Kisah Serunting Sakti, Si Pahit Lidah yang Bersenjatakan Sumpah dan Kutukan
loading...
A
A
A
Puteri tidak kunjung pulang, setelah pamit pergi menjemur padi di pagi hari. Saat menjelang magrib, kakak Puteri, Si Pahit Lidah mulai gusar adiknya tak pulang-pulang. Tempat menjemur padi itu, berada di pinggiran kampung yang dipisahkan dengan sungai.
Tanpa sadar, Si Pahit Lidah berucap: "Kemanalah adikku ini, apa sudah menjadi batu". Apa yang diucapkan Si Pahit Lidah, ternyata menjadi kenyataan. Puteri adiknya telah berubah menjadi batu. Hal itu baru diketahui Si Pahit Lidah, saat dia keluar rumah untuk mencari adiknya di lokasi menjemur padi.
Sepenggal kisah tentang Si Pahit Lidah ini, termuat dalam kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi. Dalam laman tersebut, disebutkan kisah Si Pahit Lidah dan adiknya itu ditutukan oleh seorang bernama Indriansyah warga Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat.
Dalam tulisannya tersebut, BPCB Jambi mengungkap, kisah Si Pahit Lidah dan Puteri, dipengaruhi oleh peninggalan megalitik yang ada di daerah tersebut. Salah satunya sebuah situs megalitik di lingkungan SMP Merapi Barat. Arca berbentuk batu besar tersebut, dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Batu Puteri, atau dalam bahasa sehari-hari masyarakat lokal di sana disebut Batu Beteri.
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi, cerita rakyat dan legenda tentang kisah Si Pahit Lidah sangat terkenal di Sumatera, khususnya di bagian selatan, seperti di Sumatera Selatan, Begkulu, hingga Lampung.
Legenda Si Pahit Lidah ini, begitu populer di masyarakat hingga dongeng itu diwariskan secara turun-temurun. Bahkan, cerita tentang Si Pahit Lidah telah banyak dibukukan, dan dipublikasikan secara online.
Cerita tutur tentang Si Pahit Lidah, berkembang tidak hanya pada kelompok masyarakat yang meyakini keberadaan Si Pahit Lidah. Cerita rakyat itu, terus berkembang dan meluas ke seluruh dunia.
Tanpa sadar, Si Pahit Lidah berucap: "Kemanalah adikku ini, apa sudah menjadi batu". Apa yang diucapkan Si Pahit Lidah, ternyata menjadi kenyataan. Puteri adiknya telah berubah menjadi batu. Hal itu baru diketahui Si Pahit Lidah, saat dia keluar rumah untuk mencari adiknya di lokasi menjemur padi.
Sepenggal kisah tentang Si Pahit Lidah ini, termuat dalam kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi. Dalam laman tersebut, disebutkan kisah Si Pahit Lidah dan adiknya itu ditutukan oleh seorang bernama Indriansyah warga Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat.
Baca Juga
Dalam tulisannya tersebut, BPCB Jambi mengungkap, kisah Si Pahit Lidah dan Puteri, dipengaruhi oleh peninggalan megalitik yang ada di daerah tersebut. Salah satunya sebuah situs megalitik di lingkungan SMP Merapi Barat. Arca berbentuk batu besar tersebut, dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Batu Puteri, atau dalam bahasa sehari-hari masyarakat lokal di sana disebut Batu Beteri.
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi, cerita rakyat dan legenda tentang kisah Si Pahit Lidah sangat terkenal di Sumatera, khususnya di bagian selatan, seperti di Sumatera Selatan, Begkulu, hingga Lampung.
Legenda Si Pahit Lidah ini, begitu populer di masyarakat hingga dongeng itu diwariskan secara turun-temurun. Bahkan, cerita tentang Si Pahit Lidah telah banyak dibukukan, dan dipublikasikan secara online.
Cerita tutur tentang Si Pahit Lidah, berkembang tidak hanya pada kelompok masyarakat yang meyakini keberadaan Si Pahit Lidah. Cerita rakyat itu, terus berkembang dan meluas ke seluruh dunia.