Misteri Kitab Kacijulangan yang Berisi Ajaran dan Falsafah Spiritual
loading...
A
A
A
“Kitab Kacijulangan sebanyak 23 halaman, kitab tersebut aslinya bukan ditulis di atas kertas. Beberapa kasepuhan ada yang menyebut terbuat dari kulit hewan dan ada juga yang mengatakan dari kulit kelopak pohon,” ungkap Krisna.
Kitab Kacijulangan ditulis dengan tulisan arab pagon dalam bahasa Jawa. Isi kitab Kacijulangan juga memaparkan ilmu hakikat jatidiri manusia. "Oleh karena itu kitab Kacijulangan biasa disebut juga dengan rangkaian purwaning jagat,” ujar Krisna.
Krisna memaparkan, pembacaan kitab Kacijulangan terakhir dibaca dalam rangkaian ritual ngabuku tahun pada 2013 oleh salah satu kasepuhan bernama Abah Adim. Baca juga: Prof Hamid Nasuki Ditetapkan Menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Tasawuf UIN Jakarta
“Sebelumnya pada tiap tahun pada bulan Muharam pembaca kitab tersebut dibacakan oleh Agan Didi, setalah pupus diwariskan ke Abah Sajib selanjutnya oleh Kuwu Kanta,” paparnya.
Karena kitab tersebut dinilai sakral dan pembacanya harus oleh orang yang memiliki tingkat ketasawufan dan tauhidnya sudah kokoh, untuk saat ini ritual pembacaan tersebut jarang dilaksanakan.
“Pembacaan kitab Kacijulangan dari awal hingga akhir pembacaan biasanya berdurasi 2 jam 30 menit, kami pernah melakukan percobaan membaca kitab Kacijulangan pada bulan Muharam tahun 2014. Namun baru saja 15 menit pembaca kitab Kacijulangan tidak kuat menahan aura khodamnya,” jelasnya.
Kitab Kacijulangan sudah disalin ke tulisan latin oleh Prof Edi S Ekadjati. Saat ini naskah salinan tulisan latin tersebut berada di perpustakaan nasional Jalan Salemba Raya Lantai 5.
Namun salinan dalam tulisan latin tersebut tidak diperbolehkan untuk dipinjam atau di foto copy karena telah masuk pada arsip nasional dan hanya bisa dibaca di tempat itu saja.
Namun naskah yang saat ini ada dibeberapa budayawan hanya naskah tulisan Arab Pagon dan belum ada yang mampu menerjemahkan dalam bahasa daerah atau bahasa nasional.
Salah satu keturunan Wangsa Manggala dan Tafsirudin bernama Endang Sukara (41) saat dihubungi mengaku tidak pernah menemukan kitab Kacijulangan hingga dirinya mencari kitab tersebut ke daerah Bulakbeunda, Desa Madasari, Kecamatan Cimerak.
Kitab Kacijulangan ditulis dengan tulisan arab pagon dalam bahasa Jawa. Isi kitab Kacijulangan juga memaparkan ilmu hakikat jatidiri manusia. "Oleh karena itu kitab Kacijulangan biasa disebut juga dengan rangkaian purwaning jagat,” ujar Krisna.
Krisna memaparkan, pembacaan kitab Kacijulangan terakhir dibaca dalam rangkaian ritual ngabuku tahun pada 2013 oleh salah satu kasepuhan bernama Abah Adim. Baca juga: Prof Hamid Nasuki Ditetapkan Menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Tasawuf UIN Jakarta
“Sebelumnya pada tiap tahun pada bulan Muharam pembaca kitab tersebut dibacakan oleh Agan Didi, setalah pupus diwariskan ke Abah Sajib selanjutnya oleh Kuwu Kanta,” paparnya.
Karena kitab tersebut dinilai sakral dan pembacanya harus oleh orang yang memiliki tingkat ketasawufan dan tauhidnya sudah kokoh, untuk saat ini ritual pembacaan tersebut jarang dilaksanakan.
“Pembacaan kitab Kacijulangan dari awal hingga akhir pembacaan biasanya berdurasi 2 jam 30 menit, kami pernah melakukan percobaan membaca kitab Kacijulangan pada bulan Muharam tahun 2014. Namun baru saja 15 menit pembaca kitab Kacijulangan tidak kuat menahan aura khodamnya,” jelasnya.
Kitab Kacijulangan sudah disalin ke tulisan latin oleh Prof Edi S Ekadjati. Saat ini naskah salinan tulisan latin tersebut berada di perpustakaan nasional Jalan Salemba Raya Lantai 5.
Namun salinan dalam tulisan latin tersebut tidak diperbolehkan untuk dipinjam atau di foto copy karena telah masuk pada arsip nasional dan hanya bisa dibaca di tempat itu saja.
Namun naskah yang saat ini ada dibeberapa budayawan hanya naskah tulisan Arab Pagon dan belum ada yang mampu menerjemahkan dalam bahasa daerah atau bahasa nasional.
Salah satu keturunan Wangsa Manggala dan Tafsirudin bernama Endang Sukara (41) saat dihubungi mengaku tidak pernah menemukan kitab Kacijulangan hingga dirinya mencari kitab tersebut ke daerah Bulakbeunda, Desa Madasari, Kecamatan Cimerak.
(don)