir.
Nasrun mengaku aksi balap liar yang meresahkan warga kerap terjadi pada malam Jumat dan malam Sabtu. Biasanya, mereka adu balap hingga dini hari yang membuat warga yang tengah istirahat menjadi terganggu.
“Masalahnya ini bukan pertama kalinya, kurang lebih sudah dua bulan perang (tawuran), bahkan dua kali satu minggu, setiap malam Jumat dan malam Sabtu jadwal perangnya itu. Ya warga di sini cuman bertahan karena anak geng motor yang selalu datang menyerang, kalau balik dari balapan liar," tutur Nasrun.
Menurut dia, bentrokan kerap terjadi di wilayah Kelurahan Bontolebang dan Kelurahan Banta-Bantaeng. Informasi yang diterima dari warga sekitar, sedikitnya sudah ada empat mobil yang menjadi sasaran bentrok, belum lagi beberapa rumah warga yang kaca-kaca jendelanya rusak.
Nasrun yang Sekertaris DPD Garda Nusantara Sulsel ini menilai pihak kepolisian setempat kurang berkoordinasi untuk mengantisipasi balap liar hingga berujung bentrokan dan pengrusakan tersebut.
“Wilayah hukum di sini kan, perbatasan antara Mamajang dan Rappocini, seakan terjadi miskomunikasi antara aparat kepolisian di lapangan, karena selalu itu selesai bentrok atau perang baru datang polisi di lokasi, padahal kan mereka sudah tahu setiap malam Jumat dan malam Sabtu itu jadwal perangnya, berdasarkan yang sering terjadi selama ini,” paparnya.
Nasrun mewakili warga setempat berharap Kapolrestabes Makassar mampu menyelesaikan persoalan balap liar yang diduga kerap menjadi pemicu kericuhan dengan warga di tiga kecamatan yakni Mamajang, Rappocini, dan Tamalate ini.
"Tentu kami harap Kapolrestabes Makassar bisa menyelesaikan persoalan-persoalan ini. Paling tidak ada polisi yang berjaga di wilayah ini, jangan cuman patroli setelah itu pergi begitu saja, kayak selama ini polisi pergi, mereka (pembalap liar) datang, mereka pergi polisi baru datang,” tukasnya.
(tri)