Kisah Pesarean Batu Ampar, Jejak Penyebaran Islam di Madura
loading...
A
A
A
Batu Ampar, sebuah kompleks pemakaman yang berjarak 15 km dari pusat Kabupaten Pamekasan. Nama Batu Ampar ini, berasal dari Bahasa Madura yaitu "Bato" yang berarti batu, dan "Ampar" yang berarti hamparan.
Orang di Pulau Madura, biasa menyebut kompleks pemakaman sakral itu dengan sebutan Pesarean Batu Ampar. Letaknya ada di Desa Pangbatok, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Keberadaannya sangat penting, karena menjadi salah satu bukti jejak penyebaran Islam di Madura.
Madura tidak hanya dikenal sebagai pulau garam. Namun, pulau yang memiliki luas wilayah sekitar 5.379 km² itu kaya akan sejarah, terutama penyebaran agama Islam yang salah satu buktinya ada di Pesarean Batu Ampar.
Di kompleks makam ini terdapat enam makam aulia atau wali Allah, yang dalam Bahasa Madura disebut Bujuk. Mereka adalah makam Syekh Abdul Manan (Bujuk Kosambi), Syekh Basyaniyah (Bujuk Tumpeng), Syekh Abu Syamsudin (Bujuk Lattong), Syekh Husen, Syekh Moh. Romli dan Syekh Damanhuri.
Syekh Abdul Manan, merupakan salah satu ulama yang dimakamkan di Pesarean Batu Ampar. Dia adalah putra dari Sayyid Husein, seorang ulama Bangkalan. Dari cerita rakyat yang berkembang, Syekh Abdul Manan ini mengasingkan diri atau uzlah di bawah pohon Kosambi di hutan daerah Batu Ampar, untuk mendekatkan diri kepada Allah usai Syeikh Husen wafat terbunuh akibat kesalahpahaman dengan Raja Bangkalan kala itu.
Sementara Sayyid Husein adalah cucu dari Sunan Ampel, dan putra dari Sunan Bonang, yang merupakan leluhur dari bujuk-bujuk atau Masyayikh yang berada di Batu Ampar Proppo Pamekasan. Di Batu Ampar inilah kemudian Syekh Abdul Manan mendirikan padepokan kecil, untuk mengajarkan pemuda setempat ilmu agama dan mendekatkan diri kepada Allah.
Baca Juga
Orang di Pulau Madura, biasa menyebut kompleks pemakaman sakral itu dengan sebutan Pesarean Batu Ampar. Letaknya ada di Desa Pangbatok, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Keberadaannya sangat penting, karena menjadi salah satu bukti jejak penyebaran Islam di Madura.
Madura tidak hanya dikenal sebagai pulau garam. Namun, pulau yang memiliki luas wilayah sekitar 5.379 km² itu kaya akan sejarah, terutama penyebaran agama Islam yang salah satu buktinya ada di Pesarean Batu Ampar.
Di kompleks makam ini terdapat enam makam aulia atau wali Allah, yang dalam Bahasa Madura disebut Bujuk. Mereka adalah makam Syekh Abdul Manan (Bujuk Kosambi), Syekh Basyaniyah (Bujuk Tumpeng), Syekh Abu Syamsudin (Bujuk Lattong), Syekh Husen, Syekh Moh. Romli dan Syekh Damanhuri.
Syekh Abdul Manan, merupakan salah satu ulama yang dimakamkan di Pesarean Batu Ampar. Dia adalah putra dari Sayyid Husein, seorang ulama Bangkalan. Dari cerita rakyat yang berkembang, Syekh Abdul Manan ini mengasingkan diri atau uzlah di bawah pohon Kosambi di hutan daerah Batu Ampar, untuk mendekatkan diri kepada Allah usai Syeikh Husen wafat terbunuh akibat kesalahpahaman dengan Raja Bangkalan kala itu.
Sementara Sayyid Husein adalah cucu dari Sunan Ampel, dan putra dari Sunan Bonang, yang merupakan leluhur dari bujuk-bujuk atau Masyayikh yang berada di Batu Ampar Proppo Pamekasan. Di Batu Ampar inilah kemudian Syekh Abdul Manan mendirikan padepokan kecil, untuk mengajarkan pemuda setempat ilmu agama dan mendekatkan diri kepada Allah.