Tilang Manual Tarik Ulur, Polda Metro Jaya Sebut Hanya Opsi Terakhir
loading...

Polisi menilang pengendara mobil saat razia di Bundaran HI, Jakarta, Senin (15/5/2023). Foto: SINDOnews/Arif Julianto
A
A
A
JAKARTA - Pemberlakuan kembali tilang manual sepertinya masih tarik ulur. Polda Metro Jaya menyebutkan tilang manual hanya opsi terakhir dalam proses penegakan hukum.
"Tilang (manual) itu upaya terakhir. Yang penting masyarakat sadar akan pentingnya tertib berlalu lintas. Tanpa adanya polisi yang menilang pun, masyarakat harusnya sudah tertib dengan sendirinya," ujar Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Latif Usman, Sabtu (20/5/2023).
Latif Usman menjelaskan, tilang manual diterapkan bukan karena tilang elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE), kurang maksimal. Namun lebih dikarenakan belum semua wilayah terpantau kamera ETLE.
"ETLE tetap maksimal. Karena belum menyeluruh secara ruas jalan terpantau ETLE, makanya perlu adanya tilang manual ini," jelasnya.
Kata dia, sistem ETLE akan terus dikembangkan seiring berjalannya waktu. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam keselamatan berkendara.
"Manual sebagai sarana mendukung saja, untuk mengimbangi dari pada kegiatan masyarakat yang kasat mata, yang depan petugas, melakukan pelanggaran," jelasnya.
Diketahui, Polri sebelumnya menyebutkan akan kembali memberlakukan tilang manual di tempat. Polri juga akan memberikan sanksi tegas berupa sanksi disiplin atau sanksi kode etik atau sanksi pidana kepada personel Polri yang melakukan penyimpangan di lapangan.
Terdapat 12 jenis pelanggaran lalu lintas yang menjadi sasaran tilang manual. Berikut ke 12 jenis pelanggaraan lalu lintas yang jadi sasaran tilang manual:
1. Berkendara di bawah umur.
2. Berboncengan lebih dari satu orang.
3. Menggunakan ponsel saat berkendara.
4. Menerobos lampu merah.
5. Tidak menggunakan helm.
6. Melawan arus.
7. Melampaui batas kecepatan.
8. Berkendara di bawah pengaruh alkohol.
9. Kendaraan tidak sesuai dengan spesifikasi (spion, knalpot, lampu utama, rem, lampu petunjuk arah).
10. Menggunakan kendaraan tidak sesuai peruntukannya.
11. Kendaraan over load dan over dimensi (ODOL).
12. Kendaraan tanpa tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB) atau TNKB palsu.
"Tilang (manual) itu upaya terakhir. Yang penting masyarakat sadar akan pentingnya tertib berlalu lintas. Tanpa adanya polisi yang menilang pun, masyarakat harusnya sudah tertib dengan sendirinya," ujar Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Latif Usman, Sabtu (20/5/2023).
Latif Usman menjelaskan, tilang manual diterapkan bukan karena tilang elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE), kurang maksimal. Namun lebih dikarenakan belum semua wilayah terpantau kamera ETLE.
"ETLE tetap maksimal. Karena belum menyeluruh secara ruas jalan terpantau ETLE, makanya perlu adanya tilang manual ini," jelasnya.
Baca Juga
Kata dia, sistem ETLE akan terus dikembangkan seiring berjalannya waktu. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam keselamatan berkendara.
"Manual sebagai sarana mendukung saja, untuk mengimbangi dari pada kegiatan masyarakat yang kasat mata, yang depan petugas, melakukan pelanggaran," jelasnya.
Diketahui, Polri sebelumnya menyebutkan akan kembali memberlakukan tilang manual di tempat. Polri juga akan memberikan sanksi tegas berupa sanksi disiplin atau sanksi kode etik atau sanksi pidana kepada personel Polri yang melakukan penyimpangan di lapangan.
Terdapat 12 jenis pelanggaran lalu lintas yang menjadi sasaran tilang manual. Berikut ke 12 jenis pelanggaraan lalu lintas yang jadi sasaran tilang manual:
1. Berkendara di bawah umur.
2. Berboncengan lebih dari satu orang.
3. Menggunakan ponsel saat berkendara.
4. Menerobos lampu merah.
5. Tidak menggunakan helm.
6. Melawan arus.
7. Melampaui batas kecepatan.
8. Berkendara di bawah pengaruh alkohol.
9. Kendaraan tidak sesuai dengan spesifikasi (spion, knalpot, lampu utama, rem, lampu petunjuk arah).
10. Menggunakan kendaraan tidak sesuai peruntukannya.
11. Kendaraan over load dan over dimensi (ODOL).
12. Kendaraan tanpa tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB) atau TNKB palsu.
(thm)