Tim Gabungan Deninteldam IM Ungkap Sindikat TPPO Imigran Rohingya
loading...
A
A
A
"Pada 30 Desember 2022, MN dan istrinya berangkat dari Dumai menuju Kota Medan, dan 31 Desember 2022, berangkat menuju Kabupaten Aceh Tamiang," jelasnya.
Setibanya di Kabupaten Aceh Tamiang, MN dihubungi D yang merupakan agen Rohingya Tanjung Balai, guna menjemput pengungsi Rohingya yang telah kabur dari Kota Lhokseumawe dengan imbalan sebesar Rp1 juta perorang dan diberikan biaya kendaraan Rp7.000.000.
"Pada 4 Januari 2023, tiga orang imigran Rohingya dijemput, kemudian dibawa MN ke rumahnya. Selanjutnya MN menghubungi E untuk mencari kendaraan, guna mengantar tiga orang imigran tersebut ke Tanjung Balai," paparnya.
Kemudian, mereka dibawa ke rumah sewa D. Selanjutnya 2 orang lagi akan diberangkat ke Malaysia. Saat di rumah sewa D, terlihat banyak imigran Rohingya yang ditampung di tempat tersebut.
"Pada 9 Januari 2023, MN menggunakan mobil Avanza dengan supir Joko, kembali ke Kabupaten Tamiang bersama dengan S alias N, dan bermalam selama 2 hari di rumah MN. Kemudian disewakan di rumah E, di Kabupaten Aceh Tamiang selama 7 hari," sambungnya.
Pada 13 Januari 2023, S alias N menghubungi MN untuk menjemput tujuh orang laki-laki Rohingya yang kabur dari Gedung Eks Imigrasi Lhokseumawe.
"Kemudian tujuh orang Rohingya tersebut dibawa ke rumah MN dan bermalam selama 4 hari, dan dibawa ke Dumai menggunakan dua unit Inova, kemudian diserahkan ke Loket berdasarkan arahan dari H. Kemudian diserahkan dana, masing-masing Rp19 juta, Rp1 juta, dan Rp20 juta kepada A di Dumai, untuk diberangkatkan ke Malaysia," tukasnya.
Sampai saat ini, pihaknya masih melakukan pengembangan terhadap nama-nama lain yang diduga terlibat sindikat TPPO imigran Rohingya di wilayah Aceh, Sumbagut, dan Malaysia.
Setibanya di Kabupaten Aceh Tamiang, MN dihubungi D yang merupakan agen Rohingya Tanjung Balai, guna menjemput pengungsi Rohingya yang telah kabur dari Kota Lhokseumawe dengan imbalan sebesar Rp1 juta perorang dan diberikan biaya kendaraan Rp7.000.000.
"Pada 4 Januari 2023, tiga orang imigran Rohingya dijemput, kemudian dibawa MN ke rumahnya. Selanjutnya MN menghubungi E untuk mencari kendaraan, guna mengantar tiga orang imigran tersebut ke Tanjung Balai," paparnya.
Kemudian, mereka dibawa ke rumah sewa D. Selanjutnya 2 orang lagi akan diberangkat ke Malaysia. Saat di rumah sewa D, terlihat banyak imigran Rohingya yang ditampung di tempat tersebut.
"Pada 9 Januari 2023, MN menggunakan mobil Avanza dengan supir Joko, kembali ke Kabupaten Tamiang bersama dengan S alias N, dan bermalam selama 2 hari di rumah MN. Kemudian disewakan di rumah E, di Kabupaten Aceh Tamiang selama 7 hari," sambungnya.
Pada 13 Januari 2023, S alias N menghubungi MN untuk menjemput tujuh orang laki-laki Rohingya yang kabur dari Gedung Eks Imigrasi Lhokseumawe.
"Kemudian tujuh orang Rohingya tersebut dibawa ke rumah MN dan bermalam selama 4 hari, dan dibawa ke Dumai menggunakan dua unit Inova, kemudian diserahkan ke Loket berdasarkan arahan dari H. Kemudian diserahkan dana, masing-masing Rp19 juta, Rp1 juta, dan Rp20 juta kepada A di Dumai, untuk diberangkatkan ke Malaysia," tukasnya.
Sampai saat ini, pihaknya masih melakukan pengembangan terhadap nama-nama lain yang diduga terlibat sindikat TPPO imigran Rohingya di wilayah Aceh, Sumbagut, dan Malaysia.
(san)