Pilgub Sumbar, Duet Mahyeldi PKS-PPP Tidak Representasikan Koalisi Partai Islam
loading...
A
A
A
PADANG - Pengamat Politik Universitas Andalas Edi Indrizal menyebut koalisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang mengusung Mahyeldi Ansharullah dan Audy Djoinaldy di Pilgub Sumbar 2020 tidak mempresentasikan partai Islam.
Menurut dia, partai Islam terbagi rata ke semua pasangan calon yang bakal bertarung di Pilgub Sumbar. Bahkan, dia menyebut, semua partai di Sumbar berbasis Islam.
"Kalau di Sumbar tidak bisa seperti itu koalisi Islam, karena semua Islam di Sumbar. Mau PSI pun Islam di Sumbar," tegas Edi Indrizal saat dihubungi.
Dia menambahkan, membawa embel-embel Islam pada sebuah koalisi tidak akan ada pengaruhnya. Pasalnya, menurut dia semua pemilih dan masyarakat Sumbar ialah Islam. "Kalau kita bicara politik Islam itu kuat kalau bicara politik nasional, tapi kalau daerah enggak," ucapnya.
Dia beralasan, semua itu tidak lepas dari filosofi hidup masyarakat Sumbar yang berlandaskan agama. Jadi partai-partai pun ikut dalam filosofi tersebut. "Apa pun partainya harus beradaptasi dengan kultur itu," ujarnya.
Ditambah lagi nama-nama yang muncul merupakan putra asli Sumbar dan beragama Islam. Hal itu membuat kampanye koalisi Islam menurut dia makin tidak laku dijual.
Namun, dia percaya bakal ada peluang pasangan yang akan memanfaatkan itu pada Pilkada. Tetapi dia yakin akan sia-sia dan tidak akan berpengaruh.
"Isu (koalisi Islam) itu akan ada yang memainkan, bisa saja. Tapi akan kontraproduktif kepada orang yang memainkan, karena semua Islam," pungkasnya.
Menurut dia, partai Islam terbagi rata ke semua pasangan calon yang bakal bertarung di Pilgub Sumbar. Bahkan, dia menyebut, semua partai di Sumbar berbasis Islam.
"Kalau di Sumbar tidak bisa seperti itu koalisi Islam, karena semua Islam di Sumbar. Mau PSI pun Islam di Sumbar," tegas Edi Indrizal saat dihubungi.
Dia menambahkan, membawa embel-embel Islam pada sebuah koalisi tidak akan ada pengaruhnya. Pasalnya, menurut dia semua pemilih dan masyarakat Sumbar ialah Islam. "Kalau kita bicara politik Islam itu kuat kalau bicara politik nasional, tapi kalau daerah enggak," ucapnya.
Dia beralasan, semua itu tidak lepas dari filosofi hidup masyarakat Sumbar yang berlandaskan agama. Jadi partai-partai pun ikut dalam filosofi tersebut. "Apa pun partainya harus beradaptasi dengan kultur itu," ujarnya.
Ditambah lagi nama-nama yang muncul merupakan putra asli Sumbar dan beragama Islam. Hal itu membuat kampanye koalisi Islam menurut dia makin tidak laku dijual.
Namun, dia percaya bakal ada peluang pasangan yang akan memanfaatkan itu pada Pilkada. Tetapi dia yakin akan sia-sia dan tidak akan berpengaruh.
"Isu (koalisi Islam) itu akan ada yang memainkan, bisa saja. Tapi akan kontraproduktif kepada orang yang memainkan, karena semua Islam," pungkasnya.
(nag)