Kasta Terendah Kerajaan Majapahit Kenakan Baju dari Pembungkus Mayat
Selasa, 10 Januari 2023 - 05:05 WIB
Sementara golongan Mleccha, dalam Negarakertagama pupuh 83 / 3, yakni pedagang-pedagang India, Kamboja, Campa, Siam, dan Cina, yang tidak menganut agama Hindu. Mereka itu tidak bisa masuk anggota masyarakat Arya.
Lalu golongan Tuccha yang dalam bahasa Sanskerta berarti kosong mencakup orang-orang haram, yang dianggap sepi atau tidak berguna, bahkan merugikan masyarakat, dengan kata lain penjahat.
Inilah golongan masyarakat kelas paling rendah di zaman Majapahit. Golongan ini adalah kelompok masyarakat miskin yang kerap didiskriminasi secara sosial.
Selain penggolongan menurut Kakawin Nagarakretagama, dalam buku Bangsawan Jawa dalam Struktur Birokrasi di Majapahit karya A. A. Darban dikenal pula beberapa lapis kelas sosial. Antara lain kaum putih atau apinghay
Di antara masyarakat kelas bawah, kaum putih atau apinghay biasanya mendapat tempat khusus. Mereka ini adalah para pendeta yang biasa memimpin upacara-upacara rakyat skala desa. Ada pula yang hidup sebagai pertapa atau cendekiawan di desa.
Selain itu adankelompok masyarakat kelas bawah yaitu kaum petani. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya memiliki sejumlah bidang sawah terbatas di desa.
Para buruh tani yang bekerja menggarap sawah orang lain juga dimasukkan ke dalam golongan ini. Mereka adalah rakyat biasa yang umumnya bekerja di lahan milik kerajaan atau para bangsawan.
Kemudian ada kaum bertya, yaitu para budak atau pekerja kasar. Di zaman Majapahit kaum budak dan para pekerja kasar adalah bawahan para bangsawan.
Biasanya sejumlah anak thani dan bertya bekerja di bawah bangsawan yang berkuasa atas sebagian tanah tertentu. Bangsawan pemilik tanah ini biasa disebut anden.
Oleh karena itu, para bertya dan anak thani biasanya tinggal tidak jauh dari rumah si anden. Mereka menempati wilayah bagian kerajaan di desa tertentu.
Lalu golongan Tuccha yang dalam bahasa Sanskerta berarti kosong mencakup orang-orang haram, yang dianggap sepi atau tidak berguna, bahkan merugikan masyarakat, dengan kata lain penjahat.
Inilah golongan masyarakat kelas paling rendah di zaman Majapahit. Golongan ini adalah kelompok masyarakat miskin yang kerap didiskriminasi secara sosial.
Selain penggolongan menurut Kakawin Nagarakretagama, dalam buku Bangsawan Jawa dalam Struktur Birokrasi di Majapahit karya A. A. Darban dikenal pula beberapa lapis kelas sosial. Antara lain kaum putih atau apinghay
Di antara masyarakat kelas bawah, kaum putih atau apinghay biasanya mendapat tempat khusus. Mereka ini adalah para pendeta yang biasa memimpin upacara-upacara rakyat skala desa. Ada pula yang hidup sebagai pertapa atau cendekiawan di desa.
Selain itu adankelompok masyarakat kelas bawah yaitu kaum petani. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya memiliki sejumlah bidang sawah terbatas di desa.
Para buruh tani yang bekerja menggarap sawah orang lain juga dimasukkan ke dalam golongan ini. Mereka adalah rakyat biasa yang umumnya bekerja di lahan milik kerajaan atau para bangsawan.
Kemudian ada kaum bertya, yaitu para budak atau pekerja kasar. Di zaman Majapahit kaum budak dan para pekerja kasar adalah bawahan para bangsawan.
Biasanya sejumlah anak thani dan bertya bekerja di bawah bangsawan yang berkuasa atas sebagian tanah tertentu. Bangsawan pemilik tanah ini biasa disebut anden.
Oleh karena itu, para bertya dan anak thani biasanya tinggal tidak jauh dari rumah si anden. Mereka menempati wilayah bagian kerajaan di desa tertentu.
tulis komentar anda