Makna Jumat Pahing saat Ganjar Pranowo Diumumkan Jadi Capres PDIP

Jum'at, 21 April 2023 - 21:33 WIB
loading...
Makna Jumat Pahing saat Ganjar Pranowo Diumumkan Jadi Capres PDIP
Calon presiden (Capres) PDIP, Ganjar Pranowo saat bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Foto/Twitter/@ganjarpranowo
A A A
MALANG - Bertempat di Istana Batutulis Bogor, Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri resmi mengumumkan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (Capres) yang akan diusung PDIP di Pilpres 2024. Pengumuman disampaikan di hari terakhir puasa Ramadan, Jumat (21/4/2023).



Pengumuman yang disampaikan usai salat Jumat tersebut, bertepatan dengan hari Jumat Pahing dalam kalender Jawa. Dalam hitungan neptu, hari Jumat memiliki neptu enam, dan pasaran Pahing memiliki neptu sembilan. Apabila ditotal jumlahnya 15, dan termasuk neptu besar.



"Pemilihan hari Jumat Pahing ini, tentunya sudah diperhitungkan secara matang, meskipun tidak terungkap ke publik alasan pemilihannya," ujar dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) Malang, Taufan Hendro Baskoro, Jumat (21/4/2023).



Taufan yang kini tengah menempuh pendidikan doktoral di State University of New York di Binghamton (SUNY Binghamton) atau Binghamton University, mengungkapkan, Jumat Pahing yang dipilih kali ini berada di Wuku Wugu. Di mana dalam Wuku Wugu, hari baiknya ada di hari Jumat dan Sabtu.

"Tetapi kalau hari Sabtu di Wuku Wugu ini, disebut masih ada ringkel. Yakni hitungan tidak baiknya. Sehingga yang paling baik tinggal di hari Jumat," ungkap pemerhati budaya Jawa, kelahiran Kabupaten Tulungagung tersebut.

Jumat Pahing, kata Taufan, menurut perhitungan Pasundari, memiliki makna yang sangat baik, yakni sedulur atau saudara, karena hari Jumat di Wuku Wugu ini menempati rumahnya di hari Selasa.



Sementara menurut hitungan Pawukon, ujar Taufan yang merupakan dosen sastra Inggris UB Malang tersebut, Jumat Pahing di Wuku Wugu ini tidak ada hambatan, karena bukan merupakan hari kubur

Dalam kalender Jawa, Taufan menyebutkan ada 30 Wuku, dan hingga kini masih digunakan untuk menentukan hari baik yang dapat digunakan dalam kegiatan penting. Wuku adalah siklus dalam penanggalan Jawa, dan Bali, yang berumur tujuh hari. Sehingga siklus 30 Wuku berumur 210 hari.

Naman 30 Wuku itu, adalah Wuku Sinta, Wuku Landep, Wuku Wukir, Wuku Kurantil, Wuku Tolu, Wuku Gumbreg, Wuku Warigalit, Wuku Warigagung, Wuku Julungwangi, Wuku Sungsang, Wuku Galungan, Wuku Kuningan, Wuku Langkir, Wuku Mandasiya, Wuku Julungpujut, Wuku Pahang, dan Wuku Kuruwelut.



Kemudian ada Wuku Marakeh, Wuku Tambir, Wuku Medangkungan, Wuku Maktal, Wuku Wuye, Wuku Manahil, Wuku Prangbakat, Wuku Bala, Wuku Wugu, Wuku Wayang, Wuku Kulawu, Wuku Dukut, dan Wuku Watugunung.

Taufan menyebutkan, tidak semua Wuku memiliki hari Jumat Pahing. Hanya lima Wuku yang memiliki Jumat Pahing, yakni Wuku Sinta, Wuku Gumbreg, Wuku Galungan, Wuku Pahang, Wuku Maktau, dan Wuku Wugu.

"Ibarat rambu lalu lintas, penghitungan hari ini biasa digunakan untuk menentukan hari pelaksanaan acara-acara penting, agar acara yang digelar tersebut tidak banyak melanggar rambu lalu lintas, sehingga acara dapat berjalan dengan lancar. Kalau Wukunya tidak cocok, bisa dihitung harinya. Demikian juga kalau hari dan pasarannya masih belum cocok, bisa dihitung jam pelaksanaan acaranya," pungkas Taufan.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5653 seconds (0.1#10.140)