Bangun Jembatan Gantung, TNI Buka Isolasi 2 Kabupaten di NTT
loading...
A
A
A
KEFAMENANU - Ketiadaan jembatan penghubung antara Desa Noepesu, Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), dengan Desa Bonle'u, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT, membuat 4.500 kepala Keluarga (KK) yang menghuni dua desa itu kesulitan memasarkan hasil bumi mereka ke pasar terdekat.
(Baca juga: Tiba di Jayapura, Pasukan Kostrad Langsung Disterilisasi )
Kondisi itu diperparah lagi bila arus banjir di sungai Noepesu meluap, mereka terpaksa harus menunggu berjam-jam agar banjir surut baru bisa melintas. tak hanya itu, sebagian warga yang nekat menerobos harus kehilangan nyawa karena terbawa arus banjir yang deras.
Sejak 10 tahun terakhir, usulan dari masyarakat dua desa kepada Pemprov NTT, dan pemerintah pusat untuk mengalokasikan anggaran pembangunan jembatan penghubung pun tak kunjung direstui, wargapun akhirnya pasrah karena pemerintah saat ini sedang fokus mengalihkan dana miliaran rupiah demi penanganan wabah COVID-19.
"Kalau banjir penuh kami setengah mati, tidak bisa melintas. Biasanya untuk bawa hasil bumi ke Pasar Eban kami harus melintasi sungai ini," ujar Yonadab Liem, warga Desa Bonleu, Kecamatan Tobu.
(Baca juga: Tangis Haru Warga Papua Lepas Kepulangan Prajurit Kostrad )
Melihat kondisi tersebut, prajurit Yonif 132 Bima Sakti, yang bertugas di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste, berinisiatif membangun sebuah jembatan gantung sepanjang 80 meter dengan nama Jembatan Bima Sakti.
Jembatan gantung tersebut menghubungkan dua desa. Para prajurit TNI ingin membuka keterisolasian 4.500 warga, dan tidak ada korban jiwa lagi akibat terbawa arus banjir saat warga menerobos banjir hanya untuk memasarkan hasil bumi mereka.
"Ini merupakan santi aji TNI, salah satunya adalah mengatasi kesulitan warga di sekeliling, dalam hal ini masyarakat Desa Noepsu dan Bonleu yang mengalami kesulitan untuk menyeberang sungai. Kami berusaha memberikan yang terbaik untuk masyrakat. Kami bantu satu jembatan gantung dan akan dimanfaatkan oleh 4.500 kepala keluarga," ujar Komandan Satgas Pamtas Indonesia-Timor Leste Yonif 132 Bima Sakti, Letkol Inf. Wisyudha Utama.
(Baca juga: Tangis Haru Saat Jenderal Bintang 2 Ini Lepas Kepulangan Sumiyati )
Ketua Tim Ekspedisi Seribu Jembatan Gantung untuk Indonesia, Tedi Ixdiana yang hadir pada saat pengerjaan hingga peresmian mengatakan, konstruksi jembatan gantung ini bisa bertahan hingga 15 tahun, dan merupakan jembatan gantung terindah di Provinsi NTT.
"Dari sisi material bisa bertahan 15 tahun, kecuali untuk papan per dua tahun bisa diganti, ya dari 102 jembatan yang dibangun di 12 provinsi di Indonesia itu, jembatan gantung tertinggi di Puncak Jaya, Papua, jembatan gantung terpanjang ada di Jawa, dan jembatan gantung terindah ada di NTT, dan ini adalah rangkaian dari program kita ekspedisi seribu jembatan gantung untuk Indonesia," terang Tedi Ixdiana Komandan Vertikal Rescue Indonesia
Di samping jembatan ini juga sudah dilengkapi dengan lokasi untuk warga bisa berswafoto. Indahnya Jembatan Gantung Bima Sakti di Desa Noepesu menarik perhatian pengunjung untuk berswafoto berlama-lama dengan latar belakang bukit, dan sawah yang menghijau.
(Baca juga: Tiba di Jayapura, Pasukan Kostrad Langsung Disterilisasi )
Kondisi itu diperparah lagi bila arus banjir di sungai Noepesu meluap, mereka terpaksa harus menunggu berjam-jam agar banjir surut baru bisa melintas. tak hanya itu, sebagian warga yang nekat menerobos harus kehilangan nyawa karena terbawa arus banjir yang deras.
Sejak 10 tahun terakhir, usulan dari masyarakat dua desa kepada Pemprov NTT, dan pemerintah pusat untuk mengalokasikan anggaran pembangunan jembatan penghubung pun tak kunjung direstui, wargapun akhirnya pasrah karena pemerintah saat ini sedang fokus mengalihkan dana miliaran rupiah demi penanganan wabah COVID-19.
"Kalau banjir penuh kami setengah mati, tidak bisa melintas. Biasanya untuk bawa hasil bumi ke Pasar Eban kami harus melintasi sungai ini," ujar Yonadab Liem, warga Desa Bonleu, Kecamatan Tobu.
(Baca juga: Tangis Haru Warga Papua Lepas Kepulangan Prajurit Kostrad )
Melihat kondisi tersebut, prajurit Yonif 132 Bima Sakti, yang bertugas di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste, berinisiatif membangun sebuah jembatan gantung sepanjang 80 meter dengan nama Jembatan Bima Sakti.
Jembatan gantung tersebut menghubungkan dua desa. Para prajurit TNI ingin membuka keterisolasian 4.500 warga, dan tidak ada korban jiwa lagi akibat terbawa arus banjir saat warga menerobos banjir hanya untuk memasarkan hasil bumi mereka.
"Ini merupakan santi aji TNI, salah satunya adalah mengatasi kesulitan warga di sekeliling, dalam hal ini masyarakat Desa Noepsu dan Bonleu yang mengalami kesulitan untuk menyeberang sungai. Kami berusaha memberikan yang terbaik untuk masyrakat. Kami bantu satu jembatan gantung dan akan dimanfaatkan oleh 4.500 kepala keluarga," ujar Komandan Satgas Pamtas Indonesia-Timor Leste Yonif 132 Bima Sakti, Letkol Inf. Wisyudha Utama.
(Baca juga: Tangis Haru Saat Jenderal Bintang 2 Ini Lepas Kepulangan Sumiyati )
Ketua Tim Ekspedisi Seribu Jembatan Gantung untuk Indonesia, Tedi Ixdiana yang hadir pada saat pengerjaan hingga peresmian mengatakan, konstruksi jembatan gantung ini bisa bertahan hingga 15 tahun, dan merupakan jembatan gantung terindah di Provinsi NTT.
"Dari sisi material bisa bertahan 15 tahun, kecuali untuk papan per dua tahun bisa diganti, ya dari 102 jembatan yang dibangun di 12 provinsi di Indonesia itu, jembatan gantung tertinggi di Puncak Jaya, Papua, jembatan gantung terpanjang ada di Jawa, dan jembatan gantung terindah ada di NTT, dan ini adalah rangkaian dari program kita ekspedisi seribu jembatan gantung untuk Indonesia," terang Tedi Ixdiana Komandan Vertikal Rescue Indonesia
Di samping jembatan ini juga sudah dilengkapi dengan lokasi untuk warga bisa berswafoto. Indahnya Jembatan Gantung Bima Sakti di Desa Noepesu menarik perhatian pengunjung untuk berswafoto berlama-lama dengan latar belakang bukit, dan sawah yang menghijau.
(eyt)