Misteri Patih Kerajaan Sumedang dan Larangan Mengenakan Baju Batik
loading...
A
A
A
Selain itu, Ratu Nilakendra membuat jalur penghubung antara taman dengan gerbang larangan menggunakan batu-batu. Dia juga melengkapi pernak-pernik istana dengan jimat-jimat, membangun rumah keramat sebanyak 17 baris yang ditulisi bermacam-macam kisah lingkup kerajaan menggunakan lempeng emas.
Ancaman dari Kesultanan Banten, dan Kesultanan Demak, membuat lingkungan Istana Kerajaan Pajajaran dilanda frustasi dan ketegangan yang mencekam menghadapi serangan musuh. Kondisi ini membuat raja beserta para pembesarnya, memperdalam aliran keagamaan Tantra.
Perselisihan antara Kerajaan Pajajaran, dengan Kesultanan Banten, dipicu oleh masalah perbatasan antar kerajaan. Masalah penentuan batas kerajaan tersebut, akhirnya memicu perang besar antara Kerajaan Pajajaran, dengan Kesultanan Demak.
Anehnya, sebagai penganut ajaran Tantra, Ratu Nilakendra membuat bendera keramat untuk melawan pasukan musuh. Bendera ini diandalkannya untuk mengusir musuh. Kekuatan gaib bendera itu, dipercaya dapat membuat pasukan musuh ketakutan saat menyerang Kerajaan Pajajaran.
Kenyataannya, pasukan Kesultanan Banten, tidak pernah merasa takut dengan bendera keramat tersebut. Hingga akhirnya pasukan Ratu Nilakendra berhasil dikalahkan, dan melarikan diri meninggalkan istana Kerajaan Pajajaran.
Pasukan Kesultanan Banten, yang dipimpin putera mahkota, Syeh Maulana Yusuf dapat menyerang hingga ke pusat kota Kerajaan Pajajaran. Saat Ratu Nilakendra melarikan diri, nasib Kerajaan Pajajaran sepenuhnya diserahkan kepada penduduk Pajajaran, serta prajurit yang tinggal di keraton.
Meski telah ditinggalkan oleh rajanya yang melarikan diri ke pedalaman Sunda. Pakuan Pajajaran masih sulit ditakhlukkan oleh pasukan Kesultanan Banten. Bahkan, butuh waktu hingga 12 tahun lamanya bagi Kesultanan Banten, untuk menakhlukkan Kerajaan Pajajaran.
Saat itu, Kerajaan Pajajaran memiliki patih yang sangat sakti, yakni Embah Jaya Perkasa atau Sanghiyang Hawu. Sebelum kabur meninggalkan istana karena tak kuasa menghadapi pasukan Syeh Maulana Yusuf, Ratu Nilakendra sempat memanggil empat patih yang sangat dipercaya di Kerajaan Pajajaran.
Baca Juga
Ancaman dari Kesultanan Banten, dan Kesultanan Demak, membuat lingkungan Istana Kerajaan Pajajaran dilanda frustasi dan ketegangan yang mencekam menghadapi serangan musuh. Kondisi ini membuat raja beserta para pembesarnya, memperdalam aliran keagamaan Tantra.
Perselisihan antara Kerajaan Pajajaran, dengan Kesultanan Banten, dipicu oleh masalah perbatasan antar kerajaan. Masalah penentuan batas kerajaan tersebut, akhirnya memicu perang besar antara Kerajaan Pajajaran, dengan Kesultanan Demak.
Anehnya, sebagai penganut ajaran Tantra, Ratu Nilakendra membuat bendera keramat untuk melawan pasukan musuh. Bendera ini diandalkannya untuk mengusir musuh. Kekuatan gaib bendera itu, dipercaya dapat membuat pasukan musuh ketakutan saat menyerang Kerajaan Pajajaran.
Kenyataannya, pasukan Kesultanan Banten, tidak pernah merasa takut dengan bendera keramat tersebut. Hingga akhirnya pasukan Ratu Nilakendra berhasil dikalahkan, dan melarikan diri meninggalkan istana Kerajaan Pajajaran.
Pasukan Kesultanan Banten, yang dipimpin putera mahkota, Syeh Maulana Yusuf dapat menyerang hingga ke pusat kota Kerajaan Pajajaran. Saat Ratu Nilakendra melarikan diri, nasib Kerajaan Pajajaran sepenuhnya diserahkan kepada penduduk Pajajaran, serta prajurit yang tinggal di keraton.
Meski telah ditinggalkan oleh rajanya yang melarikan diri ke pedalaman Sunda. Pakuan Pajajaran masih sulit ditakhlukkan oleh pasukan Kesultanan Banten. Bahkan, butuh waktu hingga 12 tahun lamanya bagi Kesultanan Banten, untuk menakhlukkan Kerajaan Pajajaran.
Saat itu, Kerajaan Pajajaran memiliki patih yang sangat sakti, yakni Embah Jaya Perkasa atau Sanghiyang Hawu. Sebelum kabur meninggalkan istana karena tak kuasa menghadapi pasukan Syeh Maulana Yusuf, Ratu Nilakendra sempat memanggil empat patih yang sangat dipercaya di Kerajaan Pajajaran.