Generasi Muda Didorong untuk Menebarkan Perdamaian

Sabtu, 15 April 2023 - 17:04 WIB
loading...
Generasi Muda Didorong untuk Menebarkan Perdamaian
Generasi muda harus terus didorong untuk terus menebarkan perdamaian di dunia maya. Karena generasi muda selama ini masih cenderung untuk bersenang-senang. Foto/Ist
A A A
BANDUNG - Generasi muda harus terus didorong untuk terus menebarkan perdamaian di dunia maya. Karena generasi muda selama ini dinilai masih cenderung untuk bersenang-senang.

Generasi muda juga masih terus menjadi sasaran berita bohong (hoaks), adu domba dan hate speech serta penyebaran paham radikal terorisme yang bertebaran di dunia maya.


Guru Besar Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Bambang Qomaruzzaman mengungkapkan hal itu saat dialog ‘Ngabubu Right’ yang diikuti sekitar 90 generasi muda dari berbagai profesi di Bandung, Jawa Barat.

“Anak muda akan mau peduli di dunia maya kalau mereka tahu tantangannya. Selagi mereka masih menganggap urusan damai, urusan terorisme itu adalah urusan orang-orang tua, urusan bapaknya, urusan negara, urusan misalnya Presiden atau orang-orang dewasa ya mereka nggak bakal mau tahu, mereka akan santai-santai saja,” ujar Bambang Qomaruzzaman, dikutip Sabtu (15/4/2023).

Dia memaklumi hal tersebut dikarenakan anak-anak muda secara niscaya kapanpun di masa kapan pun itu kecenderungannya menikmati hidup untuk bersenang-senang. Karena hal itu memang adalah masanya.

“Di zaman saya dulu juga seperti itu. Mana peduli dengan urusan yang lebih besar kecuali urusan eksistensinya kelompoknya. Tetapi kalau mereka tahu bahwa urusan damai itu sebenarnya bukan urusan untuk orang tua tetapi untuk mereka, tentu dia akan sadar,” ujarnya.


Guna mendorong agar generasi muda ini untuk mau menebarkan perdamaian di dunia maya, maka menurutnya ada dua hal. Pertama tentunya bahasa, bagaimana bahasa ini mesti bisa diturunkan agar mereka mengaggap bahwa urusan damai ini juga menjadi urusan mereka.

“Di mana bahasa ini kita turunkan agar bisa kitas sesuai dengan gaya bahasanya mereka, bahasa anak milenial supaya bisa dimengerti oleh kaum sebayanya,” ujar pria yang juga Ketua Lakpesdam PWNU Jawa Barat ini.

Kedua, harus bisa menjelaskan terkait apa itu damai dan apa pentingnya bagi generasi muda juga harus dikemas dengan hal yang mudah dimengerti di kalangan milenial.

“Anak-anak remaja ini, anak-anak generasi milenial ini harus ngerti bahwa soal damai, soal anti teroris, soal moderasi beragama itu manfaatnya besar dan penting buat dirinya. Baru setelah itu mereka terlibat. Tapi selagi mereka masih menganggap ‘ini bukan urusan saya’ mereka pasti nggak mau,” ujarnya.

Namun kalau anak-anak muda ini menganggap bahwa damai adalah urusannya mereka, maka bukan tidak mungkin mereka bisa habis-habisan dalam membicarakan perdamaian dan beraksi untuk perdamaian.

“Kalau mereka sudah asik seperti itu maka hal ini bisa menjadi peluang untuk menggerakkan mereka dalam menebarkan perdamaian,” pungkasnya.

Hal senada disampaikan Guru Besar bidang Ilmu Tafsir Al-Quran dari Universita Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Jajang A. Rohmana. Menurutnya, generasi muda seharusnya tidak menjadi silent majority (diam) dalam menciptakan perdamaian di negeri ini. Generasi muda harus aktif untuk terus menebarkan perdamaian melalui dunia maya.

“Saya kira memang perlu ada respons yang aktif dari generasi muda untuk mengisi konten-konten digital dengan pesan-pesan yang damai yang baik. Karena bagaimanapun dunia maya atau dunia digital itu akan selalu hadir. Karena melalui dunia maya, dunia menjadi luas dan terbuka,” ujar Jajang.

Ketua Dewan Tafkir PP Persis ini meminta generasi muda yang umumnya selama ini diam memang perlu untuk bergerak secara aktif mengisi konten-konten mereka, status mereka di media sosial dengan status yang menyejukkan, status keseharian yang menunjukkan cinta akan tanah air.

“Misalnya mereka bisa mengisi dengan konten ragam kuliner, kekayaan wisata dalam negeri di berbagai daerah, kekayaan etnik yang mana itu bisa dieksplorasi sebagai bagian cara untuk mengimbangi konten-konten yang selama ini mengarah pada paham-paham yang kurang baik seperti paham radikal di masyarakat. Itu yang pertama,” ujarnya.

Lalu yang kedua menurutnya, perlu bagi generasi muda itu untuk bersikap kritis dengan apa yang disebut saring sebelum sharing. Hal tersebut dinilai baik sekali agar generasi muda dapat menyaring informasi yang didapat sebelum menyebarluaskannya lebih jauh.

“Artinya secara individu ketika memegang gadget sebelum kemudian disebarluaskan ke yang lain, maka dirinyalah yang harus dapat menyaringnya terlebih dahulu terhadap konten atau informasi yang diterima. Dan dengan demikian maka nanti konten yang negatif tidak akan mudah tersebar,” ujarnya.

Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Sus. Solihuddin Nasution dalam sambutannya saat membuka acara menjelaskan bahwa maksud dan tujuan digelarnya acara ‘Ngabubu Right’ ini agar bagaimana generasi muda bangsa Indonesia ini ke depannya nanti bisa berkontribusi dalam rangka berjihad.

“Jihad di sini adalah bagaimana kita bisa menjaga NKRI yang kita cintai bersama yang tidak ada duanya di dunia ini. Selain itu dialog ini sebagai upaya untuk memberikan gambaran kepada para generasi muda, tokoh masyarakat dan akademisi dalam rangka pencegahan paham radikal terorisme,” ujarnya.

Solihuddin menjelaskan pentingnya generasi muda ini mendapatkan literasi damai karena bagaimanapun literasi ini merupakan sarana bagi semua manusia termasuk generasi muda yang pada dasarnya yang sangat banyak bergelut dengan narasi-narasi yang ada di dunia maya itu sendiri.

“Sehingga perlu kita memberikan gambaran kepada mereka terkait dengan narasi-narasi yang mengarah kepada bahanya paham radikal terorisme dan pentingnya memberikan narasi-narasi yang bersifat nasional maupun bersifat kebangsaan maupun yang bersifat NKRI,” ujarnya.

Koordinator Duta Damai Dunia Maya Regional Jawa Barat, Ridwan Rustandi dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa acara ‘Ngabubu Right’ ini merupakan satu event positif bagi generasi muda.

Apalagi dilaksanakan di bulan Ramadan yang identik dengan hal-hal yang positif, ekosistem kebaikan dan sebagainya.

“Ini merupakan agenda yang sangat positif bagi generasi muda, dimana generasi muda bisa belajar banyak bagaimana cara ngabuburit yang positif itu, salah satunya dengan lewat kajian diskusi dan gabung dengan komunitas positif,” ujar Dosen Fakultas Dakwan dan Kumunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2313 seconds (0.1#10.140)